Rwanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: marjin → margin
Baris 19:
[[Konferensi Berlin (1884)|Konferensi Berlin]] tahun 1884 menetapkan wilayah Rwanda sebagai bagian dari [[Kekaisaran Jerman]], sehingga memulai masa penjajahan. Penjelajah [[Gustav Adolf von Götzen]] adalah orang Eropa pertama yang menjelajahi negara ini pada tahun 1894; ia menyeberang dari wilayah tenggara hingga Danau Kivu dan bertemu dengan sang raja.{{sfn|Chrétien|2003|p=217}}{{sfn|Prunier|1995|p=9}} Jerman tidak banyak mengubah struktur sosial Rwanda, namun menancapkan kekuasaan dengan mendukung raja dan hierarki yang ada serta mendelegasikan kekuasaan kepada kepala suku setempat.{{sfn|Prunier|1995|p=25}} Tentara [[Belgia]] mengambil alih Rwanda dan [[Burundi]] selama [[Perang Dunia I]], dan memulai periode penjajahan yang lebih langsung.{{sfn|Chrétien|2003|p=260}} Belgia menyerdehanakan dan memusatkan struktur kekuasaan,{{sfn|Chrétien|2003|p=270}} serta memulai proyek berskala besar dalam bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan pengawasan agrikultur, termasuk tanaman baru dan pemutakhiran tekhnik agrikultur untuk mengurangi kelaparan.{{sfn|Chrétien|2003|pp=276–277}} Baik orang Jerman maupun orang Belgia mendukung supremasi Tutsi, serta menganggap Hutu dan Tutsi sebagai ras yang berbeda.{{sfn|Appiah|Gates|2010|p=450}} Pada tahun 1935, Belgia memperkenalkan kartu identitas yang melabeli setiap orang sebagai Tutsi, Hutu, Twa, atau dinaturalisasi. Sementara sebelumnya seorang Hutu yang kaya dapat menjadi Tutsi yang terhormat, kartu identitas menghentikan perpindahan antara kedua kelas.{{sfn|Gourevitch|2000|pp=56–57}}
 
Belgium terus menguasai Rwanda sebagai [[Wilayah Kepercayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa]] setelah [[Perang Dunia II]], dengan mandat untuk mengawal kemerdekaan.{{sfn|United Nations (II)}}{{sfn|United Nations (III)}} Ketegangan menguat antara Tutsi, yang mendukung kemerdekaan awal, dan pergerakan emansipasi Hutu, yang berujung kepada [[Revolusi Rwanda]] 1959: aktivis Hutu mulai membunuh orang Tutsi, dan memaksa lebih dari 100.000 orang mengungsi ke negara tetangga.{{sfn|Gourevitch|2000|pp=58–59}}{{sfn|Prunier|1995|p=51}} Pada tahun 1962, Belgia yang kini pro-Hutu mengadakan referendum dan pemilihan umum, dan mereka memilih menghapuskan monarki. Rwanda dipisahkan dari Burundi dan memperoleh kemerdekaan pada tahun 1962.{{sfn|Prunier|1995|p=53}} Kekerasan berlanjut karena Tutsi yang mengungsi mulai menyerang dari negara tetangga dan Hutu membalas dengan pembunuhan dan penindasan berskala besar.{{sfn|Prunier|1995|p=56}} Pada tahun 1973, [[Juvénal Habyarimana]] melancarkan [[kudeta Rwanda 1973|kudeta]] dan mulai berkuasa. Diskriminasi pro-Hutu berlanjut, namun kesejahteraan ekonomi meningkat sementara kekerasan terhadap orang Tutsi berkurang.{{sfn|Prunier|1995|pp=74–76}} Orang Twa tetap termarjinalisasitermarginalisasi, dan pada tahun 1990 hampir sepenuhnya diusir dari hutan oleh pemerintah; banyak yang kemudian menjadi pengemis.{{sfn|UNPO|2008|loc=History}} Sementara itu, jumlah penduduk Rwanda yang meningkat dari 1,6 juta pada tahun 1934 menjadi 7,1 juta pada tahun 1989 mengakibatkan munculnya persaingan memperebutkan tanah.{{sfn|Prunier|1995|p=4}}
 
[[Berkas:Juvénal Habyarimana (1980).jpg|thumb|upright|left|[[Juvénal Habyarimana]]|alt=Foto Presiden Juvénal Habyarimana yang tiba di Andrews Air Force Base, Maryland, Amerika Serikat, pada tanggal 25 September 1980.]]