Sanherib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240309)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
(27 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 28:
|issue-pipe = Antara<br />lain
|succession=Maharaja [[Kekaisaran Asyur Baru|Asyur Baru]]}}
'''Sanherib''' ([[aksara paku|aksara bajipaku Asyur Baru]]: [[File:Sennacherib in the Rassam cylinder column 1 line 25.jpg|110px|Sanherib pada silinder Rassam cylinder kolom pertama baris ke-25]] ''Sîn-ahhī-erība''{{Sfn|Harmanşah|2013|p=120}} atau ''Sîn-aḥḥē-erība'',{{Sfn|Kalimi|2014|p=11}} artinya "[[Sin (mitologi)|Sîn]] sudah mengganti saudara-saudaraku yang telah tiada"){{Sfn|Elayi|2018|p=12}} adalah Maharaja [[Kekaisaran Asyur Baru|Asyur Baru]] yang memerintah sejak kemangkatan ayahnya, [[Sargon II]], pada tahun 705 SM sampai dengan akhir hayatnya pada tahun 681 SM. Raja kedua dari [[Wangsa Sargon]] ini terbilang salah seorang [[Daftar Raja Asyur|Raja Asyur]] yang paling ternama karena sepak terjangnya tercatat di dalam [[Alkitab]] [[Perjanjian Lama]], yakni [[Kampanye militer Sanherib di Syam|kampanye militer yang dilancarkannya di Syam]]. Peristiwa-peristiwa lain yang berlangsung pada masa pemerintahannya adalah penghancuran kota [[Babilon|Babel]] pada tahun 689 SM, dan pemugaran sekaligus pemekaran kota besar [[Niniwe]], ibu kota terakhir [[Asiria|bangsa Asyur]].
 
Sekalipun terbilang salah seorang RayaRaja Asyur yang paling berkuasa, Sanherib tetap saja kewalahan mengendalikan [[Babilonia|Kerajaan Babel]] yang merupakan bagian selatan dari wilayah Kemaharajaan Asyur Baru. Biang keladi sebagian besar masalah di Babel adalah [[Marduk-apla-idina II]], pemimpin orang [[Kasdim]]{{Sfn|Frahm|2003|p=129}} yang menjadi [[Daftar Raja Babel|Raja Babel]] sebelum ditaklukkan ayah Sanherib. Tidak lama sesudah Sanherib naik takhta pada tahun 705 SM, Marduk-apla-idina merebut Babel dan menjalin persekutuan dengan [[orang Elam]]. Meskipun Sanherib berhasil menguasai kembali kawasan selatan pada tahun 700 SM, Marduk-apla-idina masih terus merongrong kekuasaannya, kemungkinan besar dengan cara menghasut raja-raja bawahan Asyur di [[Syam]] untuk memberontak sehingga menyulut Perang Syam pada tahun 701 SM, maupun dengan jalan memerangi [[Bel-ibni]], Raja Babel yang diangkat Sanherib. Sesudah Babel dan Elam menawan dan menghukum mati [[Asyur-nadin-syumi]], putra sulung Sanherib yang diangkat menjadi raja baru Babel, Sanherib memerangi kedua kerajaan itu, bahkan berhasil menaklukkan Elam. Karena Babel berada di dalam wilayah kedaulatannya, sudah berulang kali harus ia perangi, dan sudah merenggut nyawa putranya, Sanherib akhirnya [[Pengepungan Babel|menghancurkan kota itu]] pada tahun 689 SM.
'''Sanherib''' ([[aksara paku|aksara baji Asyur Baru]]: [[File:Sennacherib in the Rassam cylinder column 1 line 25.jpg|110px|Sanherib pada silinder Rassam cylinder kolom pertama baris ke-25]] ''Sîn-ahhī-erība''{{Sfn|Harmanşah|2013|p=120}} atau ''Sîn-aḥḥē-erība'',{{Sfn|Kalimi|2014|p=11}} artinya "[[Sin (mitologi)|Sîn]] sudah mengganti saudara-saudaraku yang telah tiada"){{Sfn|Elayi|2018|p=12}} adalah Maharaja [[Kekaisaran Asyur Baru|Asyur Baru]] yang memerintah sejak kemangkatan ayahnya, [[Sargon II]], pada tahun 705 SM sampai dengan akhir hayatnya pada tahun 681 SM. Raja kedua dari [[Wangsa Sargon]] ini terbilang salah seorang [[Daftar Raja Asyur|Raja Asyur]] yang paling ternama karena sepak terjangnya tercatat di dalam [[Alkitab]] [[Perjanjian Lama]], yakni [[Kampanye militer Sanherib di Syam|kampanye militer yang dilancarkannya di Syam]]. Peristiwa-peristiwa lain yang berlangsung pada masa pemerintahannya adalah penghancuran kota [[Babilon|Babel]] pada tahun 689 SM, dan pemugaran sekaligus pemekaran kota besar [[Niniwe]], ibu kota terakhir [[Asiria|bangsa Asyur]].
 
Sekalipun terbilang salah seorang Raya Asyur yang paling berkuasa, Sanherib tetap saja kewalahan mengendalikan [[Babilonia|Kerajaan Babel]] yang merupakan bagian selatan dari wilayah Kemaharajaan Asyur Baru. Biang keladi sebagian besar masalah di Babel adalah [[Marduk-apla-idina II]], pemimpin orang [[Kasdim]]{{Sfn|Frahm|2003|p=129}} yang menjadi [[Daftar Raja Babel|Raja Babel]] sebelum ditaklukkan ayah Sanherib. Tidak lama sesudah Sanherib naik takhta pada tahun 705 SM, Marduk-apla-idina merebut Babel dan menjalin persekutuan dengan [[orang Elam]]. Meskipun Sanherib berhasil menguasai kembali kawasan selatan pada tahun 700 SM, Marduk-apla-idina masih terus merongrong kekuasaannya, kemungkinan besar dengan cara menghasut raja-raja bawahan Asyur di [[Syam]] untuk memberontak sehingga menyulut Perang Syam pada tahun 701 SM, maupun dengan jalan memerangi [[Bel-ibni]], Raja Babel yang diangkat Sanherib. Sesudah Babel dan Elam menawan dan menghukum mati [[Asyur-nadin-syumi]], putra sulung Sanherib yang diangkat menjadi raja baru Babel, Sanherib memerangi kedua kerajaan itu, bahkan berhasil menaklukkan Elam. Karena Babel berada di dalam wilayah kedaulatannya, sudah berulang kali harus ia perangi, dan sudah merenggut nyawa putranya, Sanherib akhirnya [[Pengepungan Babel|menghancurkan kota itu]] pada tahun 689 SM.
 
Dalam Perang Syam, kerajaan-kerajaan di kawasan selatan Syam, khususnya [[Kerajaan Yehuda]] di bawah pemerintahan Raja [[Hizkia]], tidak dapat ditundukkan semudah kerajaan-kerajaan di kawasan utara Syam. Oleh karena itu angkatan perang Asyur dikerahkan menginvasi Yehuda. Menurut keterangan Alkitab, [[Malaikat Tuhan]] dikatakan telah menggagalkan [[Pengepungan Yerusalem oleh bangsa Asyur|pengepungan Yerusalem]] dengan cara menumpas angkatan perang Asyur. Meskipun demikian, dari sudut pandang sejarah, Asyur kemungkinan besar tidak dikalahkan, karena Hizkia menyerah kepada Sanherib di akhir kampanye militer itu.{{Sfn|Kalimi|2014|p=20}} Lebih lagi, peninggalan-peninggalan tertulis dari masa itu, termasuk yang ditulis musuh-musuh Asyur, tidak menyebutkan bahwa Asyur mengalami kekalahan di Yerusalem.{{Sfn|Luckenbill|1924|p=13}}
Baris 40 ⟶ 39:
=== Riwayat awal ===
[[File:Sargon_II,_Iraq_Museum_in_Baghdad.jpg|thumb|alt=Bas-relief depicting Sargon II|Relief [[Sargon II]], ayah sekaligus pendahulu Sanherib]]
Sanherib adalah anak sekaligus penerus [[Sargon II]], Maharaja [[Kekaisaran Asyur Baru|Asyur Baru]] dari tahun 722 sampai tahun 705 SM, merangkap [[Daftar Raja Babel|Raja Babel]] dari tahun 710 sampai tahun 705 SM. Identitas ibu Sanherib tidak diketahui secara pasti. Menurut anggapan umum sepanjang sejarah, ibu Sanherib adalah istri Sargon yang bernama [[Ataliya]], tetapi belakangan hal ini sudah disangkal. Agar dapat menjadi ibu Sanherib, Ataliya harus lahir setidaknya pada kisaran tahun 760 SM dan hidup sampai setidaknya tahun 692 SM{{Sfn|Elayi|2018|p=13}} mengingat keberadaan seorang "ibu suri" disebutkan pada tahun itu.{{Sfn|Kertai|2013|p=115}} Namun, kuburan Ataliya yang ditemukan di kota [[Nimrud]]{{Sfn|Elayi|2018|p=13}} pada era 1980-an{{Sfn|Melville|2016|p=56}} mengindikasikan bahwa ia berumur maksimalmaksimum 35 tahun ketika wafat. Menurut [[Asiriologi|Asiriolog]] Josette Elayi, lebih mungkin ibu Sanherib adalah istri Sargon yang bernama [[Ra'īmâ]], karena [[stela|tugu prasasti]] yang ditemukan pada tahun 1913 di kota [[Asyur]] (bekas ibu kota [[Asiria|Kerajaan Asyur]]) secara khusus menyebut Ra'īmâ sebagai "Ibunda Sanherib". Keberadaan Ra'īmâ baru diketahui berkat usaha membaca isi prasasti tersebut pada tahun 2014.{{Sfn|Elayi|2018|p=13}} Sementara itu, Sargon mengaku sebagai anak [[Tiglat-Pileser III]], tetapi pengakuan ini tidak dapat dipastikan kebenarannya karena Sargon menjadi Raja Asyur dengan cara merebut kekuasaan dari tangan [[Salmaneser V]], anak Tiglat-Pileser.{{Sfn|Elayi|2017|p=27}}
 
Kemungkinan besar Sanherib lahir sekitar tahun 745 SM. Jika Sargon benar-benar adalah putra Tiglat-Pileser dan bukan penyerobot takhta dari luar kalangan keluarga Raja Asyur, maka Sanherib kemungkinan dibesarkan di istana kerajaan yang berada di kota Nimrud. Sargon pun cukup lama berdiam di Nimrud sesudah naik takhta, dan baru pindah ke Babel pada tahun 710 SM, kemudian ke ibu kotanya yang baru, [[Dur-Sharrukin|Dur-Syarukin]], pada tahun 706 SM. Sewaktu Sargon pindah ke Babel, Sanherib, yang saat itu berstatus [[putra mahkota]], sudah pindah dari Nimrud ke [[Niniwe]],{{Sfn|Elayi|2018|p=18}} kota kediaman Putra Mahkota Asyur sejak zaman Tiglat-Pileser.{{Sfn|Elayi|2018|p=30}} Selaku putra mahkota, Sanherib juga menguasai [[lahan yasan|tanah yasan]] di [[Tarbisu]]. Sanherib dan saudara-saudarinya mungkin dididik guru istana yang bernama Hunnî. Kemungkinan besar mereka diajari [[Eduba|ilmu kepujanggaan]], ilmu [[aritmetika]], dan kepandaian baca tulis dalam [[bahasa Sumeria|bahasa Sumer]] maupun [[bahasa Akkadia|bahasa Akad]].{{Sfn|Elayi|2018|p=18}}
Baris 139 ⟶ 138:
=== Penghancuran kota Babel ===
[[File:Sennacherib cylinder.jpg|thumb| [[Prisma Sanherib]], prasasti berisi riwayat kampanye-kampanye militer Sanherib yang berpuncak pada penghancuran kota Babel]]
Meskipun Sanherib sudah mengalahkan Nergal-usyezib dan memorakporandakan negeri Elam, Kerajaan Babel belum juga menyerah. Suzubu, tokoh yang diburu-buru Sanherib sewaktu menginvasi kawasan selatan pada tahun 700 SM, kembali muncul dengan nama baru, Musyezib-Marduk. Ia berhasil menduduki takhta Kerajaan Babel, agaknya tanpa bantuan asing. Musyezib-Marduk sudah menjadi Raja Babel pada tahun 692 SM, tetapi baru dikatakan "memberontak" di dalam sumber-sumber Asyur pada tahun 691 SM, sehingga mungkin Sanherib mula-mula membenarkannya memerintah Babel. Di Elam, Kutir-Nahunte III terguling dari takhta dan digantikan Humban-Numena III (juga dikenal dengan nama Menanu) yang mulai membentuk lagi sebuah koalisi anti-Asyur. Musyezib-Marduk berhasil menyuap Human-Numena untuk mendukungnya.{{Sfn|Levine|1982|p=|pp=40, 47–49}} Sumber-sumber Asyur menilai keputusan Humban-Numena untuk mendukung Kerajaan Babel sebagai tindakan yang tidak cerdas, dan menyifatkannya sebagai "manusia tak berakal atau tak bernalar".{{Sfn|Luckenbill|1924|p=16}}
 
Sanherib maju menghadapi musuh-musuhnya dalam pertempuran yang berlangsung di dekat kota [[Halule]]. Humban-Numena dan panglimanya, Humban-undasya, memimpin angkatan perang Babel dan Elam. Hasil [[Pertempuran Halule]] tidaklah jelas, karena kedua belah pihak mengaku sebagai pemenang. Tawarikh Sanherib mengklaim bahwa Humban-undasya tewas terbunuh dan raja-raja musuh lari menyelamatkan diri, sementara tawarikh Babel mengklaim bahwa pihak Asyurlah yang terpukul mundur. Jika benar pemenangnya adalah pihak selatan, maka kekalahan Asyur bukanlah kerugian besar, karena angkatan perang Asyur mengepung kota Babel pada akhir musim panas tahun 690 SM (dan tampaknya sampai dengan saat itu kota Babel sudah cukup lama dikepung). Meskipun demikian, angkatan perang Asyur tidak segera dikerahkan ke Babel, karena ada keterangan mengenai aksi-aksi militer Asyur di tempat-tempat lain.{{Sfn|Levine|1982|p=|pp=49–50}} Asiriolog John A. Brinkman mengemukakan di dalam tulisannya pada tahun 1973 bahwa agaknya pihak selatan yang memenangkan pertempuran tersebut, kendati mungkin sekali banyak prajurit mereka menjadi korban, karena kedua musuh Sanherib masih berkuasa di kerajaan mereka masing-masing seusai Pertempuran Halule.{{Sfn|Brinkman|1973|p=93}} Asiriolog Louis D. Levine mengemukakan di dalam tulisannya pada tahun 1982 bahwa Pertempuran Halule mungkin sekali dimenangkan pihak Asyur, meskipun tidak menang telak, dan meskipun pihak selatan dapat dikalahkan dan dipukul mundur, serangan Asyur terhadap kota Babel harus ditangguhkan untuk sementara waktu. Teralihkannya pergerakan angkatan perang Asyur dari sasaran yang semula hendak diperangi mungkin ditafsirkan para pujangga Babel sebagai penarikan mundur pasukan.{{Sfn|Levine|1982|p=50}}
Baris 165 ⟶ 164:
}}
 
Seusai perang pamungkasterakhir melawan Babel, Sanherib menyibukkan diri membangun ibu kota baru di Niniwe alih-alih melancarkan kampanye-kampanye militer.{{Sfn|Luckenbill|1924|p=17}} Niniwe sendiri sudah ribuan tahun menjadi kota penting di kawasan utara Mesopotamia. Jejak-jejak tertua keberadaan permukiman manusia di Niniwe berasal dari milenium ke-7 SM, dan kota ini sudah menjadi pusat administratif yang penting di kawasan utara Mesopotamia sejak milenium ke-4 SM.{{Sfn|Frahm|2008|p=13}} Ketika ditetapkan Sanherib sebagai ibu kota baru, Niniwe menjadi lokasi pelaksanaan proyek-proyek pembangunan terambisius sepanjang sejarah Abad Kuno. Kota itu tidak lagi terlantar seperti keadaannya sebelum masa pemerintahan Sanherib.{{Sfn|Frahm|2008|p=14}} JikaSementara Dur-Syarukin, ibu kota baru Sargon II, kurang lebih merupakan kembaran kota Nimrud, maka Sanherib berniat mengubah Niniwe menjadi kota dengan kemegahan dan ukuran yang mampu membuat seluruh dunia beradab terkesima.{{Sfn|Reade|1978|p=|pp=47, 50}}
 
Prasasti-prasasti tertua yang membicarakan proyek pembangunan di Niniwe diperkirakan berasal dari tahun 702 SM dan berkenaan dengan pembangunan Istana Barat Daya, sebuah hunian raksasa yang berlokasi di kawasan barat daya kota.{{Sfn|Frahm|2008|p=15}} Sanherib menamakan gedung ini ''ekallu ša šānina la išu'', "Istana Tanpa Tanding".{{Sfn|Elayi|2018|p=5}} Demi membangun istana ini, sebuah istana kecil dirubuhkan, saluran air yang sudah menggerus beberapa bagian bukit tempat istana itu berdiri dialihkan alirannya, dan pelataran yang nantinya menjadi tempat istanaberdirinya barutempat nantinyaistana berdiribaru dibuat setinggi 160 lapis batu-bata. Meskipun banyak dari prasasti-prasasti tersebut menjabarkan istana baru Sanherib seakan-akan sudah rampung dibangun, sesungguhnya penjabaran semacam itu hanyalah kaidah baku dalam penyusunan karya tulis mengenai proyek-proyek pembangunan di Asyur pada Abad Kuno. Oleh karena itu penggambaran Niniwe di dalam catatan-catatan terawal Sanherib mengenai kegiatan pemugaran kota itu sesungguhnya adalah penggambaran Niniwe yang diangankan Sanherib pada saat catatan-catatan tersebut dibuat.{{Sfn|Frahm|2008|p=15}}
 
Pada tahun 700 SM, tembok-tembok balairung Istana Barat Daya didirikan, disusul pembuatan relief-relief yang menghiasinya. Tahap terakhir pembangunan adalah penempatan patung-patung banteng dan singa raksasa yang menjadi ciri khas arsitektur Asyur Akhir. Meskipun patung-patung banteng dan singa dari batu sudah ditemukan dalam kegiatan ekskavasi di Niniwe, patung-patung sejenis yang menurut prasasti-prasasti terbuat dari logam-logam mulia tidak kunjung ditemukan. Sementara itu, atap Istana Barat Daya terbuat dari kayu [[saru (tumbuhan)|saru]] dan kayu [[aras]] dari daerah pegunungan di sebelah barat, ruangan-ruangannya diterangi sinar matahari dari jendela-jendela yang banyak jumlahnya, sementara dinding-dindingnya dihiasi pasak-pasak perak serta perunggu di sisi dalam dan batu-bata berglasir di sisi luar. Luas keseluruhan bangunan, termasuk bukit landasannya, mencapai 450 meter (1480 kaki) kali 220 meter (720 kaki) persegi. Tulisan yang terpahat pada patung singa batu di ruangan istana yang diduga sebagai bilik Tasymetu-syarat adalah rangkaian kata-kata mesra yang mengandung harapan agar sang raja beserta permaisuri senantiasa hidup sehat walafiat dan panjang umur di istana baru.{{Sfn|Frahm|2008|p=16}} Isi tulisan tersebut adalah sebagai berikut:{{Sfn|Kertai|2013|p=116}}
 
{{Quote|quote=Bagi rani Tasymetu-syarat, istriku tercinta, yang dikaruniai [[Belet-ili]] kemolekan melebihi semua wanita, kubangunkan mahligai asmara, sukacita, dan kesenangan. [...] Dengan ketentuan Asyur, ramanda para dewa, dan [[Ishtar|Istar]], sri rani swargaloka, dirgahayulah kiranya kita berdua, hidup waras berbahagia di dalam istana ini, dan menikmati kesentosaan yang paripurna.{{Sfn|Kertai|2013|p=116}}}}
Baris 178 ⟶ 177:
| total_width = 350
| image1 = Nineveh map city walls & gates.JPG|
| image2 = Quyunjiq constructionsbuildings.JPGsvg
| footer = Denah tata ruang kota Niniwe (kiri) dan peta bukit Kuyunjik (kanan), tempat istana Sanherib dibangun. Istana Utara yang tampak pada peta bukit Kuyunjik pertama kali dibangun pada masa pemerintahan cucu Sanherib, [[Asyurbanipal]].
| caption1 =
| caption2 =
}}
Sekalipun mungkin sekali dirancang sedemikian rupa agar mirip dengan istana yang dibangun Sargon di Dur-Syarukin, istana Sanherib berikut karya-karya seni yang menghiasinya menampakkan sejumlah perbedaan. Relief-relief Sargon jamakbiasanya menampilkan citra raja sama tinggi dengan citra-citra para menakbangsawan Asyur, tetapi relief-relief Sanherib pada umumnya menampilkan citra raja lebih tinggi daripada semua citra lain di dekatnya, karena ditampilkan berdiri di atas [[kereta perang|rata]]. Relief-relief Sanherib menampilkan gambar-gambar pemandangan yang lebih luas, beberapa di antaranya nyaris tampak seperti tampilan dari sudut pandang mata burung. Ada pula contoh-contoh pendekatan naturalistis dalam seni rupa. Sebagai contoh, patung-patung banteng raksasa di istana Sargon dibuat berkaki lima sehingga tampak berkaki jika dipandang dari samping dan berkaki dua jika dipandang dari depan, tetapi semua patung banteng di istana Sanherib dibuat berkaki empat saja.{{Sfn|Frahm|2008|p=16}} Sanherib menghiasi istana barunya dengan taman-taman yang asri. Ia mendatangkan beragam jenis tumbuh-tumbuhan dan tanaman obat dari seluruh pelosok kekaisaran, bahkan ada yang didatangkan dari luar wilayah kekuasaannya. Tumbuhan [[kapas]] mungkin didatangkan dari [[India]]. Beberapa pihak menduga bahwa [[Taman Gantung Babilonia|Taman Gantung Babel]], salah satu dari [[Tujuh Keajaiban Dunia Kuno]], sesungguhnya adalah taman-taman di Niniwe, tetapi kebenaran dugaan ini diragukan Eckhart Frahm.{{Sfn|Frahm|2008|p=17}}
 
Selain istana, Sanherib juga membangun gedung-gedung lain di Niniwe. Ia mendirikan satu lagi istana di bukit selatan kota itu, yang kemudian digunakan sebagai sebagai gudang senjata sekaligus barak prajurit. Sejumlah besar kuil dibangun dan dipugar, banyak di antaranya didirikan di atas bukit Kuyunjik (lokasi Istana Barat Daya), antara lain kuil Dewa Sîn, dewa yang namanya terselip di dalam nama Sanherib. Niniwe diperluas secara besar-besaran ke arah selatan, dan tembok-tembok raksasa didirikan melingkarinya, lengkap dengan parit sebagai pengaman tambahan. Tinggi tembok mencapai 25 meter (82 kaki) dan ketebalannya mencapai 15 meter (49 kaki).{{Sfn|Frahm|2008|p=17}}
Baris 189 ⟶ 188:
=== Konspirasi, pembunuhan, dan suksesi ===
[[File:The_Flight_of_Adrammelech_Murch.jpg|thumb|''Pelarian Adramelek'', ilustrasi dari ''Galeri Alkitab Dalziel Bersaudara'' (1881), menggambarkan [[Arda-Mulisyi]] dan Nabu-syar-usur melarikan diri sesudah membunuh Sanherib]]
Sesudah Asyur-nadin-syumi tiadawafat (diduga dihukum mati bangsa Elam), Sanherib mengangkat putra tertuanya yang masih hidup, [[Arda-Mulisyi]], menjadi putra mahkota. Arda-Mulisyi hanya menjadi putra mahkota sampai tahun 684 SM, karena pada tahun itu Sanherib mendadak mengangkat Esarhadon menjadi putra mahkota yang baru. Alasan penggantian Arda-Mulisyi tidak diketahui, yang jelas prasasti-prasasti dari masa itu menyebutkan bahwa ia merasa sangat kecewa.{{Sfn|Radner|2003|p=166}} Mungkin saja [[Naqi'a]], ibu Esarhadon, adalah orang yang telah memengaruhi Sanherib untuk memilih Esarhadon menjadi penerusnya.{{Sfn|Elayi|2018|p=16}} Meskipun sudah dicopot dari jabatannya, Arda-Mulisyi masih populer, bahkan beberapa raja negeri jajahan secara rahasia mendukung dirinya menjadi ahli waris takhta.{{Sfn|Parpola|1980|p=}}
 
Sanherib memaksa Arda-Muliyi untuk berprasetia kepada Esarhadon, tetapi Arda-Mulisyi berulang kali memohon kepada ayahnya untuk diangkat kembali menjadi ahli waris takhta.{{Sfn|Radner|2003|p=166}} Sanherib mengendus peningkatan popularitas Arda-Mulisyi sehingga mengkhawatirkan keselamatan Esarhadon. Oleh karena itu, ia mengutus Esarhadon ke provinsi-provinsi di selatan. Pemencilan Esarhadon membuat Arda-Mulisyi berada di posisi yang sulit, karena ia sudah mencapai puncak popularitas tetapi tidak dapat mengapa-apakan adiknya. Arda-Mulisyi akhirnya memutuskan untuk bertindak cepat merebut takhta.{{Sfn|Parpola|1980|p=}} Ia membuat "kesepakatan makar" dengan adiknya, Nabu-syar-usur, lalu menyergap dan membunuh ayah mereka di dalam salah satu kuil di kota Niniwe (mungkin kuil Dewa Sîn) pada tanggal 20 Oktober 681 SM.{{Sfn|Radner|2003|p=166}}{{Sfn|Frahm|2008|p=17}}
 
Pembunuhan Sanherib, penguasa salah satu kemaharajaan terkuat di muka bumi kala itu, membuat orang-orang sezamannya terperangah. Masyarakat Timur Dekat menanggapi kabar kemangkatan Sanherib dengan penuh emosi dan perasaan yang campur aduk. Penduduk Syam dan rakyat Babel menyambut gembira kematian Sanherib yang mereka yakini sebagai azab ilahi atas tindakan brutal Sanherib terhadap diri mereka, sementara rakyat Asyur mungkin sekali menanggapinya dengan gerutu dan ketakutan. Banyak sumber mengabadikan peristiwa itu, antara lain [[Alkitab]] ({{Alkitab|2 Raja-Raja 19:37}}, {{Alkitab|Yesaya 37:38}}), di manadimana Arda-Mulisyi disebut dengan nama ''Adramelek''.{{Sfn|Parpola|1980|p=}}
 
Meskipun berhasil menewaskan ayahnya, Arda-Mulisyi tidak dapat menguasai takhta. Tindakannya membunuh Raja Asyur menimbulkan rasa tidak senang di kalangan pendukungnya, sehingga penobatannya tertunda-tunda, sementara Esarhadon giat membentuk angkatan perang sendiri. Angkatan perang bentukan Arda-Mulisyi dan Nabu-syar-usur akhirnya berhadapan dengan angkatan perang Esarhadon di [[Hanigalbat]], daerah di kawasan barat wilayah Kemaharajaan Asyur Baru. Sebagian besar prajurit mereka membelot ke pihak Esarhadon, yang kemudian memimpin pasukannya memasuki Niniwe tanpa perlawanan,. danEsarhadon pun dinobatkan menjadi Raja Asyur yang baru. Tidak lama sesudah naik takhta, Esarhadon menghukum mati semua anggota komplotan makar dan musuh-musuh politik yang dapat ia bekuk, termasuk keluarga saudara-saudaranya. Semua pelayan yang terlibat dalam kegiatan pengamanan istana raja di Niniwe dihukum mati. Arda-Mulisyi dan Nabu-syar-usur lolos dari aksi pembersihan ini. Keduanya melarikan diri dan hidup sebagai orang buangan di Kerajaan [[Urartu]] nun jauh di utara.{{Sfn|Radner|2003|p=166}}{{Sfn|Encyclopaedia Britannica|}}
 
== Keluarga ==
Baris 201 ⟶ 200:
Sesuai adat raja-raja Asyur, Sanherib beristri banyak. Hanya dua dari sekian banyak istri Sanherib yang diketahui namanya, yakni Tasymetu-syarat{{Sfn|Frahm|2002|p=1114}} dan Naqi'a. Tidak diketahui apakah kedua-duanya berstatus permaisuri, tetapi sumber-sumber dari zaman Sanherib menyiratkan bahwa sekalipun Raja Asyur beristri banyak, hanya satu istri yang diakui sebagai permaisuri dan [[:wikt:garwa padmi|garwa padmi]]. Tasymetu-syarat menyandang status permaisuri hampir sepanjang masa pemerintahan Sanherib. Secara harfiah, nama Permaisuri Asyur ini berarti "[[Tashmetum|Tasymetum]] prameswari".{{Sfn|Elayi|2018|p=15}} Isi prasasti-prasasti menyiratkan bahwa hubungan Sanherib dan Tasymetu-syarat cukup mesra. Sanherib menyebut permaisurinya itu "istriku tercinta", dan tidak segan-segan memuji kecantikannya.{{Sfn|Frahm|2002|p=1114}}
 
Tidak diketahui apakah Naqi'a pernah menyandang status permaisuri. Ia memang disebut "ibu suri" pada masa pemerintahan Esarhadon, tetapi sebutan ini mungkin baru diberikan kepadanya menjelang akhir masa pemerintahan Sanherib atau pada masa pemerintahan Esarhadon, karena ia adalah ibu Esarhadon.{{Sfn|Elayi|2018|p=15}} Sekalipun Tasymetu-syarat adalah garwa padmi, Naqi'a merupakan sosok yang lebih dikenal sekarang ini karena kiprahnya pada masa pemerintahan Esarhadon. Pada saat diperistri Sanherib, Naqi'a memakai nama baru yang khas Akad, yakni Zakûtu (Naqi'a adalah nama khas Aram). Pemakaian nama baru tersebut menimbulkan kesan bahwa Naqi'a lahir di luar negeri Asyur, mungkin di Babel atau di Syam, tetapi tidak ada bukti substansial yang mendukung teori-teori mengenai asal usulnya.{{Sfn|Elayi|2018|p=16}}
 
[[File:Relief_Esarhaddon_Louvre_AO20185.jpg|thumb| Relief Esarhadon (kanan) bersama [[Naqi'a]] (kiri)]]
Baris 226 ⟶ 225:
| caption2 = Gambar yang mendetail di dalam buku ''A Dictionary of the Bible'' (terbitan tahun 1887), karya tulis [[Philip Schaff]].
}}
Sumber-sumber utama yang dapat digunakan untuk mengetahui kepribadian Sanherib adalah prasasti-prasasti yang dikeluarkannya. Prasasti-prasasti ini tidak ditulis sendiri oleh Sanherib melainkan oleh para panitera istana, dan kerap digunakan sebagai sarana propaganda yang mencitrakan Sanherib sebagai raja yang lebih baik daripada semua penguasa lain, baik penguasa-penguasa yang sezaman dengannya maupun penguasa-penguasa sebelumnya.{{Sfn|Elayi|2018|p=19}} Selain itu, prasasti-prasasti Kerajaan Asyur kerap hanya memuat keterangan-keterangan tentang kegiatan militer dan pembangunan serta menggunakan kaidah-kaidah sastra yang baku, yang tidak banyak berbeda dari satu raja ke raja lain.{{Sfn|Frahm|2014|p=171}} Dengan menelaah prasasti-prasasti tersebut dan membandingkannya dengan prasasti-prasasti keluaran raja-raja lain maupun prasasti-prasasti selain yang dikeluarkan raja-raja, dapat diketahui beberapa aspek kepribadian Sanherib. Seperti di dalam prasasti-prasasti keluaran raja-raja Asyur yang lain, Sanherib menunjukkan kebanggaan dan penghargaan yang tinggi terhadap dirinya sendiri, misalnya di dalam kalimat "Asyur, ramanda para dewa, tunak memandang diriku di antara sekalian raja, dan menjadikan senjata-senjataku lebih sakti daripada (senjata-senjata) sekalian orang yang bersemayam di atas persada (singgasana)." Beberapa bagian lain menonjolkan kecerdasannya yang mumpunikecerdasan, misalnya di dalam kalimat "Dewa Ninsyiku mengaruniakan kepadaku kewaskitaan yang setara dengan (kewaskitaan) Begawan Adapu (dan) memperlengkapi diriku dengan pengetahuan yang luas". Di dalam beberapa prasasti, Sanherib digelari "utama di antara sekalian raja" (''ašared kal malkī'') dan "nara sempurna" (''eṭlu gitmālu'').{{Sfn|Frahm|2014|p=193}}{{Sfn|Elayi|2018|p=19}} Keputusan Sanherib untuk mempertahankan nama lahirnya saat dinobatkan, alih-alih menyandang nama baru selaku raja, seperti yang pernah diperbuat oleh sekurang-kurangnya 19 dari 21 pendahulunya, menyiratkan tingginya rasa percaya diri. Sanherib juga menyandang beberapa gelar baru yang tidak pernah disandang raja-raja Asyur, misalnya "pembela kebenaran" dan "pecinta keadilan", yang menyiratkan keinginan untuk meninggalkan jejak pribadi pada era baru yang bermula dengan masa pemerintahannya.{{Sfn|Frahm|2014|p=204}}
 
Pada saat dinobatkan menjadi Raja Asyur, Sanherib sudah dewasa dan sudah menjadi putra mahkota selama 15 tahun, sehingga pahamia betulmemahami seluk-beluk administrasi Kemaharajaan Asyur Baru. Tidak seperti raja-raja sebelum maupun sesudahnya (termasuk ayahnya sendiri), Sanherib tidak mencitrakan diri sebagai seorang penakluk dan tidak banyak mengutarakan niat untuk menaklukanmenaklukkan dunia. Prasasti-prasasti keluarannya justru menonjolkan berbagai proyek pembangunan besar-besaran yang diprakarsainya. Sebagian besar kampanye militernya tidak dilancarkan untuk menaklukanmenaklukkan, melainkan untuk memadamkan pemberontakan, merebut kembali daerah-daerah yang dirampas musuh, dan untuk mengumpulkan dana bagi proyek-proyek pembangunannya.{{Sfn|Elayi|2018|p=20}} Kenyataan bahwa beberapa kampanye militer dipimpin para panglima, alih-alih dipimpin Sanherib sendiri, menunjukkan bahwa ia tidak gemar berperang seperti para pendahulunya.{{Sfn|Elayi|2018|p=21}} Ganjaran dan hukuman brutal terhadap musuh-musuh Asyur yang dijabarkan di dalam Tawarikh Sanherib belum tentu mencerminkan kejadian yang sesungguhnya. Penjabaran tersebut juga dimanfaatkan sebagai sarana intimidasi untuk kepentingan propaganda dan perang psikologi.{{Sfn|Elayi|2018|p=22}}
 
[[File:Inschrift über dem Kopf des Königs Sennacherib.jpg|thumb|Tulisan dalam [[bahasa Akkadia|bahasa Akad]] (berikut terjemahannya ke dalam bahasa Inggris) yang tertera di atas kepala pahatan sosok Sanherib di dalam relief [[Pengepungan Lakhis]], terdapat di dalam buku ''Discoveries in the Ruins of Nineveh and Babylon'' (terbit tahun 1853), karya tulis Austen Henry Layard.]]
Meskipun jelastampak kurang berminat menguasai dunia, Sanherib menyandang gelar-gelar tradisional Mesopotamia yang bermakna penguasa dunia, yakni "[[Raja Semesta Alam|raja semesta alam]]" dan "[[Raja Empat Penjuru|raja empat penjuru bumi]]". Gelar-gelar lain, misalnya "raja perkasa" dan "raja adikuasa", maupun sebutan-sebutan penghormatan seperti "nara perwira" (''zikaru qardu'') dan "banteng beringas" (''rīmu ekdu''), dipakai dengan maksud menandaskan kekuasaan dan kebesarannya. Sanherib meriwayatkan seluruh kampanye militernya sebagai pencapaian kemenangan, termasuk kampanye-kampanye militer yang gagal. Kenyataan ini belum tentu disebabkan oleh keangkuhan pribadi, karena kampanye militer yang gagal akan dipandang rakyatnya sebagai tanda bahwa para dewa tidak lagi merestui pemerintahannya.{{Sfn|Elayi|2018|p=20}} Sanherib sungguh-sungguh yakin bahwa para dewa merestui dirinya, oleh karena itu semua kampanye militer itu ia anggap sebagai perbuatan yang benar.{{Sfn|Elayi|2018|p=21}}
 
Eckart Frahm yakin bahwa Sanherib menderita [[gangguan stres pascatrauma]] akibat kemalangan yang menimpa ayahnya. Dari sumber-sumber yang ada, tampaknya Sanherib lekas naik darah jika menerima kabar buruk, dan mengalami masalah-masalah kejiwaan yang serius. Esarhadon menyebutkan di dalam prasasti keluarannya bahwa Sanherib disiksa "iblis ''alû''", dan mula-mula tidak seorang pun ahli nujum yang berani memberitahu sang raja tentang tanda-tanda kehadiran iblis tersebut.{{Sfn|Frahm|2014|p=203}} Tidak jelas apa yang dimaksud dengan iblis ''alû'', tetapi gejala-gejala lumrah yang disebutkan di dalam dokumen-dokumen dari masa itu mencakup pesakit tidak mengenali diri sendiri, pupil mata mengecil, tangan dan kaki mengejang, tidak mampu berbicara, dan telinga berdengung.{{Sfn|Frahm|2014|p=204}}
Baris 251 ⟶ 250:
 
[[File:The Death of Sennacherib - Google Art Project.jpg|thumb|Gambar miniatur dari kitab-kitab para nabi [[Perjanjian Lama]] yang dibuat di [[Kerajaan Sisilia]] sekitar tahun 1300, menampilkan tiga adegan berlainan dari aksi Sanherib memerangi bangsa Israel. Gambar kanan menampilkan adegan penumpasan angkatan perang Sanherib oleh Malaikat Tuhan. Gambar tengah menampilkan adegan perjalanan pulang Sanherib dan sisa angkatan perangnya ke Niniwe. Gambar kiri menampilkan adegan pembunuhan Sanherib oleh kedua putranya selagi ia berdoa kepada berhala.]]
Pada tahun 2014, Arkeolog Alkitab Isaac Kalimi dan sejarawan Seth Richardson menyifatkan serangan terhadap Yerusalem yang dilancarkan Sanherib pada tahun 701 SM sebagai salah satu "peristiwa penting di dalam sejarah dunia", karena dianggap telah mempertemukan perjalanan nasib dari tiga kelompok masyarakat yang mungkin saja akan bergulir sendiri-sendiri andaikata peristiwa ini tidak pernah terjadi. Menurut Isaac Kalimi, peristiwa ini maupun kesudahannya telah memengaruhi dan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi bukan hanya bagi bangsa Asyur dan bangsa Israel, melainkan juga bagi bangsa Babel, bangsa Mesir, [[bangsa Nubia]], bangsa Suriah-Het, dan [[orang Anatolia kuno|bangsa-bangsa di Jazirah Anatolia]]. Perang pengepungan Yerusalem tidak hanya dibicarakan di dalam sumber-sumber sezamannya, tetapi juga di dalam cerita-cerita rakyat dan tradisi-tradisi dari zaman-zaman sesudahnya, misalnya di dalam cerita rakyat Aram, di dalam karya-karya tulis [[Dunia Yunani-Romawi|Gerika-Romawi]] tentang sejarah Timur Dekat, serta di dalam cerita-cerita [[Kekristenan Suriah|umat Kristen Suryani]] dan [[bangsa Arab|Arab]] pada Abad Pertengahan.{{Sfn|Kalimi|Richardson|p=1|2014}} Kampanye militer Sanherib di Syam merupakan salah satu peristiwa penting di dalam Alkitab, karena diungkit dan diwacanakan di banyak tempat, teristimewa di dalam [[Kitab Raja-Raja]] ({{Alkitab|2 Raja-Raja 18:13–1913-19:37, 20:6}}) dan di dalam [[Kitab Tawarikh]] ({{Alkitab|2 Tawarikh 32:1–231-23}}).{{Sfn|Kalimi|2014|p=12}} Sebagian besar ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan masa pemerintahan Raja Hizkia di dalam Kitab Raja-Raja adalah riwayat kampanye militer Sanherib, dan dengan demikian mengekalkannya sebagai peristiwa terpenting sepanjang masa pemerintahan Hizkia.{{Sfn|Kalimi|2014|p=15}} Di dalam Kitab Tawarikh, yang ditonjolkan adalah kegagalan Sanherib dan kesuksesan Hizkia. Kampanye militer bangsa Asyur (diwacanakan sebagai suatu aksi agresi alih-alih sebagai aksi tanggapan terhadap aktivitas-aktivitas makar Hizkia) dianggap sudah sejak semula ditakdirkan gagal. Menurut narasi Kitab Tawarikh, tidak ada satu musuh pun, termasuk Raja Asyur yang adidaya, yang mampu berjaya mengangkangi Hizkia, karena Allah berada di pihaknya.{{Sfn|Kalimi|2014|p=21}} Konflik ini diuraikan sedemikian rupa seakan-akan sebuah [[perang suci]], didan manadalam perang tersebut Allah diyakini memerangi Sanherib siyang dianggap sebagai penyembah berhala.{{Sfn|Kalimi|2014|p=37}}
 
Sekalipun Kerajaan Asyur sepanjang sejarahnya pernah dipimpin lebih dari seratus orang raja, Sanherib (dan anak cucunya, Esarhadon, [[Asyurbanipal]], dan [[Syamas-syum-ukin]]) adalah salah seorang di antara segelintir raja Asyur yang terlestarikan di dalam ingatan maupun cerita-cerita rakyat Aram dan Suryani, lama sesudah kerajaan Asyur runtuh. Di dalam cerita rakyat Aram kuno berjudul [[Kisah Ahikar|Hikayat Ahikar]], Sanherib ditampilkan sebagai tokoh raja budiman, pelindung tokoh utama yang bernama Ahikar, sementara Esarhadon dihadirkan sebagai tokoh jahat. Cerita-cerita rakyat Suryani dari Abad Pertengahan mengetengahkan Sanherib sebagai raja pagan purbakala yang terbunuh dalam sengketa keluarga dan anak-anaknya masuk Kristen.{{Sfn|Kalimi|Richardson|p=5|2014}} Dalam legenda dari abad ke-4 tentang [[Behnam, Sarah, dan Empat Puluh Martir|Santo Behnam dan Santa Sarah]], Sanherib dihadirkan sebagai ramaraja prabusekaligus ayah kedua orang kudus itu dengan nama [[Sinharib]]. Sesudah Behnam masuk Kristen, Sinharib memerintahkan agar sang pangeran dihukum mati. Sinharib kemudian terserang penyakit berbahaya, dan baru sembuh sesudah dibaptis [[Matius|Santo Matius]] di kota Asyur. Sebagai wujud rasa syukur, Sinharib masuk Kristen dan membangun sebuah biara di dekat kota [[Mosul]] yang dinamakan [[Biara Mar Behnam|Deir Mar Matai]] (Biara Santo Matius).{{Sfn|Radner|2015|p=7}}
 
Sanherib juga muncul di dalam tradisi-tradisi Yahudi terkemudian. Di dalam [[Midras]], kumpulan telaah ayat-ayat Perjanjian Lama dan cerita-cerita yang baru muncul kemudian hari, peristiwa-peristiwa pada tahun 701 SM kerap diuraikan secara terperinci. Cerita-cerita ini juga berulang kali menghadirkan gambaran tentang angkatan perang besar yang dikerahkan Sanherib, dan menonjolkan tindakan Sanherib meminta petunjuk berulang kali dari para ahli nujum sehubungan dengan kampanye militernya, sehingga pelaksanaannya tertunda-tunda. Di dalam cerita-cerita tersebut, angkatan perang Sanherib dibinasakan ketika Hizkia mendaraskanmembacakan mazmur-mazmur [[Hallel|Halel]] pada malam [[Paskah Yahudi|Pesah]]. Peristiwa ini kerap digambarkan sebagai sebuah skenario [[Apokaliptisisme|apokaliptis]], didan manadalam skenario tersebut Hizkia digambarkan sebagai seorang tokoh [[Mesias dalam Yudaisme|mesianis]] sementara Sanherib berikut angkatan perangnya digambarkan sebagai pengejawantahan [[Gog dan Magog]].{{Sfn|Kalimi|Richardson|p=6|2014}} Karena sepak terjangnya tercatat di dalam Alkitab, Sanherib menjadi salah seorang Raja Asyur yang paling diingat orang sampai sekarang.'''{{Sfn|Mark|2014|p=}}'''
 
=== Temuan-temuan arkeologi ===
[[File:Ancient Assyria Bas-Relief of Armed Soldiers, Palace of King Sennacherib (704-689 BC) (a).jpg|thumb|Relief dua orang prajurit Asyur, dari istana Sanherib]]
Penemuan prasasti-prasasti keluaran Sanherib pada abad ke-19, yang memuat uraian tentang tindakan-tindakan kejam dan brutal seperti perintah untuk menggorok leher orang-orang Elam, serta memotong tangan dan bibir mereka, kian mengukuhkan citra Sanherib sebagai seorang raja yang zalim. Banyak prasasti Sanherib sudah diketahui keberadaannya, dan sebagian besar di antaranya kini menjadi koleksi [[Museum Vorderasiatisches Berlin|Museum Berlin|Vorderasiatisches Museum]] di [[Berlin]] dan [[British Museum]] di [[London]], kendati banyak pula yang menjadi koleksi lembaga-lembaga lain maupun orang-orang pribadi. Sejumlah benda berukuran besar yang memuat tulisan-tulisan dari zaman Sanherib masih ada di Niniwe, sebagian bahkan dikubur kembali.{{Sfn|Elayi|2018|p=2}} Catatan-catatan pribadi Sanherib berkenaan dengan proyek-proyek pembangunan dan kampanye-kampanye militernya, yang jamakumum disebut "Tawarikh Sanherib", sering kali disalin dan disebarluaskan ke seluruh pelosok wilayah Kemaharajaan Asyur Baru pada masa pemerintahannya. Selama enam tahun pertama masa pemerintahannya, catatan-catatan pribadi tersebut dituliskan pada silinder-silinder lempung, tetapi kemudian dituliskan pada prisma-prisma lempung, mungkin karena permukaan prisma lempung dapat menampung lebih banyak tulisan daripada permukaan silinder lempung.{{Sfn|Elayi|2018|p=3}}
 
suratSurat-surat yang diduga berasal dari Sanherib lebih sedikit jumlahnya daripada surat-surat yang diketahui berasal dari ayahnya maupun yang surat-surat keluaran masa pemerintahan Esarhadon. Sebagian besar surat Sanherib ditulis pada saat ia menjadi putra mahkota. Peninggalan-peninggalan tertulis selain yang dikeluarkan raja, misalnya dokumen-dokumen administratif, dokumen-dokumen ekonomi, dan tawarikh-tawarikh, justru lebih banyak jumlahnya.{{Sfn|Elayi|2018|p=4}} Selain peninggalan-peninggalan tertulis, ada banyak pula benda-benda karya seni yang berasal dari zaman Sanherib, teristimewa relief-relief Sanherib dari istananya di Niniwe. Lazimnya prasasti-prasasti tersebut menggambarkan aksi-aksi penaklukan yang dilancarkannya, kadang-kadang ditambahi kalimat-kalimat pendek sebagai penjelasan adegan yang terpahat. Relief-relief tersebut pertama kali ditemukan dan diekskavasi dari tahun 1847 sampai 1851 oleh [[Austen Henry Layard]], arkeolog berkebangsaan Inggris. Relief-relief perang pengepungan kota Lakhis yang ditemukan di situs Istana Barat Daya adalah temuan arkologi pertama yang mengonfirmasi sebuah catatan peristiwa di dalam Alkitab.{{Sfn|Elayi|2018|p=5}}
 
Asiriolog [[Hormuzd Rassam]] bersama [[Henry Creswicke Rawlinson]] (dari tahun 1852 sampai 1854), [[William Kennett Loftus]] (dari tahun 1854 sampai 1855), dan [[George Smith (Asiriolog)|George Smith]] (dari tahun 1873 sampai 1874) memimpin kegiatan ekskavasi lebih lanjut di situs Istana Barat Daya.{{Sfn|Elayi|2018|p=5}} Di antara berbagai peninggalan tertulis yang diekskavasi di situs itu, George Smith menemukan potongan prasasti [[mitos air bah|air bah]], yang menimbulkan kehebohan di kalangan sarjana maupun masyarakat umum. Sesudah usaha ekskavasi yang dilakukan George Smith, situs itu masih beberapa kali diekskavasi dan ditelaah secara intensif, yakni (sekali lagi) oleh Hormuzd Rassam (dari tahun 1878 sampai 1882), oleh [[Egiptologi|Egiptolog]] [[E. A. Wallis Budge]] (dari tahun 1889 sampai 1891), oleh Asiriolog [[Leonard William King]] (dari tahun 1903 sampai 1904), dan oleh Asiriolog [[Reginald Campbell Thompson]] (pada tahun 1905 dan dari tahun 1931 sampai 1932). [[Departemen Kepurbakalaan Irak]], di bawah pimpinan Asiriolog Tariq Madhloom, melaksanakan ekspedisi-ekspedisi termutakhir dari tahun 1965 sampai 1968. Banyak relief dari zaman Sanherib kini dapat disaksikan di Museum Vorderasiatisches Museum, British Museum, [[Museum Irak]] di [[Bagdad]], [[Metropolitan Museum of Art]] di [[New York City|New York]], dan Museum [[Louvre]] di [[Paris]].{{Sfn|Elayi|2018|p=6}}
 
Anggapan negatif tentang Sanherib sebagai seorang penakluk yang beringas sudah memudar di kalangan sarjana modern. Pada tahun 1978, Julian E. Reade mengemukakan di dalam karya tulisnya bahwa Sanherib adalah seorang raja yang menonjol di antara raja-raja Asyur karena berpikiran terbuka dan berpandangan jauh ke depan, dan bahwasanya Sanherib adalah tokoh "yang tidak saja mampu menanggulangi krisis-krisis biasa secara efektif, tetapi juga mampu mengubah krisis-krisis tersebut menjadi keuntungan, karena ia menciptakan, atau berusaha menciptakan, sebuah struktur kekaisaran yang kebal terhadap masalah-masalah tradisional". Julian E. Reade yakin bahwa salah satu penyebab keruntuhan Kemaharajaan Asyur dalam kurun waktu tujuh puluh tahun sesudah kemangkatan Sanherib adalah sikap abai raja-raja penerus terhadap kebijakan-kebijakan dan usaha-usaha pembaharuan yang digagas Sanherib.{{Sfn|Reade|1978|p=47}} Pada tahun 2018, Josette Elayi menyimpulkan di dalam karya tulisnya bahwa Sanherib sesungguhnya berbeda dari citra negatif tentang dirinya yang terlestarikan dari generasi ke generasi maupun dari citra raja sempurna yang ingin ia sebarluaskan melalui prasasti-prasastinya, tetapi unsur-unsur dari kedua citra tersebut memang ada di dalam dirinya. Menurut Josette Elayi, Sanherib "sudah tentu cerdas, terampil, dan memiliki kemampuan beradaptasi", tetapi "nilai-nilai keagamaan di dalam dirinya berkecamuk, karena di satu pihak ia menghancurkan patung-patung dan kuil-kuil para dewa Babel sementara di lain pihak ia terbiasa mencari tahu kehendak dewa-dewa tersebut sebelum bertindak dan berdoa kepada mereka". Josette Elayi yakin bahwa kelemahan terbesar Sanherib adalah "sifat lekas naik darah, pendendam, dan tidak sabaran yang dimilikinya" dan bahwasanya Sanherib dalam keadaan emosi dapat saja terdorong untuk membuat keputusan-keputusan yang irasional.{{Sfn|Elayi|2018|p=203}}
 
== Gelar ==
{{See also|Gelar Raja Akad}}
Gelar-gelar berikut ini digunakan di dalam catatan-catatan tertua mengenai kampanye militer Sanherib di Babel pada tahun 703 SM:{{Sfn|Frahm|2003|p=141}}
 
Baris 278 ⟶ 276:
== Baca juga ==
*[[Daftar Raja Asyur]]
*[[Sejarah militer Kekaisaran Asyur Baru|Sejarah militer Kemaharajaan Asyur Baru]]
*[[Prisma Sanherib|Tawarikh Sanherib]]
*[[Relief Lakhis|Relief-relief Lakhis]]
Baris 291 ⟶ 288:
{{refbegin|40em}}
*{{Cite book|last=Baker|first=Robin|url=https://books.google.com/books?id=Jn2kDAAAQBAJ|title=Hollow Men, Strange Women: Riddles, Codes and Otherness in the Book of Judges|publisher=[[Brill Publishers]]|year=2016|isbn=978-9004322660|location=Leiden|ref=CITEREFBaker2016}}
*{{Cite journal|last=Barnett|first=R. D.|date=1958|title=The Siege of Lachish|journal=[[Israel Exploration Journal]]|volume=8|issue=3|pages=161–164|jstor=27924740|ref=CITEREFBarnett1958}}
*{{Cite book|last=Bauer|first=Susan Wise|title=The History of the Ancient World: From the Earliest Accounts to the Fall of Rome|url=https://archive.org/details/historyofancient00baue|publisher=[[W. W. Norton & Company]]|year=2007|isbn=978-0393059748|location=New York|ref=CITEREFBauer2007}}
*{{Cite book|last=Bertman|first=Stephen|url=https://books.google.com/books?id=1C4NKp4zgIQC|title=Handbook to Life in Ancient Mesopotamia|publisher=[[Oxford University Press]]|year=2005|isbn=978-0195183641|location=Oxford|ref=CITEREFBertman2005}}
*{{Cite journal|last=Brinkman|first=J. A.|date=1973|title=Sennacherib's Babylonian Problem: An Interpretation|journal=[[Journal of Cuneiform Studies]]|volume=25|issue=2|pages=89–95|doi=10.2307/1359421|jstor=1359421|s2cid=163623620|ref=CITEREFBrinkman1973}}
*{{Cite journal|last=Caesar|first=Stephen W.|date=2017|title=The Annihilation of Sennacherib's Army: A Case of Septicemic Plague|url=https://jbqnew.jewishbible.org/assets/Uploads/454/jbq_454_caesarplague.pdf|journal=[[Jewish Bible Quarterly]]|volume=45|issue=4|pages=222–228|ref=CITEREFCaesar2017}}
*{{Cite book|last=Elayi|first=Josette|url=https://books.google.com/books?id=TsctDwAAQBAJ|title=Sargon II, King of Assyria|publisher=SBL Press|year=2017|isbn=978-1628371772|location=Atlanta|ref=CITEREFElayi2017}}
*{{Cite book|last=Elayi|first=Josette|url=https://books.google.com/books?id=OVNtDwAAQBAJ|title=Sennacherib, King of Assyria|publisher=SBL Press|year=2018|isbn=978-0884143178|location=Atlanta|ref=CITEREFElayi2018}}
Baris 309 ⟶ 306:
*{{Cite journal|last=Karim|first=Saad Kazim|last2=Amin|first2=Osama Shukir Muhammed|date=2018|title=Stroke in Ancient Mesopotamia|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6340609/|journal=Medical Archives|volume=72|issue=6|pages=449–452|pmc=6340609}}
*{{Cite journal|last=Kertai|first=David|date=2013|title=The Queens of the Neo-Assyrian Empire|url=https://www.academia.edu/5410565|journal=Altorientalische Forschungen|volume=40|issue=1|pages=108–124|doi=10.1524/aof.2013.0006|s2cid=163392326|ref=CITEREFKertai2013}}
*{{Cite book|last=Leick|first=Gwendolyn|url=https://books.google.com/books?id=jhbSbuplQ28C|title=Historical Dictionary of Mesopotamia|publisher=[[Scarecrow Press]]|year=2009|isbn=978-0810863248|location=Lanham}}
*{{Cite journal|last=Levine|first=Louis D.|date=1973|title=The Second Campaign of Sennacherib|url=https://www.jstor.org/stable/543858|journal=Journal of Near Eastern Studies|volume=32|issue=3|pages=312–317|jstor=543858}}
*{{Cite journal|last=Levine|first=Louis D.|date=1982|title=Sennacherib's Southern Front: 704-689 B.C.|url=https://www.jstor.org/stable/1359991|journal=Journal of Cuneiform Studies|volume=34|issue=1/2|pages=28–58|jstor=1359991|ref={{sfnref|Levine|1982}}}}
*{{Cite book|last=Luckenbill|first=Daniel David|url=https://oi.uchicago.edu/research/publications/oip/oip-2-annals-sennacherib|title=The Annals of Sennacherib|publisher=[[University of Chicago Press]]|year=1924|location=Chicago|oclc=506728|ref=CITEREFLuckenbill1924}}
*{{Cite book|last=Luckenbill|first=Daniel David|url=https://oi.uchicago.edu/research/publications/misc/ancient-records-assyria-and-babylonia-volume-2-historical-records-assyria|title=Ancient Records of Assyria and Babylonia Volume 2: Historical Records of Assyria From Sargon to the End|publisher=[[University of Chicago Press]]|year=1927|location=Chicago|oclc=926853184|ref=CITEREFLuckenbill1927}}
Baris 317 ⟶ 314:
*{{Cite book|last=McCormick|first=Clifford Mark|url=https://books.google.com/books?id=UwYu6oITBZsC|title=Palace and Temple: A Study of Architectural and Verbal Icons|publisher=[[Walter de Gruyter]]|year=2002|isbn=978-3110172775|location=Berlin|ref=CITEREFMcCormick2002}}
*{{Cite book|last=Melville|first=Sarah C.|url=https://books.google.com/books?id=tGe2DAAAQBAJ|title=The Campaigns of Sargon II, King of Assyria, 721–705 B.C.|publisher=University of Oklahoma Press|year=2016|isbn=978-0806154039|ref=CITEREFMelville2016}}
*{{Cite book|last=Ogden Bellis|first=Alice|url=https://journals.library.ualberta.ca/jhs/index.php/jhs/article/view/29552/21565|title=Jerusalem's Survival, Sennacherib's Departure, and the Kushite Role in 701 BCE: An Examination of Henry Aubin's Rescue of Jerusalem|publisher=Gorgias Press|year=2020|isbn=978-1463241568|editor-last=Ogden Bellis|editor-first=Alice|location=Piscataway|chapter=Introduction|ref=CITEREFOgden Bellis2020|access-date=2021-02-21|archive-date=2021-02-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20210203050949/https://journals.library.ualberta.ca/jhs/index.php/jhs/article/view/29552/21565|dead-url=yes}}
*{{Cite book|last=Porter|first=Barbara N.|url=https://books.google.com/books?id=J6toY--R430C|title=Images, Power, and Politics: Figurative Aspects of Esarhaddon's Babylonian Policy|publisher=[[American Philosophical Society]]|year=1993|isbn=978-0871692085|location=Philadelphia|ref=CITEREFPorter1993}}
*{{Cite book|last=Postgate|first=Nicholas|url=https://books.google.com/books?id=KDcUAgAAQBAJ|title=Bronze Age Bureaucracy: Writing and the Practice of Government in Assyria|publisher=[[Cambridge University Press]]|year=2014|isbn=978-1107043756|location=Cambridge|ref=CITEREFPostgate2014}}
*{{Cite journal|last=Radner|first=Karen|date=2003|title=The Trials of Esarhaddon: The Conspiracy of 670 BC|url=https://repositorio.uam.es/handle/10486/3476|journal=ISIMU: Revista sobre Oriente Próximo y Egipto en la antigüedad|volume=6|pages=165–183|ref=CITEREFRadner2003}}
*{{Cite book|last=Radner|first=Karen|title=Ancient Assyria: A Very Short Introduction|url=https://archive.org/details/ancientassyriave0000radn|publisher=[[Oxford University Press]]|year=2015|isbn=978-0198715900|location=Oxford|ref=CITEREFRadner2015}}
*{{Cite journal|last=Reade|first=Julian E.|date=1978|title=Studies in Assyrian Geography: Part I: Sennacherib and the Waters of Nineveh|url=https://www.jstor.org/stable/23282290|journal=Revue d'Assyriologie et d'archéologie orientale|volume=72|issue=1|pages=47–72|jstor=23282290|ref=CITEREFReade1978}}
*{{Cite book|last=Šašková|first=Kateřina|title=Shepherds of the Black-headed People: The Royal Office vis-à-vis godhead in ancient Mesopotamia|publisher=Západočeská univerzita v Plzni|year=2010|isbn=978-8070439692|editor-last=Šašková|editor-first=Kateřina|chapter=Esarhaddon's accession to the Assyrian throne|ref=CITEREFŠašková2010|editor-last2=Pecha|editor-first2=Lukáš|editor-last3=Charvát|editor-first3=Petr}}
{{refend}}
Baris 330 ⟶ 327:
* {{Cite web|title=Esarhaddon|url=https://www.britannica.com/biography/Esarhaddon|access-date=22 November 2019|website=Encyclopædia Britannica|ref=CITEREFEncyclopaedia_Britannica}}
* {{Cite web|url=https://www.ancient.eu/sennacherib/|title=Sennacherib|last=Mark|first=Joshua J.|date=2014|website=Ancient History Encyclopedia|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20200218155432/https://www.ancient.eu/sennacherib/|archive-date=18 Februari 2020|access-date=15 Februari 2020|ref=CITEREFMark2014}}
*{{Cite web|url=http://www.gatewaystobabylon.com/introduction/murderersennacherib.htm|title=The Murderer of Sennacherib|last=Parpola|first=Simo|author-link=Simo Parpola|date=1980|website=Gateways to Babylon|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20200218155554/http://www.gatewaystobabylon.com/introduction/murderersennacherib.htm|archive-date=18 Februari 2020|access-date=14 Desember 2019|ref=CITEREFParpola1980}}
{{refend}}
 
Baris 366 ⟶ 363:
}}
{{S-end}}
{{Authority control}}
 
{{Assyrian kings}}
{{artikel pilihan}}
 
{{DEFAULTSORT:Sanherib}}
[[Kategori:Kematian 681 SM]]
[[Kategori:Raja Asyur]]