Sejarah Mesir Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ghersyd (bicara | kontrib)
menambahkan pranala dalam
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah Mesir}}
'''Sejarah [[Mesir Kuno]]''' meliputi kurun waktu yang bermula sejak permukiman-permukiman [[Prasejarah Mesir|Zaman Prawangsa]] didirikan di kawasan utara [[Sungai Nil|Lembah Sungai Nil]] dan berakhir dengan [[Aegyptus (provinsi Romawi)|ditaklukkannya Mesir oleh bangsa Romawi]] pada tahun 30 SM. Zaman pemerintahan para firaun diperkirakan bermula sekitar tahun 3200 SM, dengan dipersatukannya [[Mesir Hulu]] dan [[Mesir Hilir]], sampai tanah Mesir ditaklukkan bangsa [[Makedonia (kerajaan kuno)|Makedonia]] pada tahun 332 SM dan lalu menjajah Indonesia
 
== Kronologi ==
{{Main|Kronologi Mesir}}
Sejarah Mesir Kuno dibagi-bagi menjadi beberapa kurun waktu berdasarkan zaman [[dinasti|wangsa-wangsa]] [[firaun]]. Penetapan tarikh peristiwa-peristiwa penting masih terus diteliti. Penetapan [[tarikh]] yang konservatif untuk kurun waktu tiga milenia tidak didukung satu pun tarikh mutlak yang andal. Berikut ini adalah pembagian kurun waktu sejarah Mesir Kuno menurut [[Kronologi Mesir|kronologi konvensional]].
 
* [[Prasejarah Mesir|Zaman Prawangsa]] (sebelum tahun 3100 SM)
Baris 20:
 
=== Zaman Batu Muda ===
[[Sungai Nil]] telah menjadi urat nadi peradaban Mesir semenjak masyarakat pemburu-peramu yang hidup berpindah-pindah mulai menempati tepiannya pada zaman [[Pleistosen]]. Peradaban bangsa Mesir perdana ini meninggalkan jejak-jejak berupa [[artefak]]-artefak dan ukiran-ukiran pada batu yang ditemukan di sepanjang teras Sungai Nil dan di wahah-wahah Mesir. Bagi bangsa Mesir, Sungai Nil berarti kehidupan dan gurun berarti kematian, kendati justru gurunlah yang membentengi mereka dari invasi.
 
Di sepanjang tepian Sungai Nil pada milenium ke-12 SM, muncul suatu kebudayaan masyarakat yang hidup dari mengirik biji-bijian dan telah memanfaatkan peralatan berupa bilah arit jenis terawal. Kebudayaan ini menggantikan kebudayaan masyarakat pengguna [[alat batu|peralatan batu]], yang mencari nafkah dengan [[perburuan|berburu]], [[penangkapan ikan|menangkap ikan]], dan [[pemburu-pengumpul|meramu]]. Ada pula bukti-bukti keberadaan permukiman manusia serta kegiatan penggembalaan ternak sebelum tahun 8000 SM di penjuru barat daya Mesir, dekat dari tapal batas [[Sudan]]. Meskipun demikian, menurut Barbara Barich, teori yang menyatakan bahwa penjinakan satwa jenis [[bovinae]] berlangsung di [[Afrika]] sudah harus ditinggalkan karena bukti-bukti lebih lanjut untuk kurun waktu sepanjang tiga puluh tahun yang terkumpul telah gagal mendukung teori itu.<ref>Barich, B. E. (1998) People, Water and Grain: The Beginnings of Domestication in the Sahara and the Nile Valley. Roma: L' Erma di Bretschneider (Studia archaeologica 98).</ref> Sehubungan dengan pendapat Barbara Barich ini, bekas-bekas penjinakan bovinae tertua di Afrika yang telah diketahui adalah bukti-bukti yang ditemukan di [[Al Fayyum]] dan diperkirakan berasal dari sekitar tahun 4400 SM.<ref>Barich et al. (1984) Ecological and Cultural Relevance of the Recent New Radiocabon dates from Libyan Sahara. In: L. Krzyzaniak and M. Kobusiewicz [eds.], Origin and Early Development of Food-Producing Cultures in Northeastern Africa, Poznan, Poznan Archaeological Museum, pp. 411–17.</ref> Bukti-bukti geologi dan studi percontohan iklim berbasis komputer menunjukkan bahwa perubahan iklim sekitar 8000 SM mengakibatkan kekeringan mulai melanda lahan penggembalaan ternak yang terbentang luas di kawasan utara Afrika dan pada akhirnya menciptakan [[Gurun Sahara]] (sekitar 2500 SM).
Baris 33:
Daerah Lembah Sungai Nil di Mesir pada hakikatnya tidak dapat didiami sebelum dimulainya kegiatan penerokaan dan pengairan lahan di sepanjang tepian sungai.<ref>Carl Roebuck, ''The World of Ancient Times'' (Charles Schribner's Sons Publishing: New York, 1966) hlm. 51.</ref> Namun tampaknya sebagian besar dari kegiatan penerokaan dan pengairan lahan ini sudah rampung sekitar tahun 6000 SM. Kala itu, masyarakat Lembah Sungai Nil sudah terbiasa bercocok tanam secara teratur dan mendirikan bangunan-bangunan besar di daerah Lembah Sungai Nil.<ref name="Redford 6">Redford, Donald B. ''Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times.'' (Princeton: University Press, 1992), hlm. 6.</ref> Pada masa yang sama, bangsa Mesir di penjuru tenggara tanah Mesir mencari nafkah dengan menggembalakan ternak, dan juga mendirikan bangunan-bangunan besar. [[Mortar]] dipergunakan sekitar tahun 4000 SM. Penduduk daerah lembah dan muara Sungai Nil adalah masyarakat swasembada. Mereka telah membudidayakan jelai dan [[gandum emmer]] (sejenis gandum kuno) serta menyimpannya dalam liang-liang beralas tikar gelagah.<ref name="Carl Roebuck p. 52">Carl Roebuck, ''The World of Ancient Times'', hlm. 52.</ref> Mereka membiakkan lembu, kambing, dan babi, menenun kain linen, dan menganyam keranjang.<ref name="Carl Roebuck p. 52"/> Zaman Prawangsa, yang oleh berbagai pihak diyakini bermula dengan peradaban [[Naqada]], berlangsung pada masa ini.
 
Antara 5500 sampai 3100 SM, pada Zaman Prawangsa Mesir, permukiman-permukiman kecil tumbuh subur di sepanjang tepian Sungai Nil yang bermuara ke [[Laut Tengah]]. Sekitar 3300 SM, menjelang berkuasanya [[Wangsa]] Mesir yang pertama, negeri Mesir terbagi atas dua kerajaan yang dikenal sebagai [[Mesir Hulu]] atau ''Ta Syemau'' di selatan, dan [[Mesir Hilir]] atau ''Ta Mehu'' di utara.<ref name = "Adkinsp155">Adkins, L. and Adkins, R. (2001) ''The Little Book of Egyptian Hieroglyphics'', p155. London: Hodder and Stoughton. ISBN .</ref> Garis perbatasan antara dua kerajaan ini terletak kira-kira di wilayah [[Kairo]] sekarang ini.
 
Peradaban Tasa adalah bentuk peradaban berikutnya yang muncul di [[Mesir Hulu]]. Peradaban ini dinamakan menurut nama situs Deir Tasa, tempat ditemukannya sekumpulan makam kuno. Deir Tasa terletak di tepi timur Sungai Nil, di antara [[Asyut]] dan [[Akhmim]]. Peradaban Tasa dikenal dengan tembikar bermulut hitam terawal yang dihasilkannya, yakni jenis gerabah merah dan cokelat yang bagian mulut dan dalam wadahnya diwarnai hitam<ref name="Gardiner 388">Gardiner (1964), p.388</ref>
 
[[Peradaban Badari]] yang dinamakan menurut nama situs [[Badari]], tidak jauh dari Deir Tasa, muncul setelah Peradaban Tasa. Kemiripan antara Peradaban Tasa dan Peradaban Badari membuat banyak pihak enggan membeda-bedakan keduanya. Peradaban Badari meneruskan pembuatan tembikar bermulut hitam (dengan mutu yang jauh lebih baik dibanding jenis sebelumnya), dan diberi nomor penanggalan sekuensi antara 21 dan 29.<ref name="Gardiner 389"/> Meskipun demikian, ada perbedaan penting antara Peradaban Tasa dan Peradaban Badari yang mencegah para cendekiawan untuk menggabungkan saja keduanya, yaitu bahwasanya situs-situs Badari telah mempergunakan alat-alat tembaga selain alat-alat batu, dan oleh karena itu merupakan pemukiman-pemukiman [[zaman tembaga|Zaman Tembaga]], sementara situs-situs Tasa masih bercorak [[neolitikum]], dan secara teknis dianggap masih tergolong [[Zaman Batu]].<ref name="Gardiner 389">Gardiner (1964), p.389</ref>
 
[[Peradaban Amra]] dinamakan menurut nama situs [[el-Amra]], sekitar 120&nbsp;km di selatan [[Badari]]. El-Amra adalah situs pertama tempat peradaban ini didapati tidak bercampur dengan Peradaban Gerza yang muncul sesudahnya. Meskipun demikian, karena peradaban ini lebih banyak didukung oleh temuan-temuan dari situs Naqada, maka disebut pula dengan nama Peradaban Naqada I.<ref name="Grimal 24">Grimal (1988) p.24</ref> Pembuatan tembikar bermulut hitam masih diteruskan, tetapi Peradaban ini mulai pula menghasilkan tembikar garis silang, yakni sejenis gerabah yang dihiasi barisan garis-garis putih, rapat dan paralel, yang kemudian disilangi barisan garis-garis putih, rapat dan paralel lainnya. Kurun waktu Peradaban Amra ditempatkan antara 30 dan 39 dalam sistem [[penanggalan sekuensi]] yang disusun Sir William Matthew [[Flinders Petrie]].<ref name="Gardiner 390">Gardiner (1964), 390.</ref> Perniagaan antara Mesir Hulu dan Mesir Hilir berlangsung pada kurun waktu peradaban ini, sebagaimana disiratkan oleh temuan-temuan dari hasil penggalian. Sebuah jambangan batu dari daerah utara ditemukan di el-Amra, dan tembaga, yang tidak terdapat di Mesir, tampaknya didatangkan dari Sinai atau mungkin pula dari Nubia. [[Obsidian]]<ref name="Grimal 28">Grimal (1988) p.28</ref> dan [[emas]] dalam jumlah yang sangat sedikit<ref name="Gardiner 390"/> sudah pasti didatangkan dari Nubia pada zaman ini. Perniagaan dengan wahah-wahah pun demikian.<ref name="Grimal 28"/>