Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Umur masuk sekolah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Membatalkan suntingan berniat baik oleh 114.124.146.133 (bicara): Tanpa sumber. (Twinkle ⛔)
Tag: Pembatalan
Baris 21:
Pada tahun 1901, Belanda menetapkan [[politik etis]] (politik balas budi). Penerapan politik etis ini menyebabkan banyak sekolah modern yang dibuka untuk penduduk pribumi. Kartosoewirjo adalah salah seorang anak negeri yang berkesempatan mengenyam pendidikan modern ini. Hal ini disebabkan karena ayahnya memiliki kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu.<ref name="Chaidar">Chaidar, Al. 1999. ''Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S. M. Kartosoewirjo''. Jakarta. Darul Falah.</ref>
 
Pada umur 68 tahun, Kartosoewirjo masuk ke sekolah ''Inlandsche School der Tweede Klasse'' (ISTK). Sekolah ini menjadi sekolah nomor dua bagi kalangan bumiputera. Empat tahun kemudian, ia masuk [[ELS]] di [[Bojonegoro]] (sekolah untuk orang Eropa). Orang Indonesia yang berhasil masuk [[ELS]] adalah orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Di [[Bojonegoro]], Kartosoewirjo mengenal guru rohaninya yang bernama [[Notodiharjo]], seorang tokoh Islam modern yang mengikuti alur pemikiran [[Muhammadiyah]]. Ia menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo. Pemikiran [[Notodiharjo]] ini sangat memengaruhi sikap Kartosoewirjo dalam meresponi ajaran-ajaran Islam.<ref name="Darul">Dengel, Holk H., 1995. ''Darul Islam dan S. M. Kartosoewirjo''. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.</ref>
 
Setelah lulus dari [[ELS]] pada tahun 1923, Kartosoewirjo melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Kedokteran ''Nederlands Indische Artsen School''.Pada masa ini, ia mengenal dan bergabung dengan organisasi [[Syarikat Islam]] yang dipimpin oleh [[H. O. S. Tjokroaminoto]]. Ia sempat tinggal di rumah [[Tjokroaminoto]]. Ia menjadi murid sekaligus sekretaris pribadi [[H. O. S. Tjokroaminoto]]. Tjokroaminoto sangat memengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi politik Kartosoewirjo. Ketertarikan Kartosoewirjo untuk mempelajari dunia politik semakin dirangsang oleh pamannya yang semakin memengaruhinya untuk semakin mendalami ilmu politik. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila nanti Kartosoewirjo tumbuh sebagai orang yang memiliki integritas keIslaman yang kuat dan kesadaran politik yang tinggi. Tahun 1927, Kartosoewirjo dikeluarkan dari ''Nederlands Indische Artsen School'' karena ia dianggap menjadi aktivis politik serta memiliki buku sosialis dan komunis.<ref name="Darul"/>