Sigmund Freud: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
menambahkan isi artikel
Baris 52:
Freud berpendapat bahwa perbedaan karakteristik fisik membuat kepribadian antara laki-laki dan perempuan juga berbeda. Menurutnya, perbedaan ini telah menjadi [[takdir]] dari [[Tuhan]] yang tidak dapat diubah, ditukar dan diprotes. Ia juga meyakini bahwa melawan kodrat atas hal ini merupakan tindakan yang tidak beretika. Karenanya, Freud menyatakan bahwa disposisi [[fisiologi]] dan [[biologi]] adalah sebuah takdir. <ref>{{Cite journal|last=Nurhayati|first=Eti|date=2016|title=Integrasi Perspektif Psikologi dan Islam dalam Memahami Kepribadian Laki-laki dan Perempuan|url=https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7963/5.pdf?sequence=1|journal=Proceeding of International Conference On Islamic Epistemology|pages=44|isbn=978-602-361-048-8}}</ref>
 
=== PsikoanalisaPsikoanalisis ===
Sigmund Freud menjadi pencetus pertama mengenai teori psikoanalisis. Teori ini digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai kepribadian individu secara [[sistematis]] berdasarkan kualitas kejiwaannya. Psikoanalisis juga disebut psikologi dalam. Alasannya adalah penerangan yang diberikan tidak hanya kepribadian yang tampak dari luar, tetapi juga kepribadian yang terdapat di dalam diri individu yang sifatnya tidak disadari.<ref>{{Cite book|last=Saleh|first=Adnan Achiruddin|date=2018|url=http://repository.iainpare.ac.id/1262/1/Buku%20Pengantar%20Psikologi.pdf|title=Pengantar Psikologi|location=Makassar|publisher=Penerbit Aksara Timur|isbn=978-602-5802-10-2|pages=15-16|url-status=live}}</ref>
Sigmund Freud menjadi pencetus pertama mengenai teori psikoanalisis. Ia mengemukakan bahwa ketidaksadaran merupakan faktor terpenting dalam pikiran manusia. Ia memiliki minat terhadap eksplorasi psikoanalitik. Penelitiannya mengenai psikoanalisis bertujuan menemukan cara pikiran manusia dapat bekerja secara normal. Pemikiran awal mengenai psikoanalisis dikemukakan olehnya pada tahun 1893 Freud bersama dengan Josef Breuer. Keduanya menerbitkan sebuah buku berjudul ''Studi tentang Histeria''.<ref name=":2" />
 
Sigmund Freud menjadi pencetus pertama mengenai teori psikoanalisis. Ia mengemukakan bahwa ketidaksadaran merupakan faktor terpenting dalam pikiran manusia. Ia memiliki minat terhadap eksplorasi psikoanalitik. Penelitiannya mengenai psikoanalisis bertujuan menemukan cara pikiran manusia dapat bekerja secara normal. Pemikiran awal mengenai psikoanalisis dikemukakan olehnya pada tahun 1893 Freud bersama dengan Josef Breuer. Keduanya menerbitkan sebuah buku berjudul ''Studi tentang Histeria''.<ref name=":2" />
 
Dalam karyanya yang berjudul ''Ego dan Id'' (1923), Freud membedakan perilaku manusia menjadi dua bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Proporsi kedua bagian ini diumpamakan seperti [[gunung es]] yang tampak di [[laut]]. Terdapat bagian yang timbul dan terdapat bagian yang tenggelam.<ref>{{Cite journal|last=Adnan, M. A. B., dkk.|date=2016|title=Stifin Personality Menurut Perspektif Islam|url=http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_512757877084.pdf|journal=Seminar Psikologi Kebangsaan-iii 2016|pages=453}}</ref> Bagian kesadaran adalah bagian gunung es yang tampak, sedangkan bagian ketidaksadaran adalah bagian gunung es yang tidak tampak. Ukuran bagian yang tidak tampak ini lebih besar dibandingkan dengan bagian gunung es yang tampak. Perumpamaan ini diartikan bahwa ketidaksadaran merupakan bagian yang memiliki banyak insting yang menyebabkan munculnya semua perilaku manusia. Konsep kesadaran dan ketidaksadaran oleh Freud direvisi lagi untuk kemudian diperkenalkan sebagai [[Id, ego dan super-ego|id, ego, dan super-ego]].<ref name=":2">{{Cite journal|last=Megantara, P., dkk.|date=2019|title=Kajian Psikoanalisis dalam Novel Kala Karya Syahid Muhammad dan Stefani Bella|url=https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/caraka/article/download/1362/927|journal=Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah|volume=9|issue=2|pages=119}}</ref>