Sistem koloid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NFarras (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 114.122.42.239) dan mengembalikan revisi 17472598 oleh NFarras
Tag: Pengembalian manual
k fix
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Milk.jpg|jmpl|Susu adalah koloid ter[[emulsi]] dari [[lemak susu]] dalam [[air]]]]
 
'''Sistem koloid''' (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran ([[sistem dispersi]]) dua atau lebih zat yang bersifat heterogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 10000 nm),<ref>{{Cite web|title=colloid {{!}} Definition & Facts|url=https://www.britannica.com/science/colloid|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2020-09-03}}</ref>, sehingga mengalami [[Efek Tyndall]]. Bersifat heterogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh [[gaya]] [[gravitasi]] atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat heterogen ini juga dimiliki oleh [[larutan]], tetapi tidak dimiliki oleh campuran biasa ([[suspensi]]).
Koloid dijumpai di mana-mana: [[susu]], [[agar-agar]], [[tinta]], [[sampo]], serta [[awan]] merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. [[Sitoplasma]] dalam [[Sel (biologi)|sel]] juga merupakan sistem koloid. [[Kimia koloid]] menjadi kajian tersendiri dalam [[kimia]] industri karena kepentingannya.
 
==Klasifikasi==
Koloid seringkalisering kali digolongkan beradasarkan sifat perpindahannya karena ukuran fase terdispersinya yang kecil dan tampak seperti [[campuran]]. Misal, terdapat sebuah koloid yang terdiri atas [[Padat|zat padat]] yang terdispersi dalam [[Cairan|zat cair]]. Apabila sistem koloid tersebut dilewatkan pada suatu membran ultrafiltrasi, maka zat padat dalam koloid tidak akan dapat menembus membran. Hal ini berbeda dengan [[ion]] dan [[molekul]] campuran pada umumnya yang larut dan mampu menembus membran. Ukuran pori membran yang lebih kecil daripada dimensi partikel koloid menyebabkan partikel koloid tertahan di membran. Semakin kecil ukuran pori membran, semakin banyak partikel koloid yang tertahan, dan semakin rendah pula konsentrasi zat terdispersi dalam cairan yang tersaring. Berdasarkan [[fase]] zat pendispersi dan zat terdispersinya, koloid dapat diklasifikasikan menjadi:<ref>{{Cite book|last=Sastrohamidjojo|first=Hardjono|date=24 Juli 2018|url=https://books.google.co.id/books?id=8CV0DwAAQBAJ|title=Kimia Dasar|location=|publisher=UGM PRESS|isbn=|pages=247|url-status=live}}</ref>
{| class="wikitable" style="text-align:center"
|-
Baris 32:
Contoh koloid hidrofil : sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob : sol belerang, sol-sol sulfida, sol Fe(OH)3, sol-sol logam.
 
Koloid liofil/hidrofil lebih kental daripada koloid liofob/hidrofob. Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil (bersifat reversibel). Sebaliknya, sol hidrofob akan terkoagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi sudah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.<ref name=":0">{{Cite book|last=Permana|first=Irvan|date=2009|url=|title=Memahami Kimia SMA/MA 2|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-176-7|pages=|url-status=live}}</ref>.
{| class="wikitable"
|'''No'''
Baris 64:
|Irreversibel (jika sudah menggumpal sukar dikoloidkan kembali)
|}
Sifat hidrofob dan hidrofil dimanfaatkan dalam proses pencucian pakaian pada penggunaan detergen. Apabila kotoran yang menempel pada kain tidak mudah larut dalam air, misalnya lemak dan minyak.dengan bantuan sabun atau detergen maka minyak akan tertarik oleh detergen. Oleh karena detergen larut dalam air, akibatnya minyak dan lemak dapat tertarik dari kain. Kemapuan detergen menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya tarik-menarik tersebut, tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menjadi turun dehingga lebih kuat tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat kuat detergen.<ref name=":0" />.
 
== Sifat-sifat Koloid ==
Baris 110:
Butir-butir kasar diperkecil ukurannya dengan menggiling atau menggerus koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi.
 
Contoh: Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama suatu zat inert (seperti gula pasir) kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.<ref name=":0" />.
 
==== b. Homogenisasi ====
Baris 118:
 
* Emulsi obat di pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi
* Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air menggunakan mesin homogenisasi.<ref name=":0" />.
 
==== c. Peptisasi ====
Dengan cara memecah partikel-partikel besar menjadi partikel koloid, misalnya suspensi, gumpalan atau endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
 
Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulaosa oleh aseton, karet oleh bensin, endapan NiS dipeptisasi oleh H<sub>2</sub>S dan endapan Al(OH)<sub>3</sub> oleh AlCl<sub>3</sub>.<ref name=":0" />.
 
==== d. Busur bredig ====
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dibuat menjadi koloid dipasang sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam medium dispersi. Kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, kemudian atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga menjadi partikel koloid. Cara ini merupakan gabungan cara dispersi dan kondensasi.<ref name=":0" />.
 
=== 2. Kondensasi ===
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggumpalkan partikel larutan menjadi partikel berukuran koloid. Kondensasi dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Kondensasi secara kimia dilakukan melalui reaksi redoks, hidrolisis, substitusi, dan penggaraman. Sedangkan secara fisika, kondensasi dilakukan melalui proses pendinginan, penggantian pelarut, dan pengembunan uap.<ref name=":0" />.
 
==== a. Reaksi hidrolisis ====
Baris 136:
Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)<sub>3</sub> dari hidrolisis FeCl<sub>3</sub>. Dengan cara memanaskan larutan FeCl<sub>3</sub> (apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl<sub>3</sub> akan terbentuk sol Fe(OH)<sub>3</sub>.
 
FeCl<sub>3(aq)</sub>    +  3H<sub>2</sub>O<sub>(l)</sub> →  Fe(OH)<sub>3(s)</sub> + 3HCl<sub>(aq)</sub><ref name=":0" />
 
==== b. Reaksi redoks ====
Baris 143:
Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H<sub>2</sub>S) dengan belerang dioksida (SO<sub>2</sub>), yaitu dengan mengalirkan gas H<sub>2</sub>S ke dalam larutan SO<sub>2</sub>.
 
2H<sub>2</sub>S<sub>(g)</sub>  +  SO<sub>2(aq)</sub>      2H<sub>2</sub>O<sub>(l)</sub>  +  3S<sub>(s)</sub><ref name=":0" />
 
==== c. Pertukaran ion ====
Baris 150:
Contoh: Pembuatan sol As<sub>2</sub>S<sub>3</sub> dengan mengalirkan gas H<sub>2</sub>S ke dalam larutan As<sub>2</sub>O<sub>3</sub> dengan reaksi berikut:
 
3H<sub>2</sub>S<sub>(g)</sub>  +  As<sub>2</sub>O<sub>3(aq)</sub>    As<sub>2</sub>S<sub>3(s)</sub>  +  3H<sub>2</sub>O<sub>(l)</sub><ref name=":0" />
 
==== d. Penggantian pelarut ====
Belerang mudah larut dalam alkohol (misal etanol) tetapi sukar larut dalam air. Jadi, untuk membuat sol belerang dalam medium pendispersi air, belerang dilarutkan ke dalam etanol sampai jenuh. Setelah itu, larutan belerang dalam etanol dimasukkan ke dalam air sedikit demi sedikit.  Partikel belerang akan menggumpal menjadi koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air. Kemudian etanol dapat dipisahkan dengan dialisis, maka terbentuklah sol belerang.<ref>{{Cite book|last=Partana|first=Crys Fajar|date=2009|url=|title=Mari Belajar Kimia untuk SMA/MA Kelas XI|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-188-0|pages=|url-status=live}}</ref>.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Bacaan lebih lanjut ==
* {{cite book |last= Johari|first= J.M.C.|authorlink= |coauthors= M. Rachmawati|title=Kimia 2 SMA dan MA Untuk Kelas XI|year= 2007|publisher= Esis/Erlangga|location= Jakarta|id = ISBN 974-734-720-6 }} {{id icon}}
 
{{kimia-stub}}