Soedirman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k -kat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(22 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
| name = Soedirman
| honorific_suffix =
| image = Jenderal Sudirman.jpg
| caption = LukisanSoedirman, Jenderaldari Soedirmansampul majalah ''Perewira'', oleh{{circa|Oktober Hardjanto1950}}
| alt = AFoto paintinghitam ofputih aSoedirman manberpakaian injas adan suit andmemakai peci looking forwardhitam
| birth_date = {{birth date|df=yes|1916|01|24}}{{efn|name=A}}
| death_date = {{death date and age|1950|01|29|1916|01|24|df=yes}}
Baris 21:
| unit =
| commands = {{bulleted list|Batalion [[Pembela Tanah Air|PETA]], [[Banyumas]]|Divisi Ke-5 [[Tentara Nasional Indonesia|TKR]], Banyumas|[[Panglima TNI#Panglima TNI|Panglima Besar]] dari TKR dan kemudian TNI}}
| battles = {{bulleted list|[[Perang Dunia II]]|{{br}}[[Revolusi Nasional Indonesia|Perang Revolusi Indonesia]]|{{tree list}}
**[[Pertempuran Ambarawa]]|
**[[Agresi Militer Belanda I|Operasi Produk]]|
**[[Pemberontakan PKI 1948]]
**[[Serangan Umum 1 Maret 1949]]}}
| battles_label =
| awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
Baris 72 ⟶ 76:
Soedirman dan beberapa rekannya sesama tentara PETA mendirikan cabang BKR di Banyumas pada akhir Agustus, setelah sebelumnya singgah di Kroya dan mengetahui bahwa batalion di sana telah dibubarkan. Dalam pertemuannya dengan komandan wilayah Jepang, Saburo Tamura, dan [[karesidenan|Residen]] Banyumas, Iwashige, Soedirman dan Iskak Cokroadisuryo memaksa Jepang untuk menyerahkan diri dan memberikan senjata mereka, sementara kerumunan warga Indonesia bersenjata mengepung kamp Jepang. Sebagian besar senjata ini kemudian digunakan oleh unit BKR Soedirman, menjadikan unitnya sebagai salah satu unit dengan senjata terbaik di Indonesia; sisa senjata juga dibagikan kepada batalion lain.{{sfn|Adi|2011|pp=42–43}}{{sfn|KR 1950, Djenderal Sudirman Wafat}}{{sfn|Sardiman|2008|p=123}}{{sfn|Said|1991|p=13}}
 
Sebagai negara yang baru merdeka dan belum memiliki militer yang professionalprofesional, pada tanggal 5 Oktober 1945 Soekarno mengeluarkan dekret pembentukan [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR, sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia). Sebagian besar personelnya adalah mantan tentara KNIL, sedangkan perwira tinggi berasal dari PETA dan Heihō.{{sfn|Anderson|2005|pp=232–234}} Dekret mengangkat [[Soeprijadi]] sebagai Panglima Besar TKR, namun ia tidak muncul,{{efn|Soeprijadi, seorang tentara PETA yang memimpin pemberontakan terhadap tentara Jepang di [[Blitar]] pada Februari 1945, dianggap sudah tewas. Sejarawan Amrin Imran berpendapat bahwa pengangkatan Soeprijadi mungkin adalah cara untuk mengetahui apakah ia masih hidup atau tidak; diperkirakan bahwa ia mungkin akan menghubungi pemerintah di Jakarta untuk mengambil alih jabatan ini jika ia masih hidup {{harv|Imran|1983|pp=71–72}}. Sedangkan {{harvtxt|Said|1991|p=28}} berpendapat bahwa pengangkatan Soeprijadi menunjukkan keraguan Soekarno dalam membangun angkatan perang.}} dan kepala staff Letnan Jenderal [[Oerip Soemohardjo]] ditetapkan sebagai pemimpin sementara.{{sfn|Imran|1983|pp=71–72}} Pada bulan Oktober, pasukan Inggris, yang bertugas melucuti senjata tentara Jepang dan memulangkan [[tawanan perang]] Belanda, tiba di [[Semarang]], dan kemudian bergerak menuju [[Magelang]]. Ketika Inggris mulai mempersenjatai kembali tentara Belanda yang menjadi tawanan perang dan sepertinya sedang mempersiapkan sebuah pangkalan militer di Magelang, Soedirman – yang sekarang menjadi kolonel – mengirim beberapa pasukannya di bawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman untuk mengusir mereka; misi ini berhasil, dan tentara Eropa menarik diri dari [[Ambarawa]], di tengah-tengah Magelang dan Semarang.{{sfn|Imran|1980|p=28}} Pada 20 Oktober, Soedirman membawahi Divisi V{{efn|Divisi V mencakup [[Kedu]] dan Banyumas. Divisi ini adalah salah satu divisi yang dibentuk oleh Oerip {{harv|Sardiman|2008|pp=126–127}}.}} setelah Oerip membagi Pulau Jawa menjadi divisi militer yang berbeda.{{sfn|Sardiman|2008|pp=126–127}}
 
Pada tanggal 12 November 1945, dalam pertemuan pertama TKR, Soedirman terpilih sebagai pemimpin TKR setelah melalui pemungutan suara buntu dua tahap. Pada tahap ketiga, Oerip mengumpulkan 21 suara, sedangkan Soedirman unggul dengan 22 suara; para komandan divisi [[Sumatra]] semuanya memilih Soedirman.{{efn|{{harvtxt|Said|1991|p=3}} menulis bahwa kurangnya bimbingan politik saat Oerip menjabat sebagai panglima sementara menyebabkan militer lebih memilih untuk menentukan pemimpinnya sendiri, bukannya melalui penunjukan. Pertemuan ini juga memilih Hamengkubuwono IX sebagai menteri pertahanan; pemilihan ini tidak diakui oleh pemerintah, yang memilih Amir Sjarifuddin {{harv|Said|1991|p=41}}.}}{{sfn|Nasution|2011|p=196}}{{sfn|Imran|1980|p=30}}{{sfn|Sardiman|2008|p=132}} Soedirman, yang saat itu berusia 29 tahun, terkejut atas hasil pemilihan dan menawarkan diri untuk melepas posisi tersebut kepada Oerip, namun para peserta rapat tidak mengizinkannya. Oerip, yang telah kehilangan kendali dalam pertemuan bahkan sebelum pemungutan suara dimulai, merasa senang karena tidak lagi bertanggung jawab atas TKR. Soedirman tetap menunjuk Oerip sebagai kepala staff. Sesuai dengan jabatan barunya, Soedirman dipromosikan menjadi Jenderal.{{sfn|Imran|1983|pp=74–79}}{{sfn|Adi|2011|p=46}}{{sfn|Setiadi|Yuliawati|2012|p=20}} Setelah pertemuan, Soedirman kembali ke Banyumas sembari menunggu persetujuan pemerintah dan mulai mengembangkan strategi mengenai bagaimana mengusir tentara Sekutu.{{sfn|Adi|2011|p=46}}{{sfn|Imran|1980|p=32}} Rakyat Indonesia khawatir bahwa Belanda, yang diboncengi oleh ''[[NICA|Nederlandsch Indië Civil Administratie]]'' (NICA), akan berupaya untuk merebut kembali nusantara. Tentara gabungan Belanda-Inggris telah mendarat di Jawa pada bulan September, dan [[Pertempuran Surabaya|pertempuran besar]] telah terjadi di [[Surabaya]] pada akhir Oktober dan awal November.{{sfn|Ricklefs|1993|p=217}} Ketidakstabilan ini, serta keraguan Soekarno atas kualifikasi Soedirman,{{efn|Soedirman pada saat itu hanya memiliki dua tahun pengalaman militer {{harv|Adi|2011|p=50}} Calon terkemuka lainnya, Oerip, telah menjadi perwira militer sejak Soedirman belum lahir {{harv|Imran|1983|p=27}}.}} menyebabkan terlambatnya pengangkatan Soedirman sebagai pemimpin TKR.{{sfn|Adi|2011|p=50}}
Baris 150 ⟶ 154:
Karena semakin meningkatnya tekanan dari PBB, pada 7 Mei 1949 Indonesia dan Belanda menggelar perundingan, yang menghasilkan [[Perjanjian Roem-Royen]]. Perjanjian ini menyatakan bahwa Belanda harus menarik pasukannya dari Yogyakarta, beserta poin-poin lainnya;{{efn|Perjanjian ini pada awalnya ditentang baik oleh militer Indonesia maupun Belanda, namun akhirnya tetap disahkan {{harv|Said|1991|pp=116–118}}.}}{{sfn|Said|1991|pp=116–118}} Belanda mulai menarik pasukannya pada akhir Juni, dan para pemimpin Indonesia di pengasingan kembali ke Yogyakarta pada awal Juli. Soekarno lalu memerintahkan Soedirman untuk kembali ke Yogyakarta, tetapi Soedirman menolak untuk membiarkan Belanda menarik diri tanpa perlawanan; ia menganggap pasukan TNI pada saat itu sudah cukup kuat untuk mengalahkan pasukan Belanda. Meskipun ia dijanjikan akan diberi obat-obatan dan dukungan di Yogyakarta, Soedirman menolak untuk kembali ke kalangan politisi, yang menurutnya telah sepaham dengan Belanda. Soedirman baru setuju untuk kembali ke Yogyakarta setelah menerima sebuah surat, yang pengirimnya masih diperdebatkan.{{efn|{{harvtxt|Said|1991|p=119}} menyatakan bahwa surat itu ditulis oleh Hamengkubuwono IX dan diantarkan oleh Suharto, sedangkan {{harvtxt|Imran|1980|pp=75–80}} berpendapat bahwa surat itu dari bawahan sekaligus teman dekat Soedirman, Kolonel [[Gatot Soebroto]].}} Pada tanggal 10 Juli, Soedirman dan kelompoknya kembali ke Yogyakarta, mereka disambut oleh ribuan warga sipil dan diterima dengan hangat oleh para elit politik di sana.{{sfn|Imran|1980|pp=75–80}}{{sfn|Sardiman|2008|p=199}} Wartawan [[Rosihan Anwar]], yang hadir pada saat itu, menulis pada 1973 bahwa "Soedirman harus kembali ke Yogyakarta untuk menghindari anggapan adanya keretakan antar pemimpin tertinggi republik".{{sfn|Setiadi|Yuliawati|2012|p=47}}
 
== Pasca-perang dan kematian ==
Pada awal Agustus, Soedirman mendekati Soekarno dan memintanya untuk melanjutkan perang gerilya; Soedirman tidak percaya bahwa Belanda akan mematuhi Perjanjian Roem-Royen, belajar dari kegagalan perjanjian sebelumnya. Soekarno tidak setuju, yang menjadi pukulan bagi Soedirman. Soedirman menyalahkan ketidak-konsistenan pemerintah sebagai penyebab penyakit tuberkulosisnya dan kematian Oerip pada 1948, ia mengancam akan mengundurkan diri dari jabatannya, namun Soekarno juga mengancam akan melakukan hal yang sama.{{sfn|Pemerintah Kota Jakarta, Sudirman}}{{sfn|McGregor|2007|p=129}}{{sfn|Pemerintah Kota Jakarta, Oerip Soemohardjo}} Setelah ia berpikir bahwa pengunduran dirinya akan menyebabkan ketidakstabilan, Soedirman tetap menjabat,{{sfn|Imran|1980|pp=82–83}} dan gencatan senjata di seluruh Jawa mulai diberlakukan pada tanggal 11 Agustus 1949.{{sfn|Said|1991|p=122}}
[[Berkas:Indonesia state officials paid tribute to General Sudirman, 29 January 1950.jpg|256px|ka|jmpl|Jenazah Soedirman disemayamkan di rumahnya di Yogyakarta]]
 
Soedirman terus berjuang melawan TBC dengan melakukan pemeriksaan di Panti Rapih.{{sfn|Imran|1980|pp=82–83}} Ia menginap di Panti Rapih menjelang akhir tahun, dan keluar pada bulan Oktober; ia lalu dipindahkan ke sebuah [[sanatorium]] di dekat Pakem.{{sfn|Sardiman|2008|p=203}} Akibat penyakitnya ini, Soedirman jarang tampil di depan publik.{{sfn|Imran|1980|p=84}}{{sfn|KR 1950, Pak Dirman Istirahat}}{{sfn|KR 1950, Perdjalanan Terachir}} Ia dipindahkan ke sebuah rumah di Magelang pada bulan Desember.{{sfn|KR 1950, Magelang Berkabung}} Pada saat yang bersamaan, pemerintah Indonesia dan Belanda mengadakan [[Konferensi Meja Bundar|konferensi panjang selama beberapa bulan]] yang berakhir dengan pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.{{sfn|Imran|1980|p=83}} Meskipun sedang sakit, Soedirman saat itu juga diangkat sebagai panglima besar TNI di negara baru bernama [[Republik Indonesia Serikat]]. Pada 28 Desember, Jakarta kembali dijadikan sebagai ibu kota negara.{{sfn|Sardiman|2008|p=203}}
[[Berkas:Sudirman's funeral procession 31 January 1950 KR.jpg|jmpl|kiri|alt=A line of men carrying a casket|Peti mati Soedirman dibopong oleh para tentara.]]
 
=== Kematian ===
Soedirman wafat di Magelang pada pukul 18.30 malam pada tanggal 29 Januari 1950; kabar duka ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI.{{sfn|Imran|1980|p=84}} Setelah berita kematiannya disiarkan, rumah keluarga Soedirman dipadati oleh para pelayat, termasuk semua anggota Brigade IX yang bertugas di lingkungan tersebut. Keesokan harinya, jenazah Soedirman dibawa ke Yogyakarta, diiringi oleh konvoi pemakaman yang dipimpin oleh empat [[tank]] dan delapan puluh kendaraan bermotor,{{sfn|KR 1950, Perdjalanan Terachir}} dan ribuan warga yang berdiri di sisi jalan. Konvoi tersebut diselenggarakan oleh anggota Brigade IX.{{sfn|KR 1950, Magelang Berkabung}}
[[Berkas:Grave of Sudirman.JPG|jmpl|ka|alt=A grave with the text Sudirman on it|Makam Soedirman di [[Taman Makam Pahlawan Kusumanegara|Taman Makam Pahlawan Semaki]] Yogyakarta; makam ini telah menjadi tujuan para pe[[ziarah]]peziarah.]]
{{multiple image
| align = left
| direction = horizontal
| caption_align = center
[[Berkas:|image1 = Indonesia state officials paid tribute to General Sudirman, 29 January 1950.jpg|256px|ka|jmpl|Jenazah Soedirman disemayamkan di rumahnya di Yogyakarta]]
|image2 = Sudirman's funeral procession 31 January 1950 KR.jpg
|footer = Jenazah Soedirman disemayamkan di rumahnya di Yogyakarta (kiri), dan Peti mati Soedirman dibopong oleh para tentara (kanan).}}
Soedirman wafatmeninggal dunia di Magelang pada pukul 18.30 malam pada tanggal 29 Januari 1950; kabar duka ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI.{{sfn|Imran|1980|p=84}} Setelah berita kematiannya disiarkan, rumah keluarga Soedirman dipadati oleh para pelayat, termasuk semua anggota Brigade IX yang bertugas di lingkungan tersebut. Keesokan harinya, jenazah Soedirman dibawa ke Yogyakarta, diiringi oleh konvoi pemakaman yang dipimpin oleh empat [[tank]] dan delapan puluh kendaraan bermotor,{{sfn|KR 1950, Perdjalanan Terachir}} dan ribuan warga yang berdiri di sisi jalan. Konvoi tersebut diselenggarakan oleh anggota Brigade IX.{{sfn|KR 1950, Magelang Berkabung}}
 
Jenazah Soedirman disemayamkan di [[Masjid Gedhe Kauman]] pada sore hari, yang dihadiri oleh sejumlah elit militer dan politik Indonesia maupun asing, termasuk Perdana Menteri [[AbdulAbdoel Halim]], Menteri Pertahanan [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]], Menteri Kesehatan [[Johannes Leimena]], Menteri Keadilan [[Abdoel Gaffar Pringgodigdo]], Menteri Informasi Arnold Mononutu, Kepala Staff TNI AU [[Soerjadi Soerjadarma]], Kolonel Paku Alam VIII, dan Soeharto. Upacara ini ditutup dengan prosesi hormat 24 senjata.{{sfn|KR 1950, Perdjalanan Terachir}} Jenazah Soedirman kemudian dibawa ke [[Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara|Taman Makam Pahlawan Semaki]] dengan berjalan kaki, sementara kerumunan pelayat sepanjang {{convert|2|km|sp=br}} mengiringi di belakang.{{sfn|KR 1950, Perdjalanan Terachir}} Ia dikebumikan di sebelah Oerip setelah prosesi hormat senjata. Istrinya menuangkan tanah pertama ke makamnya,{{sfn|Imran|1980|p=86}} lalu diikuti oleh para menteri.{{sfn|KR 1950, Perdjalanan Terachir}} Pemerintah pusat memerintahkan pengibaran [[bendera setengah tiang]] sebagai tanda berkabung di seluruh negeri,{{sfn|KR 1950, Pak Dirman Istirahat}} dan Soedirman dipromosikan menjadi jenderal penuh.{{sfn|KR 1950, Djenderal Sudirman Wafat}} Djenderal Major [[Tahi Bonar Simatupang]] terpilih sebagai pemimpin angkatan perang yang baru.{{sfn|KR 1950, Perdjalanan Terachir}} Memoar Soedirman diterbitkan pada tahun itu, dan rangkaian pidato-pidatonya juga diterbitkan pada tahun 1970.{{sfn|McGregor|2007|p=127}}
 
==== PeninggalanReaksi ====
[[Berkas:Grave of Sudirman.JPG|jmpl|ka|alt=A grave with the text Sudirman on it|Makam Soedirman di [[Taman Makam Pahlawan Kusumanegara|Taman Makam Pahlawan Semaki]] Yogyakarta; makam ini telah menjadi tujuan para pe[[ziarah]].]]
 
Surat kabar harian Yogyakarta, ''[[Kedaulatan Rakyat|Kedaulatan Rakjat]]'', menulis bahwa Indonesia telah kehilangan seorang "pahlawan yang jujur dan pemberani."{{efn|Asli: "''... seorang pahlawan jang djudjur dan berani''"}}{{sfn|KR 1950, Pak Dirman Istirahat}} Kolonel [[Paku Alam VIII]], yang bertanggung jawab atas wilayah Yogyakarta, mengatakan kepada kantor berita nasional [[ANTARA|Antara]] bahwa seluruh rakyat Indonesia, khususnya angkatan perang, telah "kehilangan seorang bapak yang tidak ternilai jasa-jasanya kepada tanah air".{{efn|Asli: "''... seluruh rakjat Indonesia umumnja dan angkatan perang chususnja, kehilangan seorang bapak jg tidak ternilai djasa2nja kepada tanah air ...''"}}{{sfn|KR 1950, Djenderal Sudirman Wafat}} Tokoh Muslim Indonesia, [[Hamka|Haji Abdul Malik Karim Amrullah]], menggambarkan sosok Soedirman sebagai "lambang dari kebangunan jiwa pahlawan Indonesia",{{efn|Asli: "'' ... lambang dari kebangunan djiwa pahlawan Indonesia.''"}}{{sfn|Sardiman|2008|p=218}} sedangkan politisi Muslim [[Muhammad Isa Anshary]] menyatakan bahwa Soedirman adalah "putra revolusi, karena dia lahir dalam revolusi, dan dibesarkan oleh revolusi".{{efn|Asli: "''Putera revolusi, karena dia lahir dalam revolusi, dan dibesarkan oleh revolusi.}}{{sfn|Sardiman|2008|p=219}} Dalam sebuah pidato radio, Hatta mengungkapkan bahwa Soedirman adalah sosok yang tidak mungkin bisa dikendalikan dan keras kepala, tetapi tetap bertekad untuk melakukan yang benar bagi negara; Hatta berkata meskipun Soedirman tidak menyukai jabatan pemerintahan, ia secara umum tetap mematuhi perintahnya.{{sfn|KR 1950, Djenderal Sudirman Wafat}} Namun, Hamengkubuwono IX mengungkapkan bahwa tentara terlatih seperti [[Abdul Haris Nasution]] dan Tahi Bonar Simatupang kecewa terhadap Soedirman karena latar belakang dan pengetahuan teknik militernya yang buruk.{{sfn|Said|1991|p=55}}
 
== Warisan ==
[[Berkas:Jenderal Sudirman.jpg|jmpl|200px|Lukisan Soedirman oleh Hardjanto, dari koleksi pribadi milik [[Prabowo Subianto]].]]
[[Berkas:Indonesia 1968 5r o.jpg|jmpl|kiri|alt=A 5 rupiah banknote, with a picture of Sudirman on its left side|Soedirman pada uang kertas 5 [[rupiah]] keluaran 1968.]]
 
Opini modern yang berkembang di Indonesia mengenai Soedirman cenderung berupa pujian. Sardiman, seorang profesor sejarah di [[Universitas Negeri Yogyakarta]], menulis bahwa Soedirman hidup sebagai pembicara seperti Soekarno, yang dikenal karena pidatonya yang berapi-api,{{sfn|Sardiman|2008|p=93}} dan pemimpin yang berbakti dan tidak bisa disuap.{{sfn|Sardiman|2008|p=174}} Sejarawan Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [[Nugroho Notosusanto]] menggambarkan Soedirman sebagai "satu-satunya idolanya", menyatakan bahwa masa-masa gerilya sang jenderal adalah asal ''[[esprit de corps]]'' TNI.{{sfn|McGregor|2007|p=128}} Kampanye gerilya Soedirman lebih ditekankan dalam biografinya karena pada masa ini, angkatan perang memiliki peran yang lebih besar jika dibandingkan dengan pemimpin politik di pengasingan.{{sfn|McGregor|2007|p=128}} Sejak 1970-an, semua taruna militer harus menelusuri kembali rute gerilya Soedirman sepanjang {{convert|100|km|adj=on}} sebelum lulus dari Akademi Militer, bentuk "ziarah" yang bertujuan untuk menanamkan rasa perjuangan.{{sfn|McGregor|2007|p=130}} Makam Soedirman juga menjadi tujuan [[ziarah]], baik dari kalangan militer ataupun masyarakat umum.{{sfn|McGregor|2007|p=133}} Menurut Katharine McGregor dari [[Universitas Melbourne]], militer Indonesia telah memuliakan status Soedirman menjadi semacam orang suci.{{sfn|McGregor|2007|p=220}}
 
Soedirman telah menerima berbagai [[Daftar tanda kehormatan di Indonesia|tanda kehormatan dari pemerintah pusat]] secara anumerta, termasuk [[Bintang Sakti]], [[Bintang Gerilya]],{{sfn|Tjokropranolo|1992|p=327}} [[Bintang Mahaputra Adipurna]],{{sfn|Sekretariat Negara Republik Indonesia, Bintang Mahaputra Adipurna}} [[Bintang Mahaputra Pratama]],{{sfn|Sekretariat Negara Republik Indonesia, Bintang Mahaputra Pratama}} [[Bintang Republik Indonesia Adipurna]],{{sfn|Sekretariat Negara Republik Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna}} dan [[Bintang Republik Indonesia Adipradana]].{{sfn|Sekretariat Negara Republik Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipradana}}{{efn|bintang Sakti adalah tanda kehormatan militer tingkat tinggi bagi yang menunjukkan keberanian melampaui panggilan tugas {{harv|UU No. 20/2009|pp=4, 10, 23}}. Bintang Mahaputra adalah tanda kehormatan tingkat tinggi bagi orang-orang yang telah membantu pembangunan Indonesia, menjadi ahli dalam bidang tertentu, atau secara luas diakui atas pengorbanan mereka bagi negara {{harv|UU No. 20/2009|pp=4, 9, 23}}. Bintang Republik Indonesia adalah tanda kehormatan tertinggi yang diberikan bagi warga sipil {{harv|Saragih 2012, SBY bestows honors}}.}} Pada 10 Desember 1964, Soedirman ditetapkan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] melalui Keputusan Presiden No. 314 Tahun 1964. Oerip juga dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional oleh keputusan yang sama.{{sfn|Sekretariat Negara Republik Indonesia, Daftar Nama Pahlawan}} Soedirman dipromosikan menjadi [[Jenderal Besar]] pada tahun 1997.{{sfn|McGregor|2007|p=139}}
[[Berkas:Indonesia 1968 5r o.jpg|jmpl|kiri|alt=A 5 rupiah banknote, with a picture of Sudirman on its left side|Soedirman pada uang kertas 5 [[rupiah]] keluaran 1968.]]
 
Menurut McGregor, militer memanfaatkan sosok Soedirman sebagai simbol kepemimpinan setelah mereka meraih kekuasaan politik.{{sfn|McGregor|2007|p=127}} Gambar Soedirman ditampilkan dalam seri uang kertas [[rupiah]] terbitan 1968.{{efn|Ini termasuk pecahan 1, 2½, 5, 10, 25, 50, 100, 500, dan 1000 rupiah {{harv|Cuhaj|2012|pp=501–502}}.}} Soedirman juga ditampilkan sebagai karakter utama dalam beberapa film perang, termasuk ''[[Janur Kuning]]'' (1979) dan ''[[Serangan Fajar]]'' (1982).{{sfn|McGregor|2007|p=127}}
Baris 546 ⟶ 559:
 
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
{{Panglima TNI}}
{{Authority control}}
{{artikel pilihan}}
Baris 586 ⟶ 600:
{{DEFAULTSORT:Sudirman}}
[[Kategori:Semua artikel pilihan]]
[[Kategori:Semua artikel biografi]]
[[Kategori:Semua orang yang sudah meninggal]]
[[Kategori:Artikel Wikipedia dengan penanda VIAF]]
Baris 600 ⟶ 613:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Purbalingga]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipurna]]
Baris 606 ⟶ 619:
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]]
[[Kategori:Penerima Bintang Sakti]]
[[Kategori:Tokoh dari Purbalingga]]