Soeman Hasiboean: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Penjajahan Jepang dan Revolusi Nasional Indonesia: 'kemudain' menjadi 'kemudian' Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(42 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku Mandailing|Mandailing]]|[[Hasibuan]]}}
{{periksa terjemahan|en|Soeman Hasiboean}}
{{Infobox person
| name = Soeman
| image = Suman Hs in Lontar Foundation film on Suman Hs (02.42).jpg
| image_size =
| birth_date = {{Birth date|1904|4|4|df=y}}
| birth_name = Soeman Hasibuan
| birth_place = [[Bengkalis]], [[Riau]], [[Hindia Belanda]]
| death_date =
| death_place = [[Pekanbaru]], [[Riau]], [[Indonesia]]▼
| known_for = Promosi pendidikan, penulisan
| notable_works = {{plainlist|
* ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan''
* ''[[Kawan Bergeloet]]''
}}
| parents =
| religion = Islam{{sfn|Tanjungpinang, 2014}}
| nationality = [[Indonesia]]
| ethnicity = [[Suku
▲|death_place = [[Pekanbaru]], [[Riau]]
}}
'''Soeman
Pada masa [[pendudukan Jepang di Hindia Belanda]] (1942–1945) dan kemudian [[Revolusi Nasional Indonesia|revolusi]], Soeman—meskipun ia tetap seorang
Sebagai seorang pengarang, Soeman menulis cerita-cerita yang bertemakan [[suspens]] dan humor, menggambarkan fiksi detektif dan petualangan Barat serta [[sastra Melayu klasik]]. Karya tulis
== Kehidupan awal ==
Soeman lahir di [[Bengkalis]], [[Riau]], [[Hindia Belanda]], pada 1904.{{efn|Tanggal tidak dicatat. Soeman kemudian menyatakan bahwa ia diberitahukan tahun kelahirannya oleh ayahnya, namun ia tidak memastikan apakah informasi tersebut akurat {{harv|Kasiri|1993|p=92}}.}} Ayahnya
Di Bengkalis, Wahid dan Turumun menanam [[nanas]] dan [[kelapa]]. Wahid juga mengajarkan [[ngaji]], yang membuatnya meraih pemasukan dari keluarga Muslim.<ref>{{harvnb|Tanjungpinang, 2014}}; {{harvnb|Muhammad|2002|p=201}}; {{harvnb|Kasiri|1993|p=93}}.</ref> Karena ayahnya mengajar di rumahnya, Soeman mulai belajar ngaji pada usia muda. Selain itu, ia juga mendengar cerita-cerita kejahatan yang terjadi di kota-kota besar seperti [[Singapura]] dari para pedagang yang mengunjungi Wahid. Pada 1913, Soeman masuk sebuah sekolah Melayu lokal, dimana guru-gurunya mendorongnya untuk membaca. Soemana membaca sejumlah buku karya pengarang Melayu dan Eropa dari perpustakaan sekolah sebelum ia lulus pada 1918.{{efn|Dalam sebuah wawancara 1994, Soeman berkata bahwa seseorang telah berkata bahwa ia telah membaca seluruh ratusan buku di perpustakaan sekolah tersebut {{harv|Nasution|1998|loc=7:30–7:50}}.}}<ref>{{harvnb|Kasiri|1993|pp=92–93}}; {{harvnb|Nasution|1998|loc=7:07}}.</ref>
Bercita-cita menjadi guru, Soeman berupaya masuk kursus untuk menjadi guru potensial di [[Medan]], [[
Setelah lulus, Soeman menemukan pekerjaan di HIS Siak Sri Indrapura, sebuah [[Hollandsch-Inlandsche School|sekolah berbahasa Belanda untuk murid-murid pribumi]] di [[Kesultanan Siak Sri Indrapura|Siak Sri Indrapura]],
== Karier menulis ==
Soeman mulai menulis pada 1923 tak lama setelah menyelesaikan pendidikannya.{{sfn|Kasiri|1993|p=106}} Terinspirasi oleh ayahnya, yang berhenti menggunakan nama klan Hasibuan di Bengkalis yang didominasi [[suku Melayu|Melayu]], ia memakai nama pena Soeman Hs.{{sfn|Muhammad|2002|p=201}} Ia menyerahkan novel pertamanya, ''Kasih Tak Terlarai'', kepada penerbit negeri [[Balai Pustaka]]. Buku tersebut
[[Berkas:Pertjobaan Setia (2nd edition), cover.jpg|
Karya tersebut disusul oleh ''Pertjobaan Setia'' pada 1931, sebuah novel
Soeman menerbitkan novel lainnya, ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan'', pada 1932. Novel tersebut
Antara 1932 dan 1938, Soeman menerbitkan dua novel berikutnya, ''Kasih Tersesat'' (diserialisasikan dalam ''Pandji Poestaka'' pada 1932) dan ''Teboesan Darah'' (diterbitkan dalam ''Doenia Pengalaman''<!--Issue 8, April edition--> pada 1939).<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Jassin|1963|p=309}}</ref> Novel ''Teboesan Darah'' menandai kembalinya Sir Joon, yang muncul dalam beberapa cerita detektif lainnya karya pengarang lainnya.<ref>{{harvnb|Teeuw|2013|p=72}}; {{harvnb|Jedamski|2009|pp=
== Penjajahan Jepang dan Revolusi Nasional Indonesia ==
Baris 48 ⟶ 50:
Meskipun [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] dibuat pada 17 Agustus 1945, beritanya tidak mencapai Riau sampai bulan September. Pada bulan berikutnya, Soeman terpilih pada Komite Nasiona Indonesia untuk Pasir Pengaraian yang baru dibentuk, dan kemudian menjadi ketuanya. Pada masa jabatannya, ia menghadapi perselisihan antara bekas staf kolonial yang lebih menginginkan Belanda kembali dan orang-orang yang mendukung kemerdekaan Indonesia; pasukan Belanda kembali ke Jawa, dan [[Pertempuran Surabaya|konflik fisik]] terjadi antara pasukan [[Sekutu Perang Dunia II|Sekutu]] dan pasukan republik Indonesia di [[Surabaya]]. Pada tahun berikutnya, Soeman terpilih pada Dewan Perwakilan Regional untuk Riau, yang berbasis di [[Pekanbaru]].{{sfn|Kasiri|1993|p=100}}
Setelah [[Operasi Kraai]] pada 1948, ketika pasukan Belanda menduduki
== Pengajar dan kehidupan selanjutnya ==
Setelah [[Konferensi Meja Bundar]] pada 1949, Soeman dipanggil ke Pekanbaru dan diangkat menjadi kepala cabang regional dari [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Indonesia)|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]]. Tugas utamanya adalah
Peristiwa tersebut disusul oleh periode pembangunan infrastruktur pendidikan lanjutan. Untuk membantu para guru SD melanjutkan pendidikan mereka, Soeman mengambil gambar dalam pendirian sebuah SMP swasta pada 1953.{{efn|Sebagian besar guru hanya menempuh pendidikan tingkat SD {{harv|Kasiri|1993|p=102}}.}} Pada tahun berikutnya, ia membantu pendirian SMA Setia Dharma, SMA pertama di Riau. Menteri Pendidikan [[Mohammad Yamin]] menghadiri acara pembukaannya, dimana Soeman membandingkan situasi di Riau dengan Aceh dan
Soeman melanjutkan bekerja untuk mendirikan sekolah-sekolah baru di Riau. Pada akhir 1950an, melihat berkembangnya sekolah-sekolah dari organisasi [[Kekristenan di Indonesia|Kristen]], Soeman, dengan bekerja dengan Muslim lainnya di Riau, mulai mendirikan sekolah-sekolah Islam pada tingkat TK, SD,
Meskipun ia secara resmi pensiun sebagai guru untuk bergabung dengan Badan Pemerintah Harian, dari 1960an Soeman terlibat dalam beberapa yayasan pendidikan. Ia menjabat sebagai direktur jenderal Yayasan Lembaga Pendidikan Islam serta ketua badan kepengurusan Setia Dharma, Yayasan Pendidikan Riau, dan Lembaga Sosial Budaya Riau. Ia juga mengutamakan hubungan dengan pemerintah provinsi; pada 1966, ia secara resmi menjadi bagian dari Dewan Perwakilan Regional, dan pada 1976, atas rekomendasi Gubernur Arifin Achmad, ia naik [[haji]] menggunakan kas negara.{{efn|Dalam sebuah wawancara 1989, Soeman berkata bahwa ia menganggap rekomendasi Achmad sebagai sebuah permintaan atas reaksi gubernur terhadap kritikan Soeman yang ditujukan kepada kebijakan-kebijakannya {{harv|Kasiri|1993|p=117}}.}}<ref>{{harvnb|Eneste|1981|p=92}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=116–118}}</ref>
Baris 62 ⟶ 64:
== Gaya dan proses kreatif ==
[[Berkas:Lontar Foundation film on Suman Hs.webm|
Soeman mengkredit kisah-kisah petualangan [[Alexandre Dumas]] dan pengarang-pengarang serupa, yang ia baca dalam terjemahan, untuk memahami genre petualangan dan detektif. Soeman memahami penggunaan [[suspens]] pada cerita-cerita tersebut, yang diset dalam karya-karya yang biasanya mempengaruhi para pengarang Melayu seperti [[Marah Rusli]].{{sfn|Kasiri|1993|pp=109–110}} Menurut kritikus kebudayaan [[Sutan Takdir Alisjahbana]], Soeman, dalam pembangunan suspensnya, memimikkan kisah-kisah detektif Barat ketimbang mengadaptasi gaya penyetingan Timur.{{sfn|Alisjahbana|1941|p=12}} Namun, pengaruh-pengaruh tradisional tampak dalam karya-karya Soeman. Ia mengkredit unsur-unsur komedi dari cerita-cerita pendeknya untuk aspek-aspek
Penyair [[Eka Budianta]] menyatakan bahwa teman umum dalam karya-karya Soeman adalah memperkuat cinta dan kemampuannya untuk mengatasi masalah.{{sfn|Nasution|1998|loc=9:12–9:57}} Soeman menulis kekuatan cinta dan pernikahan atas dasar cinta dalam menanggapi perlakuan wanita dalam budaya ''[[adat]]'' (tradisional). Di kalangan Melayu Riau, [[pernikahan perjodohan]] adalah hal umum, dan wanita terkadang dinikahkan dengan seorang pria yang lebih tua dari ayahnya. Sebelum pernikahan, wanita muda tidak boleh
Beberapa karakter buatan Soeman tidak teridentifikasi sebagai [[Pribumi-Nusantara]], yang meliputi Nona (nama umum di kalangan [[Tionghoa Indonesia|etnis Tionghoa]]) dan Sir Joon (orang [[orang Indo|Eurasia]]). Hal tersebut merupakan bagian dari sebuah penawaran untuk menghibur para pembaca dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, serta orang-orang yang tinggal di Singapura.{{sfn|Kasiri|1993|p=109}} Hal tersebut juga menyajikan kritikan lembut bagi Soeman. Dalam sebuah wawancara, Soeman berkata: "Roman saya selalu mendobrak adat yang kaku. Nah, untuk menggambarkan itu, sengaja saya pilih tokoh orang asing, yang lebih diterima jika memberontak adat. Itu hanya strategi kepengarangan, biar cerita kita diterima."{{sfn|Muhammad|2002|p=203}}
[[Diksi]] Soeman dalam cerita-cerita pendek buatannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang Sumatra timur-nya, dengan pengucapan Melayu dan pengaruh [[bahasa Jawa|Jawa]] yang lebih sedikit ketimbang beberapa penulis kontemporer.{{sfn|Rosidi|1968|p=36}} Namun, seperti halnya para penulis sejawatnya dari generasi ''Poedjangga Baroe'', ia tetap menggunakan istilah [[sastra Melayu klasik|Melayu klasik]] seperti ''alkisah'' dan ''maka''. Ia dikritik karena menggunakan kalimat yang bertele-tele ketimbang sastra sebelumnya, bukannya berupaya untuk menggunakan gaya yang lebih ringkas dan langsung dan menghindari kiasan.{{sfn|Kasiri|1993|pp=112–113}} Dalam sebuah artikel 1936, Alisjahbana berkata bahwa, di tangan Soeman, "bahasa Melayu yang telah kaku dan beku dikarenakan
== Warisan ==
[[Berkas:Soeman HS Library, Pekanbaru, Indonesia.jpg|
Karya-karya Soeman
Sampai akhir hayat Soeman, buku-bukunya hanya sedikit diterbitkan ulang dan dibicarakan,<ref>{{harvnb|Muhammad|2002|p=203}}; {{harvnb|Nasution|1998|loc=3:41}}</ref> dan sebuah profil 2014 buatan Pusat Tanjungpinang untuk Penyajian Nilai-Nilai Kebudayaan menyebut Soeman sebagai seorang pengajar dan penulis yang terlupakan.{{sfn|Tanjungpinang, 2014}} Namun, karya-karya Soeman masih diantologikan, dan pada 2008, [[Perpustakaan Soeman HS]] di Pekanbaru dinamakan dengan namanya. Rancangannya mengingatkan pada alas baca [[al-Qur'an]] dan merefleksikan budaya Islam Melayu, perpustakaan berdinding kaca dan enam lantai tersebut dioperasikan olen pemerintah Riau.<ref>{{harvnb|Tanjungpinang, 2014}}; {{harvnb|Herawati|Yogiyanti|2015}}.</ref> Pada 2010, Yayasan Sagang secara anumerta menganugerahkan Soeman dengan Penghargaan Sagang Kencana untuk jasa-jasanya dalam menyajikan budaya Melayu.{{sfn|''Riau Pos'' 2015, Peraih Anugerah Sagang}}
== Pengakuan ==
Soeman telah dikategorikan sebagai pengarang kecil dari periode ''Poedjangga Baroe''. Sarjana sastra Indonesia asal Belanda [[A. Teeuw]] menyatakan bahwa, meskipun puisi Soeman umumnya berbentuk konvensional,{{sfn|Teeuw|2013|p=47}} cerita-cerita detektifnya "tidak bersahaja namun enak dibaca". Namun, ia menganggap kumpulan cerita pendek Soeman, ''Kawan Bergeloet'', karya buatannya paling terkenal dalam bidang sastra, memiliki sketsa "sangat terobservasi dan tergambar secara realistis".{{sfn|Teeuw|2013|p=73}} Sementara itu, Alisjahbana memuji penggunaan inovatif Melayu Soeman namun menganggap alur cerita pengarang tersebut tidak konsenkuensial dan tidak logis, dengan akting naratif "seperti anak-anak yang mengkilatkan permainannya dengan sekejap mata,
Dalam sebuah film yang menyoroti Soeman yang dibuat oleh [[Yayasan Lontar]], Budianta menyatakan bahwa:
Baris 157 ⟶ 159:
| ref = harv
}}
▲ |title=Wisata Edukasi ke Perpustakaan Soeman HS Pekanbaru
|trans_title=Educational Tourism to the Soeman HS Library, Pekanbaru
|language=Indonesian
|work=
|url=http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/715863-wisata-edukasi-ke-perpustakaan-soeman-hs-pekanbaru
|last1=Herawati▼
|first1=Elly▼
|last2=Yogiyanti
|first2=Nadira Octova
|date=28 December 2015
|accessdate=16 April 2016
|archiveurl=
|archivedate=
|ref=harv
|dead-url=no
}}▼
▲ }}
* {{cite book
| last = Jassin
Baris 188 ⟶ 190:
* {{cite book
|url=https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/15074/Jedamski%20-%20Holmes%20Essay.pdf?sequence=7
|archivedate=
|archiveurl=
|accessdate=3 September 2012
|publisher=Rodopi
Baris 204 ⟶ 206:
|series=Cross/Cultures
|volume=119
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|chapter=Soeman Hs: Guru yang Berjiwa Guru
Baris 260 ⟶ 263:
}}
* {{cite video
|last = Nasution
|first = Arswendy
|url = http://sea.lib.niu.edu/islandora/object/SEAImages%3AYL-PG-006-SOEMAN-MFE
|year = 1998
|title = Soeman Hasibuan
|medium = streamed video
|language = Indonesian
|publisher = [[Lontar Foundation]]
|oclc = 56795585
|ref = harv
}}
* {{cite news
Baris 279 ⟶ 282:
|date=12 October 2015
|accessdate=16 April 2016
|archiveurl=
|archivedate=
|ref={{sfnRef|''Riau Pos'' 2015, Peraih Anugerah Sagang}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite book
|title=Leksikon Susastra Indonesia
Baris 315 ⟶ 319:
|publisher=Tanjungpinang Center for Preserving Cultural Values
|accessdate=12 April 2016
|archiveurl=
|date=6 June 2014
|archivedate=
|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbtanjungpinang/2014/06/06/soeman-hs-tokoh-sastra-pendidikan-yang-terlupakan/
|ref={{sfnRef|Tanjungpinang, 2014}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|author-link=A. Teeuw
Baris 344 ⟶ 349:
{{refend}}
==
* [http://melayuonline.com/ind/personage/dig/252 perjalan hidup Soeman Hs] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100926211746/http://melayuonline.com/ind/personage/dig/252 |date=2010-09-26 }} pada situs melayuonline.com▼
* [http://melayuonline.com/personage/?a=cXF3L29QTS9VenVwRnRCb20%3D= Profil] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080506172536/http://melayuonline.com/personage/?a=cXF3L29QTS9VenVwRnRCb20%3D= |date=2008-05-06 }}
{{lifetime|1904|1999}}
▲* [http://melayuonline.com/ind/personage/dig/252 perjalan hidup Soeman Hs] pada situs melayuonline.com
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Batak]]
|