Sri Baduga Maharaja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Mojopahit1293 (bicara | kontrib)
k Perbaikan Pengetikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(28 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kegunaanlain|Siliwangi}}{{Infobox royalty|
| predecessor = * [[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]]
* [[Susuk Tunggal|Prabu Susuk Tunggal]]
* [[Susuk Tunggal|Prabu Susuk Tunggal]]|name=Sri Baduga Maharaja|full name=Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran Seri Sang Ratu Dewata|birth_place=[[Kawali]]|dynasty=Wangsa Siliwangi|religion=[[Sunda Wiwitan]]|spouse=
| name = Sri Baduga Maharaja
* [[Nyai Ambetkasih|Nyai Ambet Kasih]]
| full name =
| regnal name = ''Prabu Guru Dewataprana Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata''
| posthumous name = ''Sang Mwakta Ring Rancamaya''
| birth_place = [[Kawali]], [[Kerajaan Galuh]]
| dynasty = Wangsa Siliwangi
| religion = [[Sunda Wiwitan]]
| spouse = * [[Nyai Ambetkasih|Nyai Ambet Kasih]]
* Kentring Manik Mayang Sunda
* Nyai Subang Larang
* Nyai Subang Larang|title=Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja|father=[[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]]|royal house=[[Siliwangi]]|image=[[Berkas:Prabu Siliwangi Portrait.jpg|200px]]|death_place=Sunda|death_date=1521|successor=[[Surawisesa]]|coronation=''Tumpek'' (Sabtu) ''Wage'' 1404 [[Saka]]<br>(3 Juni 1482)|reign=[[Kerajaan Sunda|Sunda]] (1482–1521)|succession=Raja [[Kerajaan Sunda|Sunda]] ke-40<br>Raja [[Kerajaan Sunda-Galuh|Sunda-Galuh (Pajajaran)]] ke-1<!--- Mohon untuk tidak diganti, ini sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia --->|caption=Lukisan Prabu Siliwangi yang selalu dikaitkan dengan Sri Baduga Maharaja di Keraton Kasepuhan, Cirebon|spouse 2=|birth_name=Jayadewata<br>Raden Pamanah Rasa}}
| title = Prebu Naléndraputra Permana
'''Sri Baduga Maharaja''' atau '''[[Prabu Siliwangi]]''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮞᮨᮛᮤ ᮘᮓᮥᮌ ᮙᮠᮛᮏ}}|Seri Baduga Maharaja}} atau {{Lang-su|{{Sund|ᮕᮢᮨᮘᮥ ᮞᮤᮜᮤᮝᮍᮤ}}|Prebu Siliwangi}}) juga dikenal sebagai '''Ratu Jayadewata''' (1401–1521) putra [[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]] putra Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] lahir 1401 M di [[Kawali]] [[Ciamis]], mengawali pemerintahan zaman [[Pakuan Pajajaran]] yang memerintah [[Kerajaan Sunda Galuh]] selama 39 tahun (1482–1521). Pada masa inilah [[Pakuan Pajajaran]] yang sekarang terletak di [[Kota Bogor]] mencapai puncak perkembangannya.
| father = [[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]]
| royal house = [[Siliwangi]]
| image = [[Berkas:Prabu Siliwangi Portrait.jpg|200px]]
| death_place = Sunda
| death_date = 1521
| successor = [[Surawisesa]]
| coronation = ''Tumpek'' (Sabtu) ''Wage'' 1404 [[Saka]]<br>(3 Juni 1482)
| reign = [[Kerajaan Sunda|Sunda]] (1482–1521)
| succession = Raja [[Kerajaan Sunda|Sunda]] ke-40<br>Raja [[Kerajaan Sunda-Galuh|Sunda-Galuh (Pajajaran)]] ke-1<!--- Mohon untuk tidak diganti, ini sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia --->
| caption = Lukisan Prabu Siliwangi yang selalu dikaitkan dengan Sri Baduga Maharaja di Keraton Kasepuhan, Cirebon
| spouse 2 =
| birth_name = Jayadewata<br>Pamanah Rasa
| honorific-prefix = Prabu Guru Dewataprana
}}
'''Sri Baduga Maharaja''' atau '''[[Prabu Siliwangi]] III''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮞᮨᮛᮤ ᮘᮓᮥᮌ ᮙᮠᮛᮏ}}ᮞᮢᮤᮘᮓᮥᮌᮙᮠᮛᮏ|SeriSri Baduga Maharaja}} atau ({{Lang-su|{{Sund|ᮕᮢᮨᮘᮥ ᮞᮤᮜᮤᮝᮍᮤ}}ᮕᮨᮻᮘᮥᮞᮤᮜᮤᮝᮍᮤ|PrebuPerebu Siliwangi}}) juga dikenal sebagai '''Ratu Jayadewata''' (1401–1521) putra [[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]] putra Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] lahir 1401 M di [[Kawali]] [[Ciamis]], mengawali pemerintahan zaman [[Pakuan Pajajaran]] yang memerintah [[Kerajaan Sunda Galuh]] selama 39 tahun (1482–1521). Pada masa inilah [[Pakuan Pajajaran]] yang sekarang terletak di [[Kota Bogor]] mencapai puncak perkembangannya.
 
Dalam [[prasasti Batutulis]] diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta [[Kerajaan Galuh]] di [[Kawali]] [[Ciamis]] dari ayahnya [[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]] putra Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] dari [[Permaisuri Mayangsari]] putri [[Bunisora|Prabu Bunisora]], yang kemudian bergelar '''Prabu Guru Dewataprana'''. Yang kedua ketika ia menerima tahta [[Kerajaan Sunda]] di Pakuan [[Bogor]] dari mertua dan uwanya, [[Susuk Tunggal|Prabu Susuktunggal]] putra Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] dari [[Permaisuri Ratna Sarkati]] putri [[Resi Susuk Lampung]]. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa [[Kerajaan Sunda]] - [[Kerajaan Galuh]] dan dinobatkan dengan gelar '''Sri Baduga Maharaja Ratu Haji '''di [[Pakuan Pajajaran]] Sri Sang Ratu Dewata'''. Jadi, sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, rakyat Sunda kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk menuliskan situasi kepindahan keluarga kerajaan dapat dilihat pada [[Pindahnya Ratu Pajajaran]].{{fact}}
 
== Prabu Siliwangi ==
[[Berkas:Pura Parahyangan Agung Jagatkartta, Candi Siliwangi Shrine.jpg|jmpl|ka|300px|Sebuah candi yang dibangun untuk menghormati Prabu Siliwangi di [[Pura Parahyangan Agung Jagatkarta]], [[Bogor]], [[Jawa Barat]].]]
Di Tatar Pasundan, Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama '''Prabu Siliwangi'''. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam ''[[KropakSanghyang 630Siksa Kandang Karesian]]'' sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun [[1518]] ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan [[Niskala Wastu Kancana]] (kakeknya). Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun memopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. [[Wangsakerta]] pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:
 
:"''Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira''".
:[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]: ''Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya.''
 
=== Arti nama Siliwangi ===
Baris 20 ⟶ 40:
:"Di medan perang Bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.
 
:Ia berani menghadapi pasukan besar [[Majapahit]] yang dipimpin oleh sang Patih [[Gajah Mada]] yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia (raja siliwangi) bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa (dibawah kekuasaan Majapahit).
 
:Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemasyurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda. Oleh karena itu, nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda".[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Beschreven steen in Batoetoelis de batu tulis TMnr 60016460.jpg|jmpl|ka|385x385px|[[Prasasti Batutulis]] di Bogor menyebutkan keagungan [[Kerajaan Sunda|Sri Baduga Maharaja]] dalam sejarah.]]
Baris 36 ⟶ 56:
Waktu mudanya Sri Baduga atau [[Prabu Siliwangi|Prabu Jayadewata]] terkenal sebagai pengembara ksatria pemberani dan tangkas. Istri pertamanya, [[Nyai Ambetkasih]] putri pamannya, [[Ki Gedeng Sindangkasih]] putra Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] dari [[Kerajaan Surantaka]] ibu kotanya Desa [[Kedaton]] sekarang di [[Kecamatan]] [[Kapetakan]] [[Cirebon]], penguasa di Pelabuhan Muarajati [[Cirebon]] berbatasan langsung dengan [[Kerajaan Sing Apura]]. Saat Wafat digantikan menantunya, [[Prabu Jayadewata]]. Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di [[Bubat]] yang digelari Prabu Wangi.
 
Bahkan satu-satunya saat menyamar dengan nama '''Keukeumbingan Rajasunu''' yang pernah mengalahkan Ratu [[Kerajaan Japura]] Prabu [[Amuk Murugul]] putra [[Susuk Tunggal|Prabu Susuktunggal]] putra Mahaprabu [[Niskala Wastu Kancana]] waktu bersaing memperebutkan [[Subanglarang|Subang Larang]] putri [[Ki Gedeng Tapa]]/ Giridewata atau Ki Gedeng Jumajan Jati, penguasa [[Kerajaan Sing Apura]] putra [[Ki Gedeng Kasmaya]], Penguasa Cirebon Girang putra [[Bunisora|Prabu Bunisora]] (Adik [[Mahaprabu Niskala Wastu Kancana]]), (istri kedua [[Prabu Siliwangi]] yang beragama Islam) dari [[Kerajaan Sing Apura]] berbatasan dengan [[Kerajaan Surantaka]]. Dari pernikahannya dengan [[Permaisuri Subanglarang]], prabu Siliwangi diangkat oleh kigedeng tapa jadi Raden pamanah rasa dan prabu Siliwangi masuk Islam. Dan saat menjadi pasutri lahir lah anak pangeran walangsungsang, nyimas Rara Santang dan prabu kian Santang(Raden kian santang
 
Setelah terbuka jati diri Sang [[Prabu Siliwangi|Prabu pamanah rasa]] masih kerabat, lalu diantarkannya menemui ayah [[Prabu Amuk Murugul]], yaitu [[Susuk Tunggal|Prabu Susuktunggal]] kakak lain Ibu [[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]] ayahnya [[Prabu Siliwangi|Prabu pamanah rasa]], di [[Kerajaan Sunda]] [[Bogor]] sekarang dan dijodohkan dengan [[Nyai Kentring Manik Mayang Sunda]] putri [[Susuk Tunggal|Prabu Susuktunggal]], yang nanti melahirkan [[Surawisesa|Prabu Sanghyang Surawisesa]] kelak jadi pengganti Sri Baduga Maharaja di [[Pakuan Pajajaran]] dan [[Sang Surasowan]] jadi Adipati di Pesisir [[Banten]] atau [[Banten Girang]]. Sang Surasowan berputra Adipati [[Arya Surajaya]] dan putri [[Nyai Kawung Anten]]. Nyi Kawung Anten kelak menikah dengan [[Syarif Hidayatullah]] atau [[Sunan Gunung Djati]] dan melahirkan [[Pangeran Sabakingkin]] alias [[Maulana Hasanuddin]], pendiri [[Kesultanan Banten]] tahun [[1552]] M.