Suku Betawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sams FS (bicara | kontrib)
→‎Etimologi: membetulkan ejaan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Nyilvoskt memindahkan halaman Etnis Betawi ke Suku Betawi dengan menimpa pengalihan lama
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(36 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
| group = Suku Betawi
| native_name = ''Orang Betawi''
| image = [[File:Betawi wedding.jpg|210px]]
| caption = Pengantin Betawi dengan mengenakan pakaian tradisional.
| pop = 6,.807,.968 ([[Sensus Penduduk Indonesia 2010|2010]])<ref name="BDS2010">{{cite web|url=http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html |title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, Dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia |publisher=Badan Pusat Statistik |date=2010 |accessdate=18 Juli 2017}}</ref>
| popplace = {{flag|Indonesia}}
| region1 = {{Flag|DKI Jakarta}} |pop1 = 2,.700,.722<ref name="BDS2010"/>
| region2 = {{Flag|Jawa Barat}} | pop2 = 2,.664,.143<ref name="SUKU">{{Cite web|url=http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010|website=demografi.bps.go.id|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|year=2010|format=PDF|accessdate=17 Oktober 2021|pages=23, 36-41|archive-date=2017-07-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|dead-url=yes}}</ref>
| region3 = {{Flag|Banten}}
| pop3 = 1,.365,.614<ref name="SUKU"/>
| region4 = {{Flag|Jawa Tengah}}
| pop4 = 9,.519<ref name="SUKU"/>
| region5 = {{Flag|Kalimantan Timur}}
| pop5 = 4,.080<ref name="SUKU"/>
| langs = {{hlist|[[Bahasa Betawi|Betawi]]|[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]}}
| rels = [[Islam Sunni]] (99.,8%)<br />[[Kekristenan]] (0.,2%)
| related = {{hlist|[[Suku Melayu|Melayu]]|[[Suku Sunda|Sunda]]|[[Tionghoa Indonesia]]|[[Suku Jawa|Jawa]]|[[Arab Indonesia]]|[[Mardijkers]]|[[Orang Indo|Indo]]}}
}}
 
'''Suku Betawi''' ([[Abjad Jawi|Jawi]]: اوراڠ بيتاوي, {{lang-bew|Orang Betawi}}) adalah salah satu [[suku bangsa]] di [[Indonesia]] yang memiliki kekerabatan etnis dengan [[Suku Melayu|Melayu]] dan, [[Suku Sunda|Sunda]], dan [[Suku Jawa|Jawa]]. Umumnya, Orang Betawi mendiami wilayah [[Jakarta]] dan [[Jabodetabekpunjur|daerah sekitarnya]].<ref>{{cite book | title = Creole Identity in Postcolonial Indonesia. Volume 9 of Integration and Conflict Studies | first = Jacqueline | last = Knorr | publisher = Berghahn Books | year = 2014 | isbn = 9781782382690 | page = 91 | url = https://books.google.co.id/books?id=1ZfiAgAAQBAJ&pg=PA91&dq=Betawi+native+Jakartans&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwixjviXmsDPAhUIt48KHexGAcsQ6AEIHzAA#v=onepage&q=Betawi%20native%20Jakartans&f=false | access-date = 2018-05-26 | archive-date = 2019-12-11 | archive-url = https://web.archive.org/web/20191211061516/https://books.google.co.id/books?id=1ZfiAgAAQBAJ&pg=PA91&dq=Betawi+native+Jakartans&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwixjviXmsDPAhUIt48KHexGAcsQ6AEIHzAA#v=onepage&q=Betawi%20native%20Jakartans&f=false | dead-url = yes }}</ref> Kemunculan Betawi pertama kali pada abad ke-18 sebagai suatu komunitas dari beberapa etnis yang menetap di [[Batavia]].
 
== Etimologi ==
Nama "Betawi" berasal dari kata "''Batavia''" yang lama kelamaan berubah menjadi "''Batavi''", dari kata "''Batawi''" lalu kemudian berubah menjadi "Betawi" (disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal). Secara historis, suku Betawi merupakan masyarakat multietnik yang membaur dan membentuk sebuah entitas baru. Suku Betawi terlahir karena adanya percampuran genetik atau akulturasi budaya antara masyarakat yang mendiami Batavia. setelah adanya percampuran budaya, adat-istiadat, tradisi, bahasa, dan yang lainnya, akhirnya dibuat sebuah komunitas besar di Batavia. Komunitas ini lama kelamaan melebur menjadi suku dan identitas baru yang dinamakan Betawi.<ref>{{cite news | title = Debunking the 'native Jakartan myth' | newspaper = The Jakarta Post | location = Jakarta | date = 7 November 2011 | url = http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/07/debunking-native-jakartan-myth.html}}</ref> Penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku diawali dengan pendirian sebuah organisasi bernama [[Pemoeda Kaoem Betawi]] yang lahir pada tahun 1923.<ref>[http://langgambudaya.ui.ac.id/betawi/video/detail/9/profil-kesenian-tanjidor/ Profil Kesenian Tanjidor di situs web LanggamBudaya.ui.ac.id.]</ref>
 
Sedangkan menurut penuturan Sejarawansejarawan Betawi [[Ridwan Saidi]], ada beberapa acuan mengenai asal mula kata Betawi:
 
* "''Pitawi''" ([[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|bahasa Melayu-Polinesia Purba]]) yang artinya larangan.<ref>[https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2019/07/12/06300071/asal-usul-kata-betawi-strategi-tahi-pasukan-belanda-yang-heroik Asal Usul Kata Betawi, Strategi Tahi Pasukan Belanda Yang Heroik] ''amp.kompas.com''.</ref> Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di [[Percandian Batujaya|Candi Batujaya]]. Sejarawan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan Candi Batujaya di [[Karawang]] merupakan sebuah [[kota suci]] yang tertutup, sementara [[Karawang, Karawang|Karawang]] merupakan Kota yang terbuka.{{efn|Pernyataan Ridwan Saidi dalam tulisan ini belum menjelaskan konteks Karawang yang ''tertutup'' dan ''terbuka'' apakah dalam konteks kurun waktu yang sama atau periode berbeda.}}
Baris 38:
Diduga bahwa Bekasi merupakan salah satu pusat Kerajaan Tarumanagara (Prasasti Tugu, berbunyi: ''..dahulu kali yang bernama Kali Candrabhaga digali oleh Maharaja Yang Mulia Purnawarman, yang mengalir hingga ke laut, bahkan kali ini mengalir di sekeliling istana kerajaan. Kemudian, semasa 22 tahun dari tahta raja yang mulia dan bijaksana beserta seluruh panji-panjinya menggali kali yang indah dan berair jernih, “Gomati” namanya. Setelah sungai itu mengalir disekitar tanah kediaman Yang Mulia Sang Purnawarman. Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, yaitu pada tanggal 8 paro petang bulan Phalguna dan diakhiri pada tanggal 13 paro terang bulan Caitra. Jadi, selesai hanya 21 hari saja. Panjang hasil galian kali itu mencapai 6.122 tumbak. Untuk itu, diadakan selamatan yang dipimpin oleh para Brahmana dan Raja mendharmakan 1000 ekor sapi…''). Tulisan dalam prasasti ini menggambarkan perintah Raja Purnawarman untuk menggali kali Candrabhaga, yang bertujuan untuk mengairi sawah dan menghindar dari bencana banjir yang kerap melanda wilayah Kerajaan Tarumanagara (Lebih lanjut lihat : [[Kabupaten Bekasi]]).
</ref> yang banyak ditemukan ''giwang'' dari abad ke-11 M.
* Flora Guling Betawi (''cassia glauca''), famili ''papilionaceae'' yang merupakan jenis tanaman [[perdu]] yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kukuh<ref>Fillet, GJ, 1888. Plaaantkundig Woordenboek van Nederlandsch - Indie. [[Amsterdam]] : J.H. de Bussy</ref> Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau. Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di [[Kapuas Hulu]], [[Kalimantan Barat]], guling Betawi disebut "Kayu Bekawi". Ada perbedaan pengucapan kata "Betawi" dan "Bekawi" pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu, pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu.
 
Ada kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan benar. Menurut Ridwan Saidi pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti [[Gambir]], [[Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat|Krukut]], [[Bintaro]], [[Grogol]] dan banyak lagi. Seperti [[Makasar, Jakarta Timur|Kecamatan Makasar]], nama ini tak ada hubungannya dengan [[orang Makassar]] di [[Sulawesi Selatan]], melainkan diambil dari jenis rerumputan.<ref>{{Cite web |url=http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=40450 |title="Dari Gagang Keris Menjadi Betawi" |access-date=2013-01-01 |archive-date=2014-01-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140107024615/http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=40450 |dead-url=yes }}</ref>
Baris 46:
=== Periode sebelum masehi ===
 
Sejarah penduduk asli Jakarta (dahulu bernama [[Sunda Kalapa]]) diawali pada masa zaman batu yang menurut Sejarawansejarawan Sagiman MD sudah ada sejak zaman [[neolitikum]]. Arkeolog Uka Tjandarasasmita dalam monografinya "''Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran''" (1977) secara arkeologis telah memberikan bukti-bukti yang kuat dan ilmiah tentang sejarah penghuni Jakarta dan sekitarnya dari masa sebelum Tarumanagara pada abad ke-5. Dikemukakan bahwa paling tidak sejak zaman neolitikum atau batu baru (3500–30003.500–3.000 tahun yang lalu) daerah Jakarta dan sekitarnya di mana terdapat aliran-aliran sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, dan Citarum pada tempat-tempat tertentu sudah didiami oleh masyarakat manusia yang menyebar hampir di seluruh wilayah Jakarta. Dari alat-alat yang ditemukan di situs-situs itu, seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah diumpam halus dan memakai gagang dari kayu, disimpulkan bahwa masyarakat manusia itu sudah mengenal pertanian (mungkin semacam perladangan) dan peternakan. Bahkan juga mungkin telah mengenal struktur organisasi kemasyarakatan yang teratur.<ref>{{Cite web |url=https://blogs.unpad.ac.id/maharani/siapa-dan-darimanakah-orang-betawi/ |title="Siapa dan Darimanakah Orang Betawi" |access-date=2013-01-01 |}}</ref>
<ref>{{Cite web |url=https://blogs.unpad.ac.id/maharani/siapa-dan-darimanakah-orang-betawi/ |title="Siapa dan Darimanakah Orang Betawi" |access-date=2013-01-01 |}}</ref>
 
Sementara Yahya Andi Saputra, seorang (Alumnialumni Fakultas Sejarah [[Universitas Indonesia]]), berpendapat bahwa penduduk asli Jakarta adalah penduduk Nusa Jawa. Menurutnya, dahulu kala penduduk di Nusa Jawa merupakan satu kesatuan budaya., Bahasabahasa, kesenian, dan adat kepercayaan mereka sama. DiaIa menyebutkan berbagai sebab yang kemudian menjadikan mereka sebagai suku bangsa sendiri-sendiri.
* Pertama, munculnya kerajaan-kerajaan pada zaman sejarah.
* Kedua, kedatangan dan pengaruh penduduk dari luar.
* Terakhir, perkembangan kemajuan ekonomi daerah masing-masing.
PendudukDahulu, penduduk asli Jakarta ber[[Bahasa Sunda Kuno|berbahasabahasa Sunda Kuno]]. Jadi, penduduk asli Jakarta telah berdiam di Jakarta dan sekitarnya sejak zaman dahulu dan bersukuber[[suku Sunda]].<ref>{{Cite web |url=http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/2011/03/28/penduduk-asli-betawi/#more-83 |title="Penduduk Asli Betawi" |access-date=2013-01-01 |archive-date=2017-07-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170731084046/http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/2011/03/28/penduduk-asli-betawi#more-83 |dead-url=yes }}</ref>
 
=== Periode setelah masehi ===
Baris 82 ⟶ 81:
Perjanjian antara Surawisesa (raja [[Kerajaan Pajajaran]]) dengan bangsa [[Portugis]] pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di [[Sunda Kalapa]] mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik [[keroncong]] atau dikenal sebagai Keroncong Tugu.
 
Kesultanan Demak berhasil merebut Sunda Kalapa dari koalisi Pajarjaran dan Portugis. Derah tersebut diubah namanya menjadi Jayakarta (Jakarta). Kemudian dimulailah islamisasi masyarakat sehingga saat itu masyarakat Jakarta berbudaya dan berbahasa jawa sama seperti wilayah pesisir lainnya yaitu Serang, Indramayu dan Cirebon. Itulah sebabnya hingga kini masih tersisa kosakata dan budaya jawa pada suku betawi.
Setelah [[VOC]] menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan.<ref>{{Cite web |url=http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |title=Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein |access-date=2011-09-03 |archive-date=2011-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110717052850/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |dead-url=yes }}</ref> Itulah penyebab masih tersisanya kosakata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia, [[Kampung Melayu]], Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jalan Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun [[1690]].
 
Setelah [[VOC]] menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC memaksa penduduk menggunakan bahasa melayu pasar. Selain itu VOC juga banyak mendatangkan bawahan dari luar pulau. Sejak saat itulah bahasa betawi menjadi kreol melayu.
 
Setelah [[VOC]] menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan.<ref>{{Cite web |url=http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |title=Ensiklopedi Jakarta: Cornelis Chastelein |access-date=2011-09-03 |archive-date=2011-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110717052850/http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/326 |dead-url=yes }}</ref> Itulah penyebab masih tersisanya kosakata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia, [[Kampung Melayu]], Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jalan Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun [[1690]].
 
===== Abad ke-19 =====
Baris 98 ⟶ 101:
 
===== Abad ke-20 =====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Reuzenpoppen Ondel-ondel sieren de straat tijdens het religieuze feest 'selamatan' ter gelegenheid van de inwijding van de nieuwe vleugel van Hotel des Indes Java TMnr 10003392.jpg|jmpl|kiri|Ondel-Ondel menghiasi jalan selama festival ''[[selamatan]]'' saat peresmian sayap baru [[Hotel Des Indes]], 1923. Kesenian ondel-ondel pada zaman dahulu disebut barongan. Ini adalah salah satu pengaruh budaya Jawa-Bali, dilihat dari bentuk topengnya yang cenderung mirip dengan barong Bali, tidak seperti sekarang yang sudah dirubah dan dimodernisasi. Pada zaman dahulu ondel-ondel dipercaya bisa mengusir roh jahat dan menjaga]]
Pada zaman kolonial Belanda tahun [[1930]], kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk [[Batavia]] waktu itu. Namun menurut Uka Tjandarasasmita penduduk asli Jakarta telah ada sejak 3500-3000 tahun sebelum masehi. [[Antropologi|Antropolog]] Universitas Indonesia lainnya, Prof. Dr. [[Parsudi Suparlan]] menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang [[Kemayoran]], orang [[Senen]], atau orang Rawabelong.
 
Baris 108 ⟶ 111:
 
==== Setelah kemerdekaan ====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tanjidor orkest tijdens de viering van het Chinees Nieuwjaar TMnr 20017929.jpg|jmpl|Orkestra [[tanjidor]] merayakan [[Tahun Baru Imlek]], 1977. Ini adalah salah satu pengaruh budaya BelandaPortugis]]
Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), [[Jakarta]] dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun [[1961]], 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah salah satu caranya ’suku’ Betawi hadir.