Suku Kayu Pulau

suku bangsa di Indonesia

Suku Kayu Pulau (dikenal juga sebagai Kayu Pulo atau Kayo Pulau) adalah kelompok etnis yang mendiami Kampung Tahima Soroma (Kayu Pulo dan Pulo Kosong), Kota Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia. Bahasa yang digunakan suku ini adalah bahasa Kayo Pulau. Pada tahun 2007, hanya 50 orang yang masih bisa menggunakan bahasa ini.[1]

Pimpinan adat

Suku Kayu Pulo dipimpin seorang Ondoafi Besar, Gaspar Sibi (alm.) dilanjutkan oleh Nicolas Youwe (cucu dari Nicolaas Jouwe), sedangkan Kepala Kampung Tahima adalah Tomi Sibi[2] yang membawahi empat sub-suku (marga), berikut mata rumah (kepala suku) pada tahun 2020:[3]

  • Marga Sibi, dipimpin oleh Frans Sibi
  • Marga Haay, memiliki lambang marga ikan gurango salib dan pantangan tidak boleh memakan ikan gurango dan kepiting putih.[4] Dipimpin oleh Fredik Haay.
  • Marga Sorro (atau Soro), dipimpin oleh Hengky Sorro
  • Marga Youwe, memiliki lambang marga s'keuw yang merupakan tete ruga atau penyu dan pantangan tidak boleh memakan lobster.[4] Dipimpin oleh Silas Youwe.

Sejarah

Orang Kayu Pulau telah berada ratusan tahun yang lalu di pulau ini. Mereka adalah marga Sibi Rumah Cone, ada pula marga Sibi Rahabeam, marga Haay, dan marga Sorro. Sedangkan marga Jouwe yang berasal dari daerah Pegunungan Cycloop, datang dan mendiami Pulo Kosong. Keberadaan marga Youwe di Kayu Pulau dikarenakan rumah (Karware) mereka dibakar oleh marga lain. Kehancuran ini menyebabkan marga Youwe mengungsi ke Kayu Pulau.[5]

Di para-para adat, orang Kayu Pulau mengangkat marga Jouwe menjadi bagian dari Kayu Pulau dan diberikan batas-batas wilayah yang dibagikan oleh orang Kayu Pulau. marga Sibi diujung Barat, sedangkan marga Haay di ujung Timur, marga Youwe yang terdiri dari dua bersaudara mendapat bagian wilayah di tengah-tengah dan bertugas mengatur kampung serta menjadi penguasa laut dan marga Sorro yang bertugas sebagai pesuruh. Ketentraman masyarakat Kayu Pulau sempat terusik pada saat pecah Perang Dunia Kedua, Seluruh penghuni kampung mengungsi ke Kampung Ormu. Hingga tahun 1946, saat perang mulai mereda, warga kembali pulang ke Kayu Pulau dan mendiami kembali pulau itu hingga saat ini.[5]

Referensi

  1. ^ International, SIL. "Kayupulau (edisi ke 18, 2015)". Ethnologue. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  2. ^ "Tomi Sibi Raih Suara Terbanyak Pimpin Kampung Kayu Pulau 5 Tahun Kedepan". KABAR PORT NUMBAY. 2022-04-03. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  3. ^ "Sejarah Singkat Kampung Tahima Soroma (Kayo Pulau)". Kelurahan Koya Barat Kota Jayapura. 2020-02-24. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  4. ^ a b Djasman, Choncitha Corneliani; Kristianingsih, Sri Aryanti (2022-12-30). "Dinamika Psikologis Ketidakpatuhan Marga di Kayu Pulau yang Masih Menjalankan Pantangan Mata Rumah". Humanlight Journal of Psychology. 3 (2): 71–87. ISSN 2777-0362. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  5. ^ a b Sibi, Alwina (2015-04-04). "Kayu Pulo". Soul Food. Diakses tanggal 2023-01-30.