Suku Lahat: Perbedaan antara revisi

'''{{PAGENAME}}Suku Melayu Lahat''' {{aka}}atau sering disebut juga sebagai '''''Jeme Lahat''''', merupakan salah satu [[suku bangsa di Indonesia]] yang mendiami beberapa kecamatan di [[Kabupaten Lahat]] dan beberapa wilayah lainnya di [[Sumatra Selatan|Provinsi Sumatra Selatan]]. Suku Lahat terbagi kedalam 4 kelompok (Sub-Suku Lahat) yang dahulu disebut dengan Kelompok Lekipali, atau kepanjangan dari [[Suku Lematang|Lematang]], Kikim, [[Suku Besemah|Pasemah]] (atau Besemah), dan [[Suku Lintang|Lintang]]. Komunitas masyarakat Suku Lahat sebagian besar tinggal di daerah-daerah pegunungan atau area perbukitan yang subur. Di bagian barat dan selatan terdapat gugusan [[Pegunungan Bukit Barisan]] dengan puncaknya yang tertinggi [[Gunung Dempo, Pagar Alam Selatan, Pagar Alam|Gunung Dempo]] (3.159 meter di atas permukaan laut).<ref name=":0">{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L – Z|last=Melalatoa|first=DR. M. Junus|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1995|isbn=|location=Jakarta|pages=}}</ref>

[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dansvoorstelling in een dorp op het Pasemah-plateau tijdens een bezoek van Europeanen TMnr 60039782.jpg|jmpl|Suku Lahat (orang [[Pasemah]] atau Basemah) di sebuah desa di dataran tinggi Pasemah sedang menari. Tampak di depan hasil perkebunan mereka, biji kopi yang sedang dikeringkan (Koleksi [[Tropenmuseum|Tropen Museum]] Belanda). |al=]]

Orang-orang komunitas Suku Melayu Lahat sudah lama memeluk [[Islam|Agama Islam]]. Meskipun demikian mereka masih mempercayai dan menjalankan kepercayaan nenek moyangnya. Dalam berbagai upacara adat, mereka masih mencampur ritual-ritual dalam ajaran Islam dengan kepercayaan terhadap mahluk-mahluk halus. Misalnya menyajikan [[sesajen]] atau mengucapkan [[Mantra|mantra-mantra]]. Salah satu yang dimaksud adalah upacara adat [[Sedekah Rame]], atau tradisi adat tentang pengelolaan sawah. Dengan melaksanakan tradisi tersebut Orang Suku Lahat berharap hasil yang mereka tanam akan memuaskan serta dilindungi oleh Yang Maha Kuasa.<ref name=":0" />

Suku Lahat menganut sistem kekerabatan [[patrilineal]], atau garis keturunan dari laki-laki. Maka dari itu pewarisan gelar diturunkan melalui garis laki-laki (ayah). Gelar yang diwariskan ini salah satunya berlaku juga untuk jabatan Jurai Tue.<ref>{{Cite newsweb|url=https://lifestyle.okezone.com/read/2017/06/16/406/1718138/kenali-lebih-dekat-4-suku-yang-ada-di-lahat|title=KenaliJurai LebihTue, DekatJabatan 4 Suku yang Ada di LahatTurun-temurun|last=Puspita|first=Melly|date=19 Maret 2016|workwebsite=[[Okezone.com]]pagaralam pos online|publisher=|access-date=18 Maret 2019}}</ref> Jurai Tue memiliki posisi yang sangat penting dalam adat Suku Lahat. Mereka ini adalah pembina moral bagi para anggota suku. Mereka harus selalu memberikan contoh, mampu menjadi panutan di mana pun mereka berada.<ref>{{Cite book|title=Khazanah Budaya Lokal: Sebuah Pengantar Untuk Memahami Kebudayaan Daerah di Nusantara|last=Murniatmo|first=Gatut|publisher=Adicita|year=2000|isbn=979-9246-29-6|location=Yogyakarta|pages=|first2=Hermawan|last2=H. Nugroho|last3=Dradjad|first3=Sjamsu}}</ref> Syarat mutlak yang menjabat posisi tersebut adalah mereka ini tidak boleh seorang perempuan. Alasannya, laki-laki dianggap memiliki sifat kepemimpinan, memiliki kesigapan untuk menjalankan tugas sebagai Jurai Tue, dan tidak memiliki batasan-batasan terlalu banyak jika dibandingkan dengan perempuan. Syarat utama yang juga harus dipenuhi adalah dia harus anak laki-laki pertama dari keturunan Jurai Tue sebelumnya. Jabatan ini merupakan jabatan turun-temurun, tidak melewati pemilihan. Sedangkan alasan mengapa harus anak laki-laki tertua adalah karena bagi orang Suku Lahat laki-laki tertua dianggap mampu menjadi pembina moral tadi.