Suku Madura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(9 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 43:
}}
 
'''Suku Madura''' ([[Bahasa Madura]]: ''Orèng MâdhurâMadhurâ'') merupakan salah satu etnis dengan populasi besar di [[Indonesia]], jumlahnya sekitar 7.179.356 juta jiwa (sensus 2010). Mereka berasal dari [[Pulau Madura]] dan pulau-pulau sekitarnya ([[Pulau Puteran]], [[Pulau Gili Iyang]], [[Pulau Sapudi]], [[Pulau Gili Raja]], [[Pulau Giligenting]], [[Pulau Raas]], dan lain-lain). Suku Madura adalah suku perantau yang banyak tersebar di beberapa wilayah-wilayah Indonesia. Selain di Indonesia, beberapa orang Madura perantauan juga dapat ditemui di negara tetangga yaitu [[Malaysia]] dan [[Singapura]].<ref name="Ensiklopedi Suku Bangsa">{{cite book|url=https://www.google.co.id/books/edition/Ensiklopedi_Suku_Bangsa_di_Indonesia_Jil/FbGECgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=banjar-madura&pg=PA493&printsec=frontcover|language=id|pages=493|first=M. Junus|last=Melalatoa|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z|year=1995|date=1 Januari 1995|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|location= Indonesia|isbn=}}</ref>
 
== SejarahPersebaran ==
SepertiSuku Madura berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti [[Gili Raja]], [[Pulau Sapudi|Sapudi]], dan [[Pulau Raas|Raas]]. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur [[Jawa Timur]] biasa disebut wilayah [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda]], dari [[Pasuruan]] sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di [[Situbondo]], [[Bondowoso]], sebelah timur [[Probolinggo]], utara [[Lumajang]], dan utara [[Jember]], jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa [[bahasa Jawa|berbahasa Jawa]], juga Surabaya utara, serta sebagian Malang. ada juga yang menetap di [[Bawean]], di negeri jiran [[Malaysia]], [[Timor Leste]], [[Brunei Darussalam]] misalnya juga ada, mereka ada yang menjadi penduduk tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga di negara negara [[Timur Tengah]].
 
== Demografi ==
Baris 60:
* [[M.A. Rachman]] ([[Jaksa Agung Republik Indonesia]] untuk periode [[2001]] sampai [[2004]])
* [[Hadi Purnomo]] (Mantan Ketua [[Badan Pemeriksa Keuangan]] BPK )
* [[Nurmahmudi Ismail]] (Mantan MentriMenteri KehutanandanKehutanan dan Perkebunan, Wali Kota Depok, dan Presiden PKS )
* [[Soedjono C. Atmonegoro]] ([[Jaksa Agung Republik Indonesia]] pada [[Kabinet Pembangunan VII]])
* [[Herman Widyananda]] (Mantan Wakil Ketua [[Badan Pemeriksa Keuangan]] periode 2009–2011)
Baris 74:
* [[Trunojoyo]], yang telah memberikan perlawanan terhadap Kolonial Belanda ([[VOC]] tahun [[1677]]).
* [[Halim Perdana Kusuma]] salah satu pahlawan Nasional kelahiran [[Kabupaten Sampang|Sampang]] yang tewas di [[semenanjung Malaya]]
* [[As'ad Samsul Arifin|KH.R. As`ad Syamsul `Arifin]] Pahlawan Kemerdekaan, Pahlawan Pendidikan dan Pahlawan Asas Tunggal pancasila
* [[Kyai Taman]], adalah seorang pejuang Islam yang gigih menentang Belanda pada tahun [[1919]]
* [[Kyai Djauhari]], membuka cabang [[Hizbullah (Indonesia)|Hizbullah]] di Prenduan. Didirikan pada tahun [[1944]], Hizbullah adalah organisasi militer pemuda Majelis Muslimin Indonesia ([[Masjumi]]), organisasi yang berpengaruh secara nasional kala itu.
Baris 84 ⟶ 85:
* [[K.Abdul Majid Bata-bata]]
* [[K.Moh.Ilyas Guluk-guluk]]
* [[K. Abdul Hamid Baqir Banyuanyar]]
* [[KH.M.Tidjani Djauhari]]
* [[KH. M. Idris Djauhari]]
* [[KH.`Afifuddin Muhajir]]
* [[K.Jufri Marzuqi Sumber Batu]] (dianugerahi gelar al-Syahidul Kabir oleh [[PBNU]])
 
Baris 95 ⟶ 97:
Suku Madura dikenal dengan intonasi bicaranya yang keras dan terdengar kasar. Walaupun begitu mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual ''Pethik Laut'' atau ''Rokat Tasse'' (sama dengan larung sesaji).{{cn}} Sekali pun berpendapatan kecil pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji.
 
== Budaya Sosialsosial ==
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa ''lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata''. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi [[carok]] pada masyarakat Madura, tetapi tradisi lambat laun melemah seiring dengan terdidiknya kaum muda di pelosok desa, dahulu mereka memakai kekuatan emosional dan tenaga saja, tetapi kini mereka lebih arif dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.