Syafruddin Prawiranegara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 148:
Syafruddin awalnya tidak dipenjara karena adanya perintah amnesti untuk tokoh-tokoh PRRI dari Sukarno, dan sempat tinggal di [[Medan]]. Namun, ia ditangkap pada bulan Maret 1962 dan dibawa ke [[Jakarta]], lalu ia ditahan tanpa diadili di [[Kedu, Temanggung|Kedu]] sebelum dipindahkan ke penjara militer di Jakarta.<ref>{{cite news |title=Orde Lama, Syahrir, Natsir, Hamka:Penjara Tanpa Proses Hukum |url=https://www.republika.co.id/berita/plk6zr385/0rde-lama-syahrir-natsir-hamkapenjara-tanpa-proses-hukum |access-date=14 November 2021 |work=Republika |date=19 January 2019 |language=id |archive-date=14 November 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211114095542/https://www.republika.co.id/berita/plk6zr385/0rde-lama-syahrir-natsir-hamkapenjara-tanpa-proses-hukum |url-status=live }}</ref> Ia baru dilepaskan setelah lengsernya Sukarno, pada tanggal 26 Juli 1966.{{sfn|Kahin|1989|p=104}}
 
== MasaOrde tuaBaru ==
Setelah dibebaskan, Sjafruddin cenderung lebih mengekspresikan dirinya melalui agama. Ia merupakan anggota kepengurusan sejumlah organisasi Islam, seperti Korps Mubaligh Indonesia dan Yayasan Pesantren Islam (Al Azhar).<ref name="wafat">{{cite news |last1=Ahsan |first1=Ivan Aulia |title=Sejarah 15 Februari 1989: "Presiden" Syafruddin Prawiranegara Wafat |url=https://tirto.id/sejarah-15-februari-1989-presiden-syafruddin-prawiranegara-wafat-dg6D |access-date=14 November 2021 |work=tirto.id |language=id |archive-date=14 November 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211114104217/https://tirto.id/sejarah-15-februari-1989-presiden-syafruddin-prawiranegara-wafat-dg6D |url-status=live }}</ref> Ia juga tetap berkarya dalam bidang ekonomi, dengan mendirikan Himpunan Usahawan Muslimin Indonesia pada bulan Juli 1967.{{sfn|Assyaukanie|2009|p=87}} Secara umum, Syafruddin mendukung kebijakan ekonomi Orde Baru dibawah kepemimpinan menteri-menteri [[Teknokrasi|teknokrat]] seperti [[Widjojo Nitisastro]] dan [[Mohammad Sadli]].{{sfn|Kahin|1989|p=104}} Dengan bantuan Oei Beng To, ia menulis buku ''Sejarah Moneter''.<ref>{{cite news |title=Satu Abad Menkeu Sjafruddin Prawiranegara... |url=https://nasional.kompas.com/read/2011/03/01/03182969/.satu.abad.menkeu.sjafruddin.prawiranegara. |access-date=28 Desember 2021 |work=KOMPAS.com |date=28 Februari 2011 |language=id}}</ref> Meskipun begitu, Syafruddin menentang korupsi yang beredar selama era Suharto, dan ia menggunakan sarana dakwah sebagai media dalam meluncurkan kritikannya ini.{{sfn|Kahin|1989|p=105}} Syafruddin juga tidak setuju monopoli ibadah [[haji]] oleh pemerintah pusat,<ref>{{cite book |last1=Prawiranegara |first1=Sjafruddin |title=Bebaskanlah perjalanan haji dari monopoli pemerintah! |date=1978 |publisher=Bulan Bintang |url=https://www.google.com/books/edition/Bebaskanlah_perjalanan_haji_dari_monopol/jQWnAQAACAAJ |language=id |access-date=14 November 2021 |archive-date=25 November 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211125060852/https://www.google.com/books/edition/Bebaskanlah_perjalanan_haji_dari_monopol/jQWnAQAACAAJ |url-status=live }}</ref> dan ia bahkan sempat mendirikan Yayasan Dana Tabungan Haji dan Pembangunan (YDTHP) pada tanggal 9 Oktober 1970. Walau yayasan tersebut sempat berjalan, pada tahun 1976 pemerintah melakukan intervensi karena masalah keuangan yang menyebabkan lebih dari 300 orang jemaah haji terlantar.<ref>{{cite book |title=Cerita Jemaah Haji Indonesia Tahun 1970-an Ketika Ibadah Haji Mulai Dengan Pesawat |date=1 January 2020 |publisher=Tempo Publishing |isbn=978-623-262-180-0 |pages=63–70 |url=https://www.google.com/books/edition/Cerita_Jemaah_Haji_Indonesia_Tahun_1970/3F3UDwAAQBAJ |language=id |access-date=14 November 2021 |archive-date=25 November 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211125060803/https://www.google.com/books/edition/Cerita_Jemaah_Haji_Indonesia_Tahun_1970/3F3UDwAAQBAJ |url-status=live }}</ref>
Setelah dibebaskan, Sjafruddin cenderung lebih mengekspresikan dirinya melalui agama, dakwah melawan korupsi di bawah [[Soeharto]], dan memimpin [[Petisi 50]], serta menentang konsep [[Pancasila]] sebagai satu-satunya pedoman bagi semua golongan, terutama yang beragama, di Indonesia. Pada 7 Juli 1983 ia menulis surat terbuka kepada Soeharto untuk memprotes ketentuan dalam RUU yang mendukung konsep tersebut.<ref>{{harvnb|Bourchier|Hadiz|2003|p=144}}</ref> Akibat kegiatan ini, Soeharto melarang Sjafruddin keluar negeri kecuali untuk berobat.<ref>{{harvnb|Kahin|1989|p=105}}</ref>
 
Di sisi politik, Syafruddin menentang pendirian [[Partai Muslimin Indonesia]] (Parmusi). Syafruddin bahkan berkomentar bahwa Parmusi lebih buruk dari Partai Komunis Indonesia.{{sfn|Kahin|1999|pp=255, 350}}{{efn|Berdasarkan wawancara tahun 1971. Kutipan sejarawan Amerika Serikat Audrey Kahin: "The present Islamic parties are as bad as the Communists. No, that is not right, for the Communists are willing to make sacrifices".{{sfn|Kahin|1999|pp=255, 350}} Dalam Bahasa Indonesia: "Partai-partai Islam yang sekarang seburuk para Komunis. Bahkan tidak, karena para Komunis rela berkorban."}} Kritikannya membawanya ke penjara kembali pada bulan April 1978.<ref>{{cite book |last1=Budiyarso |first1=Edy |title=Menentang tirani: aksi mahasiswa '77/'78 |date=2000 |publisher=Gramedia Widiasarana Indonesia bekerja sama dengan Bank Naskah Gramedia |isbn=978-979-669-975-9 |page=177 |url=https://www.google.com/books/edition/Menentang_tirani/0e1xAAAAMAAJ |language=id |access-date=14 November 2021 |archive-date=25 November 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211125060804/https://www.google.com/books/edition/Menentang_tirani/0e1xAAAAMAAJ |url-status=live }}</ref> Syafruddin kemudian menjadi salah satu tokoh yang mendorong [[Petisi 50]] di tahun 1980, beserta tokoh-tokoh eks Masyumi/PRRI seperti Mohammad Natsir dan Burhanuddin Harahap, serta sejumlah tokoh lain seperti [[Abdul Haris Nasution]]. Isi petisi tersebut adalah tentangan terhadap penggunaan [[Pancasila]] sebagai senjata politik.{{sfn|Friend|2009|pp=179-180}} Selain itu, Syafruddin juga menulis surat terbuka untuk presiden Suharto pada tanggal 7 Juli 1983, yang mengkritik kebijakan pemerintah untuk menjadikan Pancasila satu-satunya pedoman bagi semua jenis organisasi, termasuk kelompok keagamaan.{{sfn|Friend|2009|p=181}} Syafruddin juga turut menulis "lembaran putih" seusai [[Peristiwa Tanjung Priok]] 1984, yang menuduh kebijakan represif pemerintah terhadap kelompok keagamaan dan kebijakan pemaksaan Pancasila tersebut sebagai akar kerusuhan yang terjadi.{{sfn|Friend|2009|p=192}}<ref>{{cite news |title=Priok 12 September 1984: Ketika Aspirasi Dijawab Peluru dan Penjara |url=https://www.republika.co.id/berita/owedm8385/priok-12-september-1984-ketika-aspirasi-dijawab-peluru-dan-penjara-part1 |access-date=17 November 2021 |work=Republika |date=17 September 2017 |language=id |archive-date=17 November 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211117152040/https://www.republika.co.id/berita/owedm8385/priok-12-september-1984-ketika-aspirasi-dijawab-peluru-dan-penjara-part1 |url-status=live }}</ref> Aktivitas-aktivitas Syafruddin ini akhirnya menyebabkan pelarangannya untuk keluar negeri, kecuali untuk berobat.{{sfn|Kahin|1989|p=105}} Meskipun begitu, Syafruddin masih menjadi kritik pemerintah, dan sempat diperiksa karena isi khotbah [[Idul Fitri]] di suatu masjid di Tanjung Priok pada Juni 1985.<ref name="wafat"/>
Syafrudin Prawiranegara memilih lapangan dakwah sebagai kesibukan masa tuanya. Namun berkali-kali bekas tokoh [[Masyumi|Partai Masyumi]] ini dilarang naik mimbar. Pada bulan Juni 1985, ia diperiksa sehubungan dengan isi khotbahnya pada hari raya [[Idul Fitri]] 1404 H di masjid Al-A'raf, [[Tanjung Priok]], Jakarta. Dalam aktivitas keagamaannya, ia pernah menjabat sebagai Ketua Korp Mubalig Indonesia (KMI). Kegiatan-kegiatannya yang berkaitan dengan pendidikan, keislaman, dan dakwah, antar lain:
# Anggota Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan & Pembinaan Manajemen (PPM), kini dikenal dengan nama PPM Manajemen([[1958]])
# Anggota Pengurus Yayasan Al Azhar/Yayasan Pesantren Islam ([[1978]])
# Ketua Korps Mubalig Indonesia ([[1984]]-??)
 
Ia juga sempat menyusun buku ''Sejarah Moneter'', dengan bantuan [[Oei Beng To]], direktur utama Lembaga Keuangan Indonesia.
Syafruddin Prawiranegara meninggal karena serangan jantung di Jakarta, pada tanggal 15 Februari 1989, pada umur 77 tahun.<ref name="Kahin101"/>
"Saya ingin mati di dalam Islam. Dan ingin menyadarkan, bahwa kita tidak perlu takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada Allah".
 
== Keluarga ==