Syafruddin Prawiranegara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 94:
Di bidang keuangan, Syafruddin berperan besar dalam penerbitan [[Oeang Republik Indonesia]] (ORI), salah satunya dengan meyakinkan [[Mohammad Hatta]] untuk menerbitkan mata uang sendiri untuk mendanai perlawanan melawan Belanda dan untuk menunjukkan keseriusan pemerintah Republik Indonesia yang masih muda.{{sfn|Kian Wie Thee|2003|pp=69-70}} Saat Hatta sempat ragu-ragu, Syafruddin mengatakan kepadanya bahwa "apabila Hatta ditangkap Belanda, ia akan digantung bukan sebagai pemalsu uang, tapi sebagai pemberontak". Syafruddin menjadi Menteri Keuangan pertama di Indonesia yang mendistribusikan mata uang Indonesia pada akhir tahun 1946, meskipun di lembaran ORI awalnya tercetak tanda tangan [[Alexander Andries Maramis]] yang mengatur proses percetakannya.{{sfn|Kian Wie Thee|2003|pp=78-79}}{{sfn|Kementerian Keuangan|1991|p=19}} Syafruddin kemudian ikut serta dalam konferensi ''Economic Council for Asia and the Far East'' di [[Manila]], [[Filipina]] pada tahun 1947. Saat itu, partai Masyumi berkolaborasi dengan [[Partai Komunis Indonesia]] dalam sejumlah organisasi, dan banyak delegasi di Manila menganggap Syafruddin dan para koleganya juga berpaham komunis. Terkejut atas anggapan tersebut, ia menerbitkan ''Politik dan Revolusi Kita'' pada tahun 1948 untuk menjelaskan hubungan yang rumit antara partai-partai Islam dan komunis di Indonesia pada masa itu.{{sfn|Madinier|2015|pp=102-103}}
 
Pada masa-masa awal perang kemerdekaan, sekitar 1945-1946, Syafruddin banyak mengkritik kelompok pemuda yang dianggapnya tidak realistis dalam menekan pemerintah. Kolomnya di surat kabar ''[[Berita Indonesia]]'' pada bulan Februari 1946 memuji [[Vladimir Lenin]] dan [[Joseph Stalin]] sebagai tokoh-tokoh "realis" dan mendukung pendekatan ''[[Realpolitik]]'' Sjahrir yang lebih pragmatis dan realis. Kolom ini ditulis sebagai tanggapan atas pidato Jenderal [[Sudirman]] yang dianggap Syafruddin memanas-manaskan kelompok pemuda dan mengabaikan kurangnya persenjataan [[Tentara Republik Indonesia]]. Bahkan, Syafruddin mengutuk pihak-pihak yang mendorong para pemuda untuk terjun ke medan perang hanya dengan [[bambu runcing]] sebagai penjahat.{{sfn|Anderson|2006|pp=310-311}}
 
=== Pemerintah Darurat RI ===