Syariat Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Djohan 19 (bicara | kontrib)
menambah pengertian dan memperbaiki penulisan
→‎Hadis: Penambahan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(65 revisi perantara oleh 37 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Syariat Islam''' ({{lang-ar|شريعة إسلامية}}) yakni berisi hukum dan aturan [[Islam]] adalah [[hukum]] agama yang membentuk me[[rujuk]] bagian dari tradisi Islam. Ini berasal dari ajaran agama Islam dan didasarkan pada kitab suci Islam, khususnya [[Al-Qur'an]] dan Hadits. Dalam bahasa Arab, istilah "syarah" mengacu pada hukum [[Allah]] SWT yang tidak dapat diubah dan dikontraskan dengan fiqh, yang mengacu pada interpretasi ilmiah manusia.
Menurut bahasa ''syari'ah'' berarti tempat aliran air dan tempat keluar ternak menuju air yang mengalir. Kemudian pengertian kata ini dipinjam untuk digunakan pada istilah bagi setiap jalan yang ditetapkan oleh Allah yang tidak berubah , yang datang kepada kita oleh seorang nabi. Maka ''syari'ah'' dalam pengertian istilah yang berlaku adalah aturan yang ditetapkan oleh Allah ta'ala bagi hamba-Nya berupa hukum-hukum yang dibawa oleh salah seorang nabi diantara para nabi-Nya. Jadi ''syari'ah'' adalah buatan Allah bukan hasil [[Ijtihad|''ijtihad'']] manusia; bersifat tetap, tidak berubah.<ref>{{Cite book|title=Perang Terminologi Islam versus Barat|last='Imarah|first=Muhammad|publisher=Robbani Press|year=1998|isbn=9799078318|location=Jakarta|pages=102}}</ref>
 
Sebagaimana tersebut dalam Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36, bahwa sekiranya [[Allah (Islam)]] dan Rasul- Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan Rasul- Nya belum menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah SWT.
'''Syariat Islam''' ([[Bahasa Arab|Arab]]: <font size="4">شريعة إسلامية</font> Kata ''syara''<nowiki/>' secara etimologi berarti "jalan yang dapat di lalui air", maksudnya adalah jalan yang ditempuh manusia untuk menuju Allah. Syariat Islam adalah [[hukum]] atau peraturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam, baik di dunia maupun di akhirat.
 
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syarak (ibadah [[Mahdah]])Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori FurukFuru' Syarak ([[Gairu Mahdah]])Syara'.
 
* '''Asas Syarak (Mahdah)Syara''''
 
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam alAl Quran atau alAl HadisHadits. '''Kedudukannya''' sebagai '''Pokok SyariatSyari'at Islam''' di mana alAl Qur'anQuran itu asasAsas pertamaPertama ''Syara`'' dan alAl HadisHadits itu asasAsas kedua syarakSyara'. '''Sifatnya''', pada dasarnya ''mengikat umat Islam seluruh dunia di mana punmanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, kecuali dalam [[keadaan darurat]]''.
 
* '''Furu' Syara''''
 
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam alAl Quran dan alAl HadisHadist. '''Kedudukannya''' sebagaisebaga cabang'''Cabang SyariatSyari'at Islam'''. '''Sifatnya''' pada dasarnya ''tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima [[Ulil Amri]] setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku'' dalam wilayah kekuasaannya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara ''ijtihadiyah''kekuasaanya.
 
Peran Syariah telah menjadi topik yang diperebutkan di seluruh dunia. Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apakah Syariah kompatibel dengan demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan berpikir, hak perempuan, hak LGBT, dan perbankan.<ref name=naim96>{{cite book |first1=Abdullahi A |last1=An-Na'im |chapter=Islamic Foundations of Religious Human Rights |chapter-url={{Google books|aqyWwF5YA1gC |page=337 |plainurl=yes}} |title=Religious Human Rights in Global Perspective: Religious Perspectives |pages=337–59 |editor1-first=John |editor1-last=Witte |editor2-first=Johan D. |editor2-last=van der Vyver |year=1996 |isbn=978-9041101792 }}</ref><ref name=hajjar2004>{{cite journal |last1=Hajjar |first1=Lisa |title=Religion, State Power, and Domestic Violence in Muslim Societies: A Framework for Comparative Analysis |journal=Law & Social Inquiry |volume=29 |issue=1 |year=2004 |pages=1–38 |jstor=4092696 |doi=10.1111/j.1747-4469.2004.tb00329.x|s2cid=145681085 }}</ref><ref>Al-Suwaidi, J. (1995). ''Arab and western conceptions of democracy; in Democracy, war, and peace in the Middle East'' (Editors: David Garnham, Mark A. Tessler), Indiana University Press, see Chapters 5 and 6; {{ISBN|978-0253209399}}{{page needed|date=April 2016}}</ref>
 
Beberapa yurisdiksi di Amerika Utara dan [[Indonesia]] telah mengeluarkan larangan penggunaan Syariah, yang dibingkai sebagai pembatasan hukum agama atau asing.<ref name=thomas>{{cite book |last=Thomas |first=Jeffrey L. |title=Scapegoating Islam: Intolerance, Security, and the American Muslim |date=2015 |publisher=ABC-CLIO |url=https://books.google.com/books?id=5Q-FCgAAQBAJ&pg=PA83 |pages=83–86 |isbn=978-1440831003 |access-date=13 January 2017 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161213022551/https://books.google.com/books?id=5Q-FCgAAQBAJ&pg=PA83 |archive-date=13 December 2016 |url-status=live }}</ref> Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa di Strasbourg (ECtHR) memutuskan dalam beberapa kasus bahwa Syariah "tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi".<ref>So etwa in: Case Of Refah Partİsİ (The Welfare Party) And Others V. Turkey (Applications nos. 41340/98, 41342/98, 41343/98 and 41344/98), Judgment, Strasbourg, 13 February 2003, No. 123 (siehe S. 39): „The Court concurs in the Chamber’s view that sharia is incompatible with the fundamental principles of democracy, as set forth in the Convention“; vgl. Alastair Mowbray: „Cases, Materials, and Commentary on the European Convention on Human Rights“, OUP Oxford, 29. März 2012, S. 744, [https://books.google.de/books?id=XWyq09yJho8C&pg=PA744&lpg=PA744&dq=%E2%80%9EThe+Court+concurs+in+the+Chamber+view+that+sharia+is+incompatible+with+the+fundamental+principles+of+democracy,+as+set+forth+in+the+Convention%E2%80%9C&source=bl&ots=p8xgHpB1fF&sig=ACfU3U3hm72526PFBMwxY5mdPmiKppHIjg&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjKwLTX08nxAhV7gv0HHfxuC5MQ6AEwAHoECAYQAQ#v=onepage&q=%E2%80%9EThe%20Court%20concurs%20in%20the%20Chamber%20view%20that%20sharia%20is%20incompatible%20with%20the%20fundamental%20principles%20of%20democracy%2C%20as%20set%20forth%20in%20the%20Convention%E2%80%9C&f=false Google-Books-Archivierung]; siehe auch [https://www.legislationline.org/documents/action/popup/id/15827 „The European Court of Human Rights in the case of Refah Partisi (the Welfare Party) and Others v. Turkey“] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210709184803/https://www.legislationline.org/documents/action/popup/id/15827 |date=2021-07-09 }}, 13. Feb. 2003, Ziffer 123 u. weitere Ziffern im gleichen Dokument</ref><ref>Siehe auch sueddeutsche.de, 14. Sept. 2017: [http://www.sueddeutsche.de/1.3666617 ''Gegen Scheidungen nach Scharia-Recht'']</ref>
 
== Definisi ==
Secara etimologi bahasa, kata syari'ah berarti jalan yang berbekas menuju air, karena sudah sering dilalui.<ref>{{cite book|last1=Nafis, Ph.D.|first1=M. Cholil|title=Teori Hukum Ekonomi Syariah|date=2011|publisher=Penerbit Universitas Indonesia|isbn=9789794564561|page=17|url=https://www.google.co.id/books/edition/Teori_hukum_ekonomi_syariah/Kzg6YAAACAAJ?hl=en}}</ref> Kemudian maknanya berkembang menjadi sumber air yang selalu diambil orang untuk keperluan hidup. Secara istilah, syari'ah adalah apa yang digariskan dan ditentukan oleh Allah dalam agama sebagai aturan kehidupan para hamba-Nya. Syariah diartikan sebagai segala peraturan yang datang dari Allah, baik berupa hukum-hukum Akidah, hukum yang bersifat praktik, maupun hukum akhlak.
 
==Jinayah==
[[Berkas:Islamic coin, Time of the Rashidun. Khosrau type. AH 31-41 AD 651-661.jpg|thumb|upright=1.15|Koin Islam [[Kekhalifahan Rasyidin]], (656). (Patung meniru penguasa Sassanid [[Khosrau II]],
Bulan sabit-bintang, Basmala dan "api [[Zoroastrianisme|Zoroaster]]" dapat dilihat.) Dalam banyak kasus, gambar dan relief, yang pada awalnya tidak masalah, dianggap berdosa menurut interpretasi para ulama. Simbol yang mewakili agama lain dianggap penistaan/[[Kemurtadan menurut Islam]] dan dilarang keras.]]
 
'''Jinayah''' adalah sebuah kajian ilmu hukum [[Islam]] yang berbicara tentang [[kejahatan]].<ref name="q">{{cite book|last=Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag.|first=|authorlink=|coauthors=Masyrofah, S.Ag., M.Si.|title= fIqh Jinayah|year= 2013|publisher= AMZAH|ISBN= 978-602-8689-76-2|}}</ref> Dalam istilah yang lebih populer, hukum jinayah disebut juga dengan hukum pidana [[Islam]].<ref name="q"/> Adapun ruang lingkup kajian hukum pidana [[Islam]] ini meliputi tindak [[pidana]] [[qisas|qisas]], [[hudud]], dan [[takzir]].<ref name="q"/>
 
=== Al-QuranQisas ===
Dasar dari praktik ini adalah bahwa seorang anggota suku tempat si pembunuh diserahkan kepada keluarga korban untuk dieksekusi, setara dengan status sosial orang yang dibunuh.<ref>{{Cite web|url=https://zh.booksc.eu/book/52479161/c42c5a|title=Conflict and Conflict Resolution in the pre-Islamic Arab Society &#124; SADIK KIRAZLI &#124; download|access-date=2022-02-26|archive-date=2022-01-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20220129180325/https://zh.booksc.eu/book/52479161/c42c5a|dead-url=yes}}</ref>
 
Kondisi kesetaraan sosial berarti eksekusi terhadap anggota suku pembunuh yang setara dengan yang dibunuh, dalam arti orang yang dibunuh adalah laki-laki atau perempuan, budak atau orang merdeka, elit atau rakyat jelata. Misalnya, hanya satu budak yang bisa dibunuh untuk seorang budak, dan seorang wanita untuk seorang wanita. Pada pemahaman pra-Islam ini ditambahkan perdebatan tentang apakah seorang Muslim dapat dieksekusi untuk non-Muslim selama periode Islam.
 
Ayat utama untuk implementasi dalam Islam adalah Al Baqara; 178 ayat; : 'Orang-orang percaya! Pembalasan ditahbiskan untuk Anda mengenai orang-orang yang terbunuh. Bebas versus bebas, tawanan versus tawanan, perempuan versus perempuan. Siapa pun yang diampuni oleh saudara lelaki yang terbunuh karena suatu harga, biarkan dia mematuhi kebiasaan dan membayar harganya dengan baik."
 
[[Qisas]] adalah penjatuhan coba sanksi yang sama dengan yang telah pelaku lakukan terhadap korbannya, misalnya pelaku menghilangkan [[nyawa]] korbannya, maka ia wajib dibunuh.<ref name="q"/> Kecuali, keluarga korban memaafkan si pelaku, maka pelaku hanya akan dikenakan denda yang dinamakan dengan [[Diyat|diat]] atau denda sebagai pengganti dari hukuman.<ref name="w">{{cite book|last=Drs.H.Imron Abu Umar|first=|authorlink=|coauthors=|title= Terj. Fat-hul Qarib Jilid 2|year= 1983|publisher= Menara Kudus|}}</ref>
 
=== Hudud ===
[[Hudud]] adalah penjatuhan sanksi yang berat atas sesorang yang telah ditentukan oleh [[Al-Qur'an]] dan [[Hadis]], seperti [[zina]], [[mabuk]] dan keluar dari agama [[Islam]] atau [[murtad]].<ref name="q"/>
 
=== Takzir ===
[[Takzir]] adalah hukum yang selain hukum [[hudud]], yang berfungsi mencegah pelaku tindak [[pidana]] dari melakukan kejahatan dan menghalanginya dari melakukan maksiat.<ref name="q"/>
 
== Sumber Hukum Islam ==
[[Berkas:Johor State Syariah Court.jpg|jmpl|Mahkamah Syariat Negara Bagian [[Johor]] di [[Malaysia]].]]
[[Berkas:Konpers-Pantauan-Ramadhan-2.jpg|al=|jmpl|Konferensi pers Pantauan Ramadhan tahun 2019<ref>{{Citation|title=Bahasa Indonesia: Konferensi pers Pantauan Ramadhan tahun 2019|url=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Konpers-Pantauan-Ramadhan-2.jpg|date=2019-05-30|accessdate=2020-06-02|first=Unknown, published by Majelis Ulama|last=Indonesia}}</ref>]]
=== Al-Quran ===
 
[[Al-Qur'an]] sebagai [[kitab suci]] umat Islam adalah firman [[Allah]] yang diturunkan kepada [[Nabi Muhammad SAW]] untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman.<ref>''"...dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."'' (Saba' 34:28)</ref> Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al Quran disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama syarak.
=== Al- Quran ===
[[Al-Qur'an|Al- Quran]] sebagai [[kitab suci]] umat Islam adalah firman [[Allah]] SWT yang diturunkan kepada Nabi [[Nabi Muhammad SAW]] SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman.<ref>''"...dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."'' (Saba' 34:28)</ref> Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al- Quran disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama syarak''syara'''.
 
Al Qur'anQuran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al- Qur'anQuran dari waktu ke waktu telah berkembang [[tafsir|tafsiran tentang isi-isi Al Qur'anQuran]] namun tidak ada yang saling bertentangan.
 
=== Al-Hadis ===
[[Hadis]] terbagi dalam beberapa derajat keasliannya, di antaranya adalah:
* ''Sahih''
Baris 17 ⟶ 57:
* ''Daif'' (lemah)
* ''Maudu''' (palsu)
* ''Matruk''''(Ditinggalkan)
Hadis yang dijadikan acuan hukum hanya hadis dengan derajat ''sahih'' dan ''hasan'', kemudian hadis ''daif'' menurut kesepakatan [[Ulama]] salaf (generasi terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal (fadilah amal) masih diperbolehkan untuk digunakan oleh umat Islam. Adapun hadis dengan derajat ''maudu'' dan derajat hadis yang di bawahnya wajib ditinggalkan, namun tetap perlu dipelajari dalam ranah ilmu pengetahuan.
* ''Mungkar''
Hadis yang dijadikan acuan hukum hanya hadis dengan derajat ''sahih'' dan ''hasan'', kemudian hadis ''daif'' menurut kesepakatan [[Ulama]] salaf (generasi terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal (fadilah amal) masih diperbolehkan untuk digunakan oleh umat Islam. Adapun hadis dengan derajat ''maudu'' dan derajat hadis yang di bawahnya wajib ditinggalkan, namuntetapi tetap perlu dipelajari dalam ranah ilmu pengetahuan.
 
Perbedaan alAl- Quran dan al-Hadis adalah alAl- Quran, merupakan kitab suci yang berisikan kebenaran, hukum- hukum dan firman Allah SWT, yang kemudian dibukukan menjadi satu bundel, untuk seluruh umat manusia. Sedangkan al-hadis,Hadis merupakan kumpulan yang khusus memuat sumber hukum Islam setelah al Quran berisikan aturan pelaksanaan, tata cara ibadah, [[Akhlakakhlak]], ucapan yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad sawSAW. Walaupun ada beberapa perbedaan ulama ahli [[fikih]] dan ahli hadis dalam memahami makna di dalam kedua sumber hukum tersebut tetapi semua merupakan upaya dalam mencari kebenaran demi kemaslahatan ummat , namuntetapi hanya para ulama [[mazhab]] (ahli fiqih) dengan derajat keilmuan tinggi dan dipercaya ummat yang bisa memahaminya dan semua ini atas kehendak Allah.
 
=== Ijtihad ===
''[[Ijtihad]]'' adalah sebuah usaha para [[ulama]], untuk menetapkan sesuatu putusan hukum Islam, berdasarkan alAl- Quran dan al-Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad SAW wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang sesuatu hukum maupun perihal peribadatan. Namun, ada pula hal- hal [[ibadah mahdhah|ibadah]] tidak bisa di ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad, antara lain :
* [[Ijma']], kesepakatan para ulama
* [[Qiyas]], diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
Baris 28 ⟶ 70:
* [['Urf]], kebiasaan
 
Terkait dengan susunan tertib syariat, al Quran dalam [[Surah Al-Ahzab]] ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan rasulRasul- Nya belum menetapkan ketentuannya, maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat al Qur'anQuran dalam [[Al-Maidah|Surah Al-Mai'dah]]<ref>''"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan dipada waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun."'' (Al-Māidah 5:101)</ref> yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah SWT.
[[Berkas:Mahkamah Syar'iyyah Aceh.JPG|jmpl|400x400px|[[Mahkamah Syar'iyah Aceh]] mempertimbangkan perkara pidana dan perdata yang menggunakan hukum Islam.|al=]]
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah SWT itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas ''syara'<nowiki/>''' (ibadah [[Mahdah]]) dan perkara yang masuk dalam kategori Furuk '''''syara''' ([[Gairu Mahdah]]).
 
* '''Asas ''syara''' (Mahdah)'''
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syarak (ibadah [[Mahdah]]) dan perkara yang masuk dalam kategori Furuk Syarak ([[Gairu Mahdah]]).
 
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al- Quran atau Hadis. Kedudukannya sebagai Pokok Syariat Islam di mana Al- Quran itu asas pertama ''Syara`'' dan Hadis itu asas kedua ''syara'''. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia di mana pun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad {{SAW}} hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
* '''Asas Syarak (Mahdah)'''
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam al Quran atau al Hadis. Kedudukannya sebagai Pokok Syariat Islam di mana al Qur'an itu asas pertama ''Syara`'' dan al Hadis itu asas kedua syarak. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia di mana pun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
 
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.
 
* '''Furu' Syara' (Ghoir Mahdhoh)'''
 
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam al Quran dan al Hadis. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima [[Ulil Amri]] setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaannya. Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara ''ijtihadiyah''.
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al- Quran dan Hadis. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima [[Ulil Amri]] setempat menerima sebagai peraturan/perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaannya. Perkara atau masalah yang masuk dalam ''furu' syara''' ini juga disebut sebagai perkara ''ijtihadiyah''.
 
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam :
Baris 44 ⟶ 88:
* bidimensional, artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (ilahi)
* adil, artinya salam hukum islam keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah salam syariah di tetapkan.
* individualistik dan kemasyarakatan yang di ikat dengan nilai-nilai transendental yaitu wahyu Allah yang{{SWT}} diyang sampaikandisampaikan kepada Nabi Muhammad Saw{{SAW}}.
 
Hukum islam mempunyai 2 sifat.
Baris 52 ⟶ 96:
2. Al-tathawwur
 
== Konteks sosial-kemasyarakatan ==
== Referensi ==
Syariat Islam mengatur persoalan yang berkaitan dengan kontek sosial-[[Masyarakat|kemasyarakatan]], khususnya yang berkaitan dengan [[norma sosial]]. Ruang lingkupnya dimulai dari tindak [[kejahatan]], [[minuman keras]], [[Zina|perzinaan]], hingga [[pembunuhan]]. Syariat Islam juga membahas konteks sosial-kemasyarakatan yang lebih luas, yaitu [[negara]]. Ruang lingkupnya meliputi hubungan [[pemerintahan]] antara pemerintah dengan rakyat yang diperintah.<ref>{{Cite book|last=Hambali|first=Muhammad|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Panduan_Muslim_Kaffah_Sehari_hari_dari_K/b1FHEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=panduan+muslim+kaffah&pg=PA31&printsec=frontcover|title=Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari: Dari Kandungan hingga Kematian|location=Yogyakarta|publisher=Laksana|isbn=978-602-407-185-1|editor-last=Rusdianto|pages=28|url-status=live}}</ref> Dalam praktik keuangan, syariah juga diterapkan dalam [[Bisnis Syariah|bisnis syariah]], seperti bermuamalah.
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
* [[Daftar topik agama Islam]]
<font></font>
 
== Rujukan ==
[[Kategori:Islam]]
{{reflist}}
[[Kategori:Hukum Islam]]
 
[[Kategori:Hukum Islam| ]]
[[Kategori:IslamHukum]]