Tahu sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yayang rudian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
CricketXP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(46 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Prepared Food
'''Tahu Sumedang''' adalah [[tahu]] khas yang berasal dari daerah [[Kota Sumedang|Sumedang]], [[Jawa Barat]]
| name = Tahu Sumedang
| image = [[Berkas:Tahu sumedang dalam keranjang.jpg|thumb|250px|right|Tahu Sumedang dalam keranjang bambunya yang khas]]
| caption = Tahu Sumedang dalam keranjang bambunya yang khas.
| country = [[Indonesia]]
| region = [[Sumedang]]
| creator = Ong Kino
| main_ingredient = [[kedelai]]
| calories = 113 kkal<ref>{{cite web|title = Daftar Tabel Kalori|url = http://www.academia.edu/4338874/DAFTAR_TABEL_KALORI|publisher = Academia|accessdate = 2015-01-23}}</ref>
| protein = ~ 7,8 g<ref name=mtsab/>
| fat = ~ 4,6 g<ref name=mtsab/>
| carbohydrate = ~ 16 g<ref name=mtsab/>
}}
 
'''Tahu Sumedang''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: {{Sund|ᮒᮠᮥ ᮞᮥᮙᮨᮓᮀ}}) adalah [[tahu]] khas daerah [[Sumedang]]. Jika dibeli dalam jumlah banyak, umumnya menggunakan bongsang, [[Anyaman|anyaman bambu]] yang dapat memuat 25–100 buah tahu goreng.<ref name=mtsab/>
[[Berkas:Tahu sumedang.jpg|thumb|250px|right|Tahu Sumedang]]
[[Berkas:Tahu sumedang dalam keranjang.jpg|thumb|250px|right|Tahu Sumedang dalam keranjang bambunya yang khas]]
 
== Sejarah ==
=== Asal kata ===
Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh [[istri]] Ongkino, yang memang semenjak awal sebagai orang yang pertama kali memiliki ide untuk memproduksi [[Tou Fu]] (dari [[bahasa Tionghoa]], Hokkian "tau hu", yang berarti sama) yang lambat laun menjadi berubah nama menjadi "Tahu".
Menurut Ong Boen Keng ,tokoh tahu [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], "tahu" berasal dari [[bahasa Mandarin]] ''dòufu'' (豆腐) dibaca tou-fu atau tāu-hū oleh orang [[Provinsi Fujian|Hokkian]].<ref name=oyk/>
 
=== Kreativitas ===
Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh [[imigran]] China, Ong Kino dan istrinya yang menjadi perintis untuk memproduksi [[tahu]] di Sumedang yang awalnya dibuat dari kedelai lurik yang mirip telur puyuh. Tahun demi tahun, OngkinoOng besertaKino istribeserta tercintaistrinya terus menggeluti [[usaha]] mereka hingga sekitar tahun [[1917]], dan [[anak]] tunggal mereka bernama Ong BungBoen Keng menyusuluntuk kedua orang tuanya ke tanah Sumedangmelanjutkannya. [[BungOng Boen Keng]] kemudian melanjutkan usaha kedua orang tuanyaorangtuanya yang sampai keduanya memilih kembali ke tanah kelahiran mereka di [[Provinsi Fujian|Hokkian]], [[Republik Rakyat Tiongkok]].
 
Melalui alih generasi Ong BungBoen Keng, anak tunggal Ongkino,yang terus melanjutkan usaha yang diwariskan dari kedua orang tuanya hingga akhir hayatnya di usia 92 tahun{{Butuh rujukan}}. Di balik kemasyhuran tahu Sumedang ada pula kisah yang berbau mistik, seperti apa yang diceritakan cucucicit dari OngkinoOng Kino, Suryadi. Sekitar tahun 1928, konon suatu hari tempat usaha sang kakek buyutnya, Ong BungBoen Keng, didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan [[dokar]] dalam perjalanan menuju [[Situraja, Sumedang]]. Kebetulan, sang pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu. Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum.<ref name=oyk>{{cite web|title = Legenda "Bun Keng" Tahu Sumedang|url = http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=188&Itemid=141|author = Redaksi Sumedangkab.go.id|accessdate = 2015-01-23}}</ref> Sang bupati, Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, "''Maneh keur ngagoreng naon?'' (''Kamu sedang menggoreng apa?'')". Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari tahu. Karena penasaran, sang bupati langsung mencicip satu. Setelah mencicipi, bupati secara spontan berkata dengan wajah puas, "''Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!''". Tak lama setelah kejadian ini, tahu digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia.<ref name=mtsab/>
 
== Perbedaan dengan tahu biasa ==
Kebetulan, sang Pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu. Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum. Sang bupati, Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, "'''''Maneh keur ngagoreng naon''?''' (Kamu sedang menggoreng apa?)". Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari Tou Fu China. Karena penasaran, sang bupati langsung mencoba satu. Setelah mencicipi sesaat, bupati secara spontan berkata dengan wajah puas, "Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!".
Tahu ini setelah digoreng dengan bumbu yang sama, menghasilkan bentuk yang berbeda dari tahu goreng biasanya. Koagulan yang dipakai adalah sisa dari penggumpalan tahu, disebut larutan biang yang disimpan selama 2–3 hari, yang prosesnya menggunakan asam cuka.<ref name="mtsab">{{cite book|title = Membuat Tahu Sumedang ala Bungkeng|first1 = Suriadi|last1 = Ukim|first2 = Erni|last2 = Susanti|url = https://books.google.co.id/books?id=ANbPTUACoQwC|publisher = AgroMedia|isbn = 9789793702643}}</ref> Tahu ini bisa mengalami perubahan rasa setelah beberapa jam dibeli jika dibuat secara tradisional, kedelai asli tanpa pengawet. Rasa gurih berubah menjadi asam, kulit yang garing menjadi liat. Tapi ini dapat disiasati dengan penyimpanan di kulkas. Penggorengan yang tepat yaitu dalam minyak yang panas / menguap, api besar, daya muat penggorengan, serta jumlah tahunya.<ref>{{cite web|title = 3 Tips Sukses Goreng Tahu Sumedang Sendiri|url = http://www.republika.co.id/berita/humaira/sana-sini/13/12/26/myel3f-3-tips-sukses-goreng-tahu-sumedang-sendiri|first = Endah|last = Hapsari|publisher = Republika Online|date = 27 Desember 2013|accessdate = 2015-01-23}}</ref>
 
== Referensi ==
Tak lama setelah kejadian ini, Tahu Sumedang digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia
<references/>
 
== LihatPranala pulaluar ==
*M. Luthfi Khair A. dan Rusydan Fathy (2021) [https://lipipress.lipi.go.id/detailpost/tahu-sejarah-tahu-sumedang Tahu Sejarah Tahu Sumedang] LIPI Press
* [[Masakan Sunda]]
 
[[Kategori:MasakanHidangan Indonesia]]
{{resep}}
[[Kategori:MasakanHidangan Sunda]]
{{Masakan Indonesia}}
[[Kategori:Hidangan Tionghoa-Indonesia]]
{{minuman-stub}}
 
[[Kategori:Masakan Sunda]]
[[Kategori:Masakan Indonesia]]
[[Kategori:Kabupaten Sumedang]]
[[Kategori:Tahu]]
[[Kategori:Jajanan]]
 
 
{{makanan-indonesia-stub}}{{Hidangan Indonesia}}