Takdir dalam Islam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Membatalkan 1 suntingan oleh Kurnia Trianto (bicara) ke revisi terakhir oleh RaFaDa20631 Tag: Pembatalan |
||
(33 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
'''Qadar''' ({{lang-ar|قدر}}, secara harfiah berarti "kekuatan")<ref name="Wehr">J. M. Cowan (ed.) (1976). ''The Hans Wehr Dictionary of Modern Written Arabic''. Wiesbaden, Germany: Spoken Language Services. {{ISBN|0-87950-001-8}}</ref><ref name="UD-BoI">{{cite web |title=Six Major Beliefs In Islam |url=https://sites.udel.edu/msadelaware/six-major-beliefs-in-islam/#:~:text=These%20include%20the%20Quran%20(given,Scrolls%20(given%20to%20Abraham). |website=University of Delaware. The Basics to Islam |access-date=26 June 2022}}</ref><ref name="DaIaMisriya">{{cite web |title=The Six Articles of Faith |url=https://www.dar-alifta.org/Foreign/ViewArticle.aspx?ID=64&CategoryID=2 |website=Dar al-Ifta Al-Missriyya |access-date=26 June 2022}}</ref> adalah konsep takdir ilahi dalam [[Islam]].<ref>{{cite web|url=http://www.missionislam.com/knowledge/Qadar.htm|title=Qadar|work=missionislam.com|access-date=2016-03-27}}</ref> Karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Kuasa, segala sesuatu yang telah terjadi dan akan terjadi di alam semesta—termasuk perilaku manusia yang berdosa—diperintahkan oleh-Nya..<ref name=AGI1978:132>Guillaume, ''Islam'', 1978: p.132</ref> Pada saat yang sama, kita sebagai manusia bertanggung jawab atas tindakan kita, dan akan diberi penghargaan atau hukuman yang sesuai pada Hari Penghakiman.<ref name="account 96978">{{cite web |title=If things are decreed, then how can a person be called to account for them? 96978 |url=https://islamqa.info/en/answers/96978/if-things-are-decreed-then-how-can-a-person-be-called-to-account-for-them |website=Islam Question and Answer |access-date=26 June 2022 |date=29 April 2007}}</ref>
Takdir Ilahi adalah salah satu dari enam rukun iman Islam Suni, (bersama dengan keyakinan akan Keesaan Allah, Kitab-Kitab yang diturunkan, para Nabi Islam, Hari Kebangkitan dan para malaikat). Konsep ini juga telah disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai "Ketetapan" Allah.<ref>{{cite book|last1=Muhsin Khan|first1=Muhammad|title=The Noble Qur'an|url=http://corpus.quran.com/translation.jsp?chapter=97&verse=1|quote=Verily! We have sent it (this Quran) down in the night of Al-Qadr (Decree)}}</ref>
== Takdir dalam agama Islam ==▼
Karena banyak hal yang terjadi sebagai bagian dari ketetapan Allah adalah buruk/jahat, “kehendak Allah” dapat dibagi menjadi dua macam—kehendak universal (segala sesuatu yang terjadi, pokok bahasan artikel ini); dan "kehendak legislatif", apa yang Allah perintahkan kepada manusia untuk dilakukan yang terkadang tidak (mematuhi syariah).
Beberapa sekolah Islam awal (Qadariyah dan Muʿtazilah) tidak menerima doktrin takdir; Muʿtazila berpendapat bahwa "tidak terpikirkan" bahwa Tuhan "akan menghukum manusia atas apa yang Dia sendiri telah perintahkan". Predestinasi tidak termasuk dalam Lima Rukun Iman Islam Syi'ah. Setidaknya beberapa sumber menggambarkan Muslim Syi'ah sebagai menyangkal takdir, dan setidaknya seorang ulama Syi'ah (Naser Makarem Shirazi) berpendapat "kepercayaan pada takdir adalah pengingkaran keadilan".<ref name="Shirazi-justice">{{cite book |last1=Shirazi |first1=Naser Makarem |title=The Justice of God |publisher=Al-Islam.org |url=https://www.al-islam.org/justice-god-naser-makarem-shirazi/issue-predestination-and-free-will |access-date=14 June 2022 |chapter=The Issue of Predestination and Free Will|date=12 May 2015 }}</ref>
▲== Takdir dalam agama Islam ==
Umat [[Islam]] memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi [[Allah]] melalui [[Al Quran]] dan [[Al Hadits]]. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.
Baris 10 ⟶ 14:
=== Dimensi ketuhanan ===
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa [[Allah]]
* ''Dialah Yang Awal dan Yang Akhir
▲Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa [[Allah]] maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.
* ''Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya).'' ([[Al-Furqan]] 25:2)
* ''Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah.'' ([[Surah Al-Hajj|Al-Hajj]]
▲* ''Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin'' (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).
* ''Dia
* ''Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya.'' (Al-An'am
▲* ''Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah'' ([[Al-Hajj]] / QS. 22:70)
* ''
* ''
▲* ''Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya'' (Al-An'am / QS 6:149)
▲* ''Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan'' (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat.
=== Dimensi kemanusiaan ===
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.
* ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
* ''(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya
* ''Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih'' (Al-Baqarah
* ''... barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir...'' (Al Kahfi
=== Implikasi Iman kepada Takdir ===▼
Kesadaran manusia untuk [[beragama]] merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk mengubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang juga (Al Hadiid
Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka diwajibkan untuk '''berusaha''' secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu [[ibadat|beribadah kepada Allah]]. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.
Baris 42 ⟶ 43:
Iman kepada Qadar adalah salah satu dari enam rukun iman yang telah dijelaskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman. Iman kepada Qadar adalah masalah yang sangat penting. Banyak orang yang telah memperdebatkan tentang Qadar sejak zaman dahulu, sampai hari inipun mereka masih memperdebatkan. Akan tetapi kebenaran masalah tersebut, walillah al-Ham, sangat jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Kemudian yang dimaksud dengan iman kepada Qadar adalah kita mempercayai (sepenuhnya) bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya.
"Artinya
Kemudian ketetapan yang telah ditetapkan Allah selalu sesuai dengan kebijakan-Nya dan tujuan mulia yang mengikutinya serta berbagai akibat yang bermanfaat bagi hamba-Nya, baik untuk kehidupan (dunia) maupun akhiratnya.
Baris 48 ⟶ 49:
Iman kepada Qadar berkisar empat tingkat keimanan.
[1]. Ilmu (Allah), yakni mempercayai dengan sepenuhnya bahwa ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala meliputi segala sesuatu, baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang, baik yang berhubungan dengan perbuatan-Nya maupun perbuatan hamba-Nya. Dia (Allah) meliputi semuanya, baik secara global maupun rinci dengan ilmu-Nya yang menjadi salah satu sifat-Nya sejak azali dan selamanya (tak ada akhirnya). Dalil-dalil tentang tingkatan ini banyak sekali. Allah telah berfirman
"Artinya
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan pengetahuan Allah pada segala sesuatu, baik secara global maupun rinci. Dalam tingkatan ini barangsiapa yang mengingkari Qadar maka dia kafir, karena dia mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma' kaum muslimin dan meremehkan kesempurnaan Allah.
Maka Allah tidak akan bodoh terhadap sesuatu yang akan datang dan tidak akan melupakan sesuatu yang telah lewat.
[2]. Beriman kepada Allah telah menulis ketetapan segala sesuatu sampai terjadi hari Qiyamat, karena ketika Dia menciptakan Qalam, Dia berfirman kepadanya
"Artinya
[3]. Beriman bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini disebabkan kehendak Allah. Segala sesuatu yang ada di alam ini terjadi karena kehendak Allah, baik yang dilakukan oleh-Nya maupun oleh mahkhluk. Allah telah berfirman.
"Artinya
Allah juga berfirman.
"Artinya
▲"Artinya : Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya" [Al-An'am : 149]
[4]. Beriman bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Maka Allah adalah Maha Pencipta dan selain-Nya Dia adalah makhluk. Segala sesuatu, Allah-lah penciptanya dan semua makhluk adalah ciptaan-Nya. Jika segala perbuatan manusia dan ucapannya termasuk sifatnya, sedangkan manusia itu makhluk, maka sifat-sifatnya juga makhluk Allah. Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah.
"Artinya
Dengan demikian, Allah telah menetapkan penciptaan manusia dan perbuatannya. Allah juga berfirman
Kemudian ketahuilah bahwa iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan pelaksanaan sebab, bahkan melaksanakan berbagai sebab merupakan perintah Syari'ah. Hal itu dapat tercapai karena Qadar, karena bebagai sebab akan melahirkan musabab (akibat). Oleh karena itu, Amirul Mu'minin, Umar bin Khaththab, ketika pergi menuju Syam, di tengah perjalan dia mengetahui bahwa telah menyebar wabah penyakit di sana. Kemudian para sahabat bermusyawarah
"Artinya
Kesimpulan perkataan Umar "lari dari Qadar Allah menuju Qadar Allah" itu merupakan dalil bahwa melaksanakan sebab juga termasuk Qadar Allah. Kita tahu bahwa apabila seseorang mengatakan " saya beriman kepada Qadar Allah dan Allah akan memberiku seorang anak dengan tanpa istri", maka orang tersebut dapat dikatakan gila. Begitu juga bila dia mengatakan "saya beriman kepada Qadar Allah dan saya tidak akan berupaya mencari rizki dan tidak melaksanakan sebab-sebab mendapatkan rizki", maka dia adalah dungu. Maka iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan sebab-sebab syar'iyah atau ikhtiar yang benar. Adapun sebab-sebab yang berupa prasangka yang dianggap palakunya sebagai sebab padahal bukan, maka hal itu di luar perhitungan dan tidak perlu diperhatikan.
Baris 87:
Taqdir berarti kepastian atau ketentuan. Yaitu suatu ketentuan yang telah ditetap Allah SWT kepada setiap hambaNya. Ketentuan ini tidak mengikat terhadap apapun juga, cukuplah dengan kehendak Allah maka itu akan terjadi dan rangkuman isi takdir ini sudah selesai pada zaman azali pada saat kitab Lauh Mahfudz dan sudah tertulis di dalamnya perkara-perkara apa saja yang akan menimpa tiap makhluknya bahkan sampai penentuan apakah ia termasuk penghuni surga atau neraka.
Ada yang namanya Taqdir Mubram yaitu suatu ketentuan yang bersifat pasti dan tak dapat dirubah oleh siapapun, seperti
dan ada yang namanya Taqdir Muallaq, yaitu suatu ketentuan berdasarkan situasi dan kondiri, seperti
Namun hal ini tidak mutlak benar adanya, harus dibedakan mana itu sunnatullah dan mana itu kehendak Allah. Apa tidak mungkin orang kaya tanpa bekerja? Beberapa kita temui dimana seseorang mendapat rezeki nomplok yang akhirnya dia bisa meneruskan hidupnya dari rezeki tersebut dengan berlebih dan sebaliknya berapa banyak orang sudah bekerja keras namun rezeki yang didapat tidak bertambah. Kejadian seperti banyak lagi contohnya, yang kita pikir seharusnya terjadi namun tidak terjadi. Kesimpulan ini adalah takdir yang menimpa seseorang bukanlah karena kondisi dan situasi tertentu namun mutlak karena kehendak Allah, dan Ia tidak terikat dengan aturannya namun manusia lah yang diajarkan untuk berusaha.---->
== Lihat pula ==
* [[Kehendak Allah]]
{{Portal|Islam}}
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Islam]]
▲{{islam-stub}}
|