Taksaka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Upacara pengorbanan ular: clean up |
M. Adiputra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{untuk|kereta api dengan nama yang sama|Kereta api Taksaka}}
[[File:Taxaka_Statue.jpg|thumb|Arca Taksaka di Kuil Takshakeshwar, [[India]].]]
Dalam [[mitologi Hindu]], '''Taksaka'''
Naga Taksaka dikenal dalam [[mitologi Tionghoa]] dan [[mitologi Jepang|Jepang]] sebagai salah satu dari "Delapan Raja Naga" (八大龍王 ''Hachi-dai Ryuu-ou''),<ref>{{Cite web|url=http://www.chinabuddhismencyclopedia.com/en/index.php/Eight_great_dragon_kings|title=Eight great dragon kings - Tibetan Buddhist Encyclopedia}}</ref> yaitu kumpulan delapan [[naga (mitologi India)|naga]] dalam kepercayaan Buddhis yang dapat terbang serta berbisa paling mematikan. Tujuh naga lainnya yaitu: Nanda, Upananda, Sagara (Sakara), Vasuki, Balavan, Anavatapta, dan Utpala.
Naga Taksaka juga muncul dalam [[mitologi Bali]], selayaknya pengaruh [[mitologi Hindu]] dari [[India]]. dalam mitologi Bali, '''Taksaka''' adalah [[ular]] yang tinggal di [[kahyangan]]. Tidak semua ular ini mempunyai perilaku yang jahat.▼
▲Naga Taksaka juga muncul dalam [[mitologi Bali]], selayaknya pengaruh [[mitologi Hindu]] dari [[India]]. dalam mitologi Bali,
== Kelahiran ==
Baris 8 ⟶ 11:
Dikisahkan dalam cerita [[Adiparwa#Kisah Sang Winata dan Sang Kadru|Adiparwa]] bahwa Dewi [[Kadru]] yang tidak memiliki anak meminta Resi [[Kasyapa]] agar menganugerahinya dengan seribu orang anak. Lalu Bagawan Kasyapa memberikan seribu butir telur agar dirawat Dewi Kadru. Kelak dari telur-telur tersebut lahirlah putera-putera Dewi Kadru. Setelah lima ratus tahun berlalu, telur-telur tersebut menetas. Dari dalamnya keluarlah para naga. Naga yang terkenal adalah [[Basuki (naga)|Basuki]], [[Ananta]], dan Taksaka.
==
[[File:Death of Parikshit.jpg|thumb|Ilustrasi hasil [[kecerdasan buatan]], menggambarkan adegan kematian Parikesit sebagaimana tertulis dalam ''Mahabharata''. Gambar dari [[Wikimedia Commons]].]]
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' diceritakan bahwa saat Maharaja [[Parikesit]] dari [[Hastinapura]] pergi berburu, ia kehilangan jejak buruannya dan masuk ke sebuah kediaman [[brahmana]]/pertapaan. Ia bertanya kepada seorang pertapa bernama [[Samiti]] yang sedang duduk bermeditasi karena hanya pertapa tersebut yang ia temui. Pertapa tersebut diam membisu saat Parikesit bertanya. Karena marah, sang raja mengambil bangkai ular dengan panahnya dan mengalungkannya di leher
Pada hari yang ketujuh, naga Taksaka pergi ke [[Hastinapura]]. Di sana Sang Raja dilindungi dan dijaga oleh para [[brahmana]], prajurit, dan ahli mengobati [[racun|bisa]]. Agar mampu menjangkau Sang Raja, Naga Taksaka mengubah wujudnya menjadi [[ulat]] dan masuk dalam buah [[jambu]]. Lalu ia menyuruh naga yang lain untuk menyamar menjadi brahmana dan menghaturkan jambu tersebut. Pada saat Sang Raja menerima buah jambu dari brahmana yang menyamar tersebut, Naga Taksaka kembali ke wujud semula dan mengigit Raja [[Parikesit]]. Karena gigitan Sang Naga yang sakti, Raja Parikesit terbakar sampai menjadi abu.
== Upacara pengorbanan ular ==
[[File:Snakesacrifice.jpg|thumb|Ilustrasi suasana upacara pengorbanan ular yang dilakukan [[Janamejaya]].]]
Putera Raja [[Parikesit]] adalah Raja [[Janamejaya]]. Ia diangkat menjadi raja pada usia muda. Saat Sang [[Utangka]] datang menghadap Sang Raja, ia menjelaskan penyebab kematian ayah Sang Raja, yaitu digigit Naga Taksaka. Untuk membalas dendam, Sang Raja mengadakan ''Sarpahoma'' atau upacara pengorbanan ular. Ia mengundang para [[brahmana]] untuk mendukung upacara tersebut. Namun firasat para brahmana mengatakan bahwa kelak upacara tersebut akan digagalkan oleh seorang brahmana.
Baris 24 ⟶ 29:
== Lihat pula ==
* ''[[Adiparwa]]'' (bagian kisah para naga)
▲* [[Parikesit]]
== Referensi ==
▲* [[Janamejaya]]
{{reflist}}
{{tokoh mahabharata}}
{{hindu makhluk}}
[[Kategori:Makhluk dalam mitologi Hindu]]
|