Tan Malaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Reverted 2 edits by 103.11.106.146 (talk): Overlink
Tag: Pembatalan
k Mengembalikan suntingan oleh 182.3.69.9 (bicara) ke revisi terakhir oleh Frendy Aldo Tobing
Tag: Pengembalian
(42 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox personOfficeholder
| name = Tan Malaka
| image = TanMalaka DariPendjara ed3.jpg
| alt = Tan Malaka
| caption = Tan Malaka di autobiografinya
| office = [[Daftar Ketua Umum Partai Komunis Indonesia|Hoofdbestuur Partai Komunis Indonesia]]
|birth_name = Ibrahim
|order =
|birth_date = {{birth date|1897|6|2|df=y}}
|primeminister =
|birth_place = Nagari Pandam Gadang, [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Sumatra Barat]], [[Hindia Belanda]]
|term_start = 25 Desember 1921
|death_date = {{death date and age|1949|2|21|1897|6|2|df=y}}
|term_end = 13 Februari 1922
|death_place = [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[Kediri]], [[Jawa Timur]]
|succeeding =
|nationality = [[Indonesia]]
|president =
|other_names = 23 nama samaran{{efn|{{harvtxt|Syaifudin|2012|p=63|}} menulis bahwa Tan Malaka menggunakan 23 alias. Malaka menggunakan Elias Fuentes, Esahislau Rivera, dan Alisio Rivera di Filipina. Selama di Singapura ia menggunakan Hasan Gozali. Ossorio digunakan ketika dia berada di Shanghai. Tan Min Sion saat berada di Burma. Selama di Hong Kong ia menggunakan 13 nama yang berbeda, salah satunya adalah Ong Song Lee. Di bagian lain Tiongkok ia menggunakan Cheung Kun Tat dan Howard Lee. Selama di Indonesia ia menggunakan Dasuki, Ramli Husein, dan Ilyas Husein.}}
|predecessor = [[Semaun]]
|alma_mater = Rijkswijk School, [[Haarlem]], [[Belanda]]
|successor = [[Semaun]]
|occupation = Guru dan Pendiri Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba)
| birth_name = Ibrahim
|awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
| birth_date = {{birth date|1897|6|2|df=y}}
|parents = Rasad Caniago (ayah)<br/>Sinah Simabur (ibu)
| birth_place = Nagari[[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Pandam Gadang]], [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[SumatraKabupaten BaratLima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1949|2|21|1897|6|2|df=y}}
| death_place = = [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[JawaKabupaten TimurKediri|Kediri]]
| restingplace = {{bulleted list|Ledok, [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]] (1949—2019)|[[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Pandam Gadang]], [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Indonesia]]
}}
| nationality = = [[Indonesia]]
'''Tan Malaka''' atau '''Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka''' ({{lahirmati|Nagari Pandam Gadang, [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Lima Puluh Kota]], [[Sumatra Barat]]|2|06|1897|[[Selopanggung, Semen, Kediri|Desa Selopanggung]], [[Kediri]], [[Jawa Timur]]|21|02|1949}}) adalah seorang pejuang kemerdekaan [[Indonesia]],<ref name="LOC">{{cite web|url=http://countrystudies.us/indonesia/14.htm|title=THE GROWTH OF NATIONAL CONSCIOUSNESS|publisher=[[Library of Congress]]|accessdate=7 Agustus 2012}}</ref> juga pendiri [[Partai Murba]],<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/08/11/LU/mbm.20080811.LU127973.id.html "Warisan Tan Malaka"], Tempo Interaktif, 11 Agustus 2008</ref> dan merupakan salah satu [[Pahlawan Nasional Indonesia]].<ref>{{cite web
| other_names = 23 nama samaran{{efn|{{harvtxt|Syaifudin|2012|p=63|}} menulis bahwa Tan Malaka menggunakan 23 alias. Malaka menggunakan Elias Fuentes, Esahislau Rivera, dan Alisio Rivera di Filipina. Selama di Singapura ia menggunakan Hasan Gozali. Ossorio digunakan ketika dia berada di Shanghai. Tan Min Sion saat berada di Burma. Selama di Hong Kong ia menggunakan 13 nama yang berbeda, salah satunya adalah Ong Song Lee. Di bagian lain Tiongkok ia menggunakan Cheung Kun Tat dan Howard Lee. Selama di Indonesia ia menggunakan Dasuki, Ramli Husein, dan Ilyas Husein.}}
| alma_mater = Rijkswijk School, [[Haarlem]], [[Belanda]]
| occupation = Guru dan Pendiri Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba)
| awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
| parents = Rasad CaniagoChaniago (ayah)<br/>Sinah Simabur (ibu)
}}
'''Tan Malaka''' atau '''Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka''' ({{lahirmati|Nagari Pandam Gadang, [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota]],|Lima [[SumatraPuluh BaratKota]]|2|06|1897|[[Selopanggung, Semen, Kediri|Desa Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[JawaKabupaten TimurKediri|Kediri]]|21|02|1949}}) adalah seorangpengajar, filsuf, pejuang kemerdekaan [[Indonesia]],<ref name="LOC">{{cite web|url=http://countrystudies.us/indonesia/14.htm|title=THE GROWTH OF NATIONAL CONSCIOUSNESS|publisher=[[Library of Congress]]|accessdate=7 Agustus 2012}}</ref> juga pendiri [[Partai Murba]],<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/08/11/LU/mbm.20080811.LU127973.id.html "Warisan Tan Malaka"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091008052026/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/08/11/LU/mbm.20080811.LU127973.id.html |date=2009-10-08 }}, Tempo Interaktif, 11 Agustus 2008</ref> dan merupakan salah satu [[Pahlawan Nasional Indonesia]].,<ref>{{cite web
|title=Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia (1)
|language=Indonesia
Baris 22 ⟶ 33:
|work=Awards of the Republic of Indonesia
|publisher=Sekretariat Negara
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/67WW7R2g9?url=http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan
|archivedate=9 Mei 2012-05-09
|accessdate=9 Mei 2012
|dead-url=no
}}</ref>
}}</ref> dan penulis ''Naar de Republiek'' ''Indonesia,'' buku pertama yang ditulis oleh pribumi Hindia Belanda untuk menggambarkan gagasan Hindia Belanda yang merdeka sebagai Indonesia, untuk itu [[Mohammad Yamin|Muhammad Yamin]] memberikan julukan Tan Malaka sebagai '''<nowiki/>'Bapak Republik Indonesia'<nowiki/>'''.<ref>{{Cite web|title=Profil Tan Malaka yang Dikenal Sebagai Bapak Republik Indonesia|url=https://kumparan.com/berita-hari-ini/profil-tan-malaka-yang-dikenal-sebagai-bapak-republik-indonesia-1uvO0GwLRTm|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2022-12-29}}</ref><ref>{{Cite web|last=Andryanto|first=S. Dian|date=2021-06-02|title=Hari ini Kelahiran Tan Malaka, Pemberi Inspirasi Sukarno - Hatta|url=https://nasional.tempo.co/read/1468196/hari-ini-kelahiran-tan-malaka-pemberi-inspirasi-sukarno-hatta|website=Tempo|language=en|access-date=2022-12-29}}</ref>
 
== Masa muda ==
Baris 32 ⟶ 44:
[[Berkas:Rumah Kelahiran Tan Malaka.jpg|jmpl|275px|[[Rumah Kelahiran Tan Malaka|Rumah kelahiran Tan Malaka]]]]
 
Nama lengkap Tan Malaka adalah '''Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka'''.{{efn|Kata gelar dalam gelarnya, "Gelar Datuk Tan Malaka" menyiratkan bahwa ia adalah seorang penghulu andiko, atau kepala resmi dari sabuah parui (komunitas keturunan nenek moyang pihak ibu yang berhubungan dengan rumah ibu tertentu, komponen penting dari tatanan sosial Minangkabau).{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}}}} Nama aslinya adalah Ibrahim, tetapi ia dikenal baik sebagai seorang anak dan orang dewasa sebagai Tan Malaka, sebuah nama kehormatan dan semi-bangsawan, ia mewarisi dari latar belakang bangsawan ibunya.{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} Ia lahir di Nagari [[Pandam Gadang, sekarangGunuang bernama [[SulikiOmeh, Lima Puluh Kota|SulikiNagari Pandam Gadang]], [[KabupatenGunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[SumatraKabupaten BaratLima Puluh Kota|SumateraLima BaratPuluh Kota]], yang saat itu berada di bawah kekuasaan [[Hindia Belanda]].{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}} Tanggal lahirnya tidak jelas, dan bervariasi dari sumber ke sumber, tetapi kemungkinan antara tahun 1894 dan 1897.{{efn| name = Date of birth|Dalam "Kematian Tan Malaka" karya Djamaludin Tamin,{{sfn|Tamin|1965| p = 3}} dan Helen Jarvis ''Tan Malaka: Pejuang Revolusioner atau Murtad?'',{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} tanggal lahirnya tercantum pada tahun 1896, Tamin menyebutkan tanggal lahirnya yang tepat pada tanggal 2 Juni 1896. Sumber lain juga menyebutkan tanggal lahirnya yang berbeda, Wasid Suwarto menyebutkan tanggal 14 Oktober 1897.,{{sfn|Suwarto|2006| p = 29}} sedangkan Harry Poeze menyatakan bahwa Tan Malaka lahir sekitar tahun 1894.{{sfn|Poeze|2008| p = xv}}}}
 
Ayahnya adalah HM. Rasad Caniago, seorang buruh tani, dan ibunya, Rangkayo Sinah Simabur, putri seorang tokoh terpandang di desa tersebut. Sebagai seorang anak, Tan Malaka tinggal bersama orang tuanya di Suliki, dan belajar [[Islam|ilmu agama]] dan dilatih dalam seni bela diri [[pencak silat]].{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}} Pada tahun 1908, Tan Malaka bersekolah di [[Kweekschool]] (kini [[SMA Negeri 2 Bukittinggi]]), sekolah guru negeri, di [[Fort de Kock]].{{sfn|Mrázek|1972| p = 5}} Di Kweekschool, Tan Malaka belajar [[bahasa Belanda]] dan menjadi pemain sepak bola yang terampil.{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}}{{sfn|Syaifudin|2012| p = 55}} Menurut gurunya, G. H. Horensma, meskipun MalakaTan terkadang tidak patuh, dia adalah murid yang sangat baik.{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}} Ia lulus pada tahun 1913, dan kembali ke desanya. Kepulangannya akan ditandai dengan penganugerahan gelar adat yang tinggi sebagai [[datuk]] dan tawaran tunangan. Namun, dia hanya menerima gelar.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 55}} Dia berhasil mendapatkan uang dari desa untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, dan dia berlayar ke [[Rotterdam]] pada tahun yang sama.{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}}
 
=== Pendidikan di Belanda ===
Baris 46 ⟶ 58:
[[File:Tan Malaka, date unknown.png|thumb|170px|Potret Tan Malaka, {{circa|1920-an}}]]
 
Setelah lulus, ia meninggalkan Belanda dan kembali ke desanya. Ia menerima tawaran pekerjaan dari Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak [[kuli]] perkebunan tehtembakau, di Sanembah, [[Tanjung Morawa, Deli Serdang|Tanjung Morawa]], [[Kabupaten Deli Serdang|Deli]], Sumatera Timur.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 58}}{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} Dia pergi ke sana pada bulan Desember 1919, tetapi mulai mengajar hanya pada bulan Januari 1920.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}}{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}} Dia menghasilkan propaganda subversif untuk kuli, yang dikenal sebagai ''Deli Spoor'',{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} dan mulai belajar tentang kemerosotan [[Pribumi-Nusantara|masyarakat adat]] yang telah terjadi.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Selain mengajar, ia menjalin kontak dengan ISDV, dan menulis beberapa karya untuk pers.{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} Sebagai seorang jurnalis, ia menulis tentang perbedaan mencolok dalam kekayaan antara kapitalis dan pekerja, dalam salah satu karyanya yang paling awal, "Tanah Orang Miskin"; yang disertakan dalam ''[[Het Vrije Woord (surat kabar Hindia Belanda)|Het Vrije Woord]]'' edisi Maret 1920.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 41–42}} Tan Malaka juga menulis tentang penderitaan para kuli di ''Sumatera Post''.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}}
 
Tan Malaka pergi ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) ketika guru lamanya, G. H. Horensma, menawarinya pekerjaan sebagai guru; Namun, Tan Malaka menolak tawaran itu. Karena dia ingin mendirikan sekolahnya sendiri; di mana guru lamanya menerima alasannya dan mendukungnya.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Pada tahun [[Pemilihan umum Volksraad Hindia Belanda 1921|1921]], Tan Malaka terpilih menjadi anggota [[Volksraad]] sebagai anggota kelompok sayap kiri,{{sfn|Jarvis|1987| p = 42}} tetapi mengundurkan diri pada tanggal 23 Februari 1921.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Ia kemudian meninggalkan Batavia dan tiba di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] pada awal Maret 1921, dan tinggal sebagai rumah Sutopo, seorang mantan pemimpin dari [[Budi Utomo]]. Di sana, ia menulis proposal untuk sekolah tata bahasa.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Di Yogyakarta, ia mengikuti Muktamar ke-5 organisasi [[Sarekat Islam]] dan bertemu dengan sejumlah tokoh Islam terkemuka, termasuk [[Oemar Said Tjokroaminoto|H.O.S. Tjokroaminoto]], [[Agus Salim]], Darsono, dan [[Semaun]].{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Kongres tersebut membahas topik keanggotaan ganda Sarekat Islam dan Partai Komunis (PKI). Agus Salim dan tokoh lainnya, [[Abdoel Moeis|Abdul Muis]], melarang, sedangkan Semaun dan Darsono sama-sama anggota PKI.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}}
 
=== Keterlibatan dengan PKI ===
Akibatnya, Sarekat Islam terpecah, membentuk Sarekat Islam Putih yang dipimpin oleh Tjokroaminoto, dan Sarekat Islam Merah yang dipimpin oleh Semaun dan berpusat di [[Kota Semarang|Semarang]].{{sfn|Syaifudin|2012| p = 187}} Usai kongres, Tan Malaka diminta Semaun pergi ke Semarang untuk bergabung dengan PKI. Dia menerima tawaran itu, dan pergi ke Semarang. {{sfn|Syaifudin|2012| p = 60}} Sesampainya di Semarang, ia jatuh sakit. Sebulan kemudian, ia telah kembali sehat, dan berpartisipasi dalam pertemuan dengan sesama anggota Sarekat Islam Semarang. Pertemuan tersebut menyimpulkan bahwa diperlukan saingan dari sekolah-sekolah yang dikelola pemerintah. Hal ini menyebabkan terciptanya sekolah baru, bernama Sekolah Sarekat Islam, yang akan lebih dikenal sebagai Sekolah Tan Malaka. Sekolah-sekolah tersebut menyebar ke [[Kota Bandung|Bandung]] dan [[Kota Ternate|Ternate]], dengan pendaftaran dimulai pada tanggal 21 Juni 1921.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 60}} Sekolah-sekolah tersebut merupakan alasan utama bagi gengsi Tan Malaka dan kebangkitan pesat PKI.{{sfn|Mrázek|1972| p = 10}} Sebagai pedoman sekolah, Tan Malaka menulis SI Semarang dan ''Onderwijs'', sebuah pedoman pengelolaan sekolah.{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}}
 
Pada bulan Juni 1921, Tan Malaka menjadi ketua Serikat Pegawai Pertjitakan (Asosiasi Pekerja Percetakan), dan menjabat sebagai wakil ketua dan bendahara Serikat Pegawai Pelikan Hindia (SPPH; Persatuan Pekerja Minyak Hindia).{{sfn|Jarvis|1987| p = 42}} Antara Mei dan Agustus buku pertamanya, [[Soviet (dewan)|Sovjet]] atau [[Parlemen]]? (Soviet atau Parlemen?), yang dimuat dalam jurnal PKI, Soeara Ra'jat (Suara Rakyat); karyanya yang lain, termasuk artikel, diterbitkan di jurnal dan surat kabar PKI lain, [[Sinar Hindia]] (Bintang Hindia).{{sfn|Jarvis|1987| pp = 42 – 43}} Pada bulan Juni, ia menjadi salah satu pemimpin Revolusioner Vakcentrale (Federasi Serikat Pekerja Revolusioner),{{sfn|Jarvis|1987| p = 43}} dan pada bulan Agustus ia terpilih menjadi dewan redaksi jurnal SPPH, Soeara Tambang (Suara Penambang).{{sfn|Jarvis|1987| p = 42}} Tan Malaka kemudian menggantikan [[Semaun]], yang meninggalkan [[Hindia Belanda]] pada bulan Oktober, sebagai ketua PKI setelah kongres pada tanggal 24 – 25 Desember 1921 di Semarang. Perbedaan terlihat dari gaya kepemimpinan mereka, Semaun lebih berhati-hati, sedangkan Tan Malaka lebih radikal.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 60}}{{sfn|Jarvis|1987|p=43}} Di bawah kepemimpinannya, PKI menjalin hubungan baik dengan Sarekat Islam.{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}}
Baris 61 ⟶ 73:
[[File:Ibrahim Datoek Tan Malaka, vermoedelijk te Amsterdam, KITLV 17800.tiff|thumb|190px|Potret Tan Malaka, {{circa|1922}}]]
 
Pada 13 Februari 1922, ketikabeliau mengunjungi sebuah sekolah di [[Kota Bandung|Bandung]], ia ditangkap oleh penguasa Belanda, yang merasa terancam dengan keberadaan Partai Komunis.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 60}} Dia pertama kali diasingkan ke [[Kota Kupang|Kupang]]; Namun, ia ingin diasingkan ke Belanda, dan dikirim ke sana oleh penguasa Belanda. Namun, tanggal kedatangannya di Belanda masih diperdebatkan.{{efn|Syaifudin menyatakan bahwa ia tiba di Belanda pada 10 Maret,{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 191 – 192}} sementara Helen Jarvis menyatakan bahwa dia tiba pada 24 Maret.{{sfn|Jarvis|1987| p = 43}}}}{{sfn|Jarvis|1987| p = 43}}{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 191 – 192}} Di Belanda, ia bergabung dengan Partai Komunis Belanda (CPN) dan diangkat sebagai calon ketiga dari partai untuk [[Tweede Kamer|Dewan Perwakilan Rakyat]], pada pemilihan 1922.{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}}{{sfn|Jarvis|1987| p = 43}} Dia adalah subjek kolonial Belanda pertama (karena dia berasal dari [[Hindia Belanda]]) yang pernah mencalonkan diri untuk jabatan di Belanda. Dia tidak berharap untuk terpilih karena di bawah sistem [[perwakilan berimbang]] yang digunakan, posisi ketiganya dalam tiket membuat pemilihannya sangat tidak mungkin. Tujuannya yang dinyatakan dalam pelarian bukan untuk mendapatkan platform untuk berbicara tentang tindakan Belanda di Indonesia, dan bekerja untuk membujuk CPN untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Meskipun dia tidak memenangkan kursi, dia menerima dukungan kuat yang tak terduga.{{sfn|Malaka & Jarvis 1991 Vol. 1| p = 81}} Sebelum penghitungan suara selesai, dia meninggalkan Belanda dan pergi ke [[Jerman]].{{sfn|Jarvis|1987| pp = 43 – 44}}
 
Di [[Berlin]], ia bertemu dengan Darsono, seorang komunis Indonesia yang terkait dengan Biro [[Internasionale Ketiga|Komintern]] Eropa Barat, dan mungkin bertemu [[M. N. Roy|M.N. Roy]]. Tan Malaka kemudian melanjutkan ke [[Moskwa|Moskow]], dan tiba pada Oktober 1922 untuk berpartisipasi dalam Komite Eksekutif Komintern.{{sfn|Jarvis|1987| p = 44}} Pada Kongres Komintern Dunia Keempat di Moskow, Tan Malaka mengusulkan agar komunisme dan [[Pan Islamisme|Pan-Islamisme]] dapat berkolaborasi; Namun, usulannya ditolak oleh banyak orang.{{sfn|Poeze|2008| p = xvii}} Pada Januari 1923, ia dan Semaun diangkat menjadi koresponden ''Die Rote Gewerkschafts-Internationale'' (Serikat Merah Internasional).{{sfn|Jarvis|1987| p = 44}} Selama paruh pertama tahun 1923, ia juga menulis untuk jurnal-jurnal gerakan buruh Indonesia dan Belanda.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 44–45}}
Baris 79 ⟶ 91:
 
| image1 = Adam Malik 1962.jpg
| alt1 =
| link1 = Adam Malik
| caption1 = [[Adam Malik]]
 
| image2 = ChairulSaleh.jpg
| alt2 =
| link2 = Chaerul Saleh
| caption2 = [[Chaerul Saleh]]
 
| footer =
}}
 
Baris 113 ⟶ 125:
 
=== Penangkapan dan Kematian ===
[[Zainal Sabaruddin Nasution|Mayor Sabarudin]], bagaimanapun, berada dalam konflik dengan semua kelompok bersenjata lainnya. Pada 17 Februari 1949, para pemimpin [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] di Jawa Timur memutuskan bahwa Sabarudin dan rekan-rekannya akan ditangkap dan dihukum sesuai [[Hukum perang|hukum militer]]. Pada tanggal 19 Februari, mereka menangkap Tan Malaka di Blimbing. Pada tanggal 20 Februari, ''[[Korps Speciale Troepen|]]''Korps Speciale Troepen'']] (KST) Belanda kebetulan memulai serangan bernama "Operasi Harimau" dari kota [[Kabupaten Nganjuk|Nganjuk]] di Jawa Timur. Mereka maju dengan cepat dan brutal. Poeze menjelaskan secara rinci bagaimana prajurit TNI melarikan diri ke pegunungan dan bagaimana Tan Malaka yang sudah terluka masuk ke pos TNI dan langsung dieksekusi pada 21 Februari 1949. Tan Malaka ditembak mati di kaki Gunung Wilis, Selopanggung, Kabupaten Kediri setelah penangkapan dan penahanan di desa Patje. Menurut Poeze, tembakan itu diperintahkan oleh Letnan Dua Sukotjo dari batalyon Sikatan, divisi Brawijaya.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 64}} Tidak ada laporan yang dibuat dan Malaka dimakamkan di hutan.{{sfn|Poeze|2007| p = 105}}
 
== Pemikiran ==
Baris 119 ⟶ 131:
=== Marxisme dan agama ===
Tan Malaka berargumen dengan kuat bahwa komunisme dan Islam sejalan, dan bahwa di Indonesia, revolusi harus dibangun di atas keduanya. Oleh karena itu, dia adalah pendukung kuat dari aliansi lanjutan PKI dengan Sarekat Islam (SI), dan merasa terganggu ketika dia berada di pengasingan, PKI memisahkan diri dari SI. Dalam skala internasional, Tan Malaka juga melihat Islam memiliki potensi untuk menyatukan kelas pekerja di sebagian besar [[Afrika Utara]], [[Timur Tengah]], dan [[Asia Selatan]] melawan [[imperialisme]] dan [[kapitalisme]]. Posisi ini menempatkannya dalam oposisi terhadap banyak Komunis Eropa dan kepemimpinan Komintern, yang melihat keyakinan agama sebagai penghalang bagi revolusi proletar dan alat kelas penguasa.{{sfn|Jarvis|1987|p=44}}
 
=== Politik ===
Tan Malaka menggambarkan pemikiran Nietzsche, [[Jean-Jacques Rousseau|Rousseau]], dan Marx-Engels masing-masing sebagai tesis, antitesis, dan sintesis; sementara dia menggambarkan pemikiran [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel|Hegel]]–[[Paul von Hindenburg|Hindenburg]]–Stinnes, [[Georges Jacques Danton|Danton]]–[[Maximilien de Robespierre|Robespierre]]–[[Jean-Paul Marat|Marat]], dan [[Bolshevik]] sebagai genesis, negasi, dan negasi dari negasi.{{sfn|Mrázek|1972|p=8}}
 
=== Pendidikan ===
Baris 145 ⟶ 154:
Di sisi lain, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat [[Perjanjian Linggajati]] 1947 dan [[Perjanjian Renville|Renville]] 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi [[Sutan Syahrir]] dan Perdana Menteri [[Amir Syarifuddin]], Tan Malaka merintis pembentukan [[Murba|Partai Murba]], [[7 November]] [[1948]] di Yogyakarta.
 
Setelah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas pada akhir November 1948, Tan Malaka menuju Kediri dan mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang saat itu ada di Kediri, dari situ ia membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. Pada bulan Februari 1949, Tan Malaka ditangkap bersama beberapa orang pengikutnya di [[Pethok]], [[Kediri]], [[Jawa Timur]] dan mereka ditembak mati di sana. Tidak ada satupun pihak yang tahu pasti dimana makam Tan Malaka dan siapa yang menangkap dan menembak mati dirinya dan pengikutnya. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap dari

Menurut penuturan [[Harry A. Poeze]], seorang Sejarawan[[sejarawan]] Belanda yang, menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI dibawah pimpinan Letnan II Soekotjo (pernah jadi [[Daftar Wali Kota Surabaya|Wali Kota Surabaya]]). Batalyon tersebut di bawah komando Brigade S yang panglimanya adalah [[Soerachmad|Letkol Soerachmad]]. dari [[Batalyon Infanteri 500/Raider|Batalyon Sikatan]], [[Kodam V/Brawijaya|Divisi Brawijaya]].
 
Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden [[Soekarno]] [[28 Maret]] [[1963]] menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.
 
Pada 21 Februari 2017, jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan dari Kediri ke SumatraSumatera Barat. Hal ini diupayakan oleh keluarga besar Tan Malaka dan kelompok yang tergabung dalam Tan Malaka Institute. Karena gagal membawa jenazah Tan Malaka secara utuh, mereka memutuskan untuk memulangkannya secara simbolis, yakni dengan membawa tanah dari pekuburan Tan Malaka.<ref>{{cite web|last=Firman|first=Tony|url=https://tirto.id/jenazah-tan-malaka-sang-pemimpin-adat-dijemput-keluarga-cjrL|title=Jenazah Tan Malaka Sang Pemimpin Adat Dijemput Keluarga|date=2017-02-21|website=[[Tirto.id]]|language=id|access-date=2017-11-20}}</ref>
 
== Tan Malaka dalam fiksi ==
Baris 157 ⟶ 168:
Salah satu roman ''Patjar Merah'' yang terkenal adalah roman karangan [[Matu Mona]] yang berjudul ''Spionnage-Dienst''. Nama ''patjar merah'' sendiri berasal dari karya Baronesse Orczy yang berjudul ''Scarlet Pimpernel'', yang berkisah tentang seorang pahlawan [[Revolusi Prancis]].
 
Dalam cerita-cerita tersebut selain Tan Malaka muncul juga tokoh-tokoh PKI dan PARI lainnya, yaitu [[Musso]] (sebagai ''Paul Mussotte''), [[Alimin]] (''Ivan Alminsky''), [[Semaun]] (''Semounoff''), [[Darsono]] (''Darsnoff''), [[Djamaluddin Tamin]] (''Djalumin'') dan Soebakat (''Soe Beng Kiat''). Kisah-kisah fiksi ini turut memperkuat legenda Tan Malaka di Indonesia, terutama di Sumatra.<ref>{{cite book |last=Kahin |first=Audrey |authorlink= |title=Dari pemberontakan ke integrasi: SumatraSumatera Barat dan politik Indonesia, 1926-1998 |url=http://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA94&dq=rol+patjar+merah+indonesia&hl=id&sa=X&ei=G_--UYbbBo2zrAecyIGYAg&ved=0CCwQ6AEwAA#v=onepage&q=rol%20patjar%20merah%20indonesia&f=false |accessdate= |year=2005 |publisher=[[Yayasan Obor Indonesia]] |location= |isbn=9789794615195 |page=94}}</ref>
 
Belakangan, selepas reformasi kemudian muncul pula dua novel yang mengisahkan perjalanan hidup Tan Malaka. Tiga buku pertama ditulis oleh [[Matu Mona]], sementara yang keempat dan kelima ditulis oleh Yusdja.<ref>{{cite book |last=Southeast Asia Program |first=Cornell University |authorlink= |title=Reading Southeast Asia: Translation of Contemporary Japanese Scholarship on Southeast Asia |url=http://books.google.co.id/books?id=OFSgNa9J61YC&pg=PA22&lpg=PA22&dq=patjar+merah+indonesia&source=bl&ots=WLyyywIcRp&sig=Bc2S64cOW0o8Nc31-wfiERBiQuQ&hl=en&sa=X&ei=__y-UbjEDcn-rAf63IG4Aw&redir_esc=y#v=onepage&q=patjar%20merah%20indonesia&f=false |accessdate=17 Juni 2013 |year=1990 |publisher=SEAP Publication |location= |isbn=9780877274001 |page=188}}</ref>: Sedangkan novel yang keenam dan ketujuh masih-masing ditulis oleh Peter Dantovski dan Hendri Teja.
Baris 169 ⟶ 180:
* ''Tan: Gerilya Bawah Tanah'' (2017)<ref>{{cite book |last= Teja |first= Hendri |authorlink= |title= Tan:Sebuah Novel |url= https://www.goodreads.com/book/show/36260648-tan |accessdate=3 November 2017 |year=2017 |publisher=Javanica |location= |isbn=9786026799289 |page=507}}</ref>
 
Pada tahun 2018, film berjudul ''[[Maha Guru Tan Malaka]]'' dirilis.<ref>{{Cite web|last=developer|first=medcom id|date=2018-04-22|title=Sempat Dilarang, Pemutaran Film Maha Guru Tan Malaka tetap Berlangsung|url=https://www.medcom.id/hiburan/film/yNLd8P6N-sempat-dilarang-pemutaran-film-maha-guru-tan-malaka-tetap-berlangsung|website=medcom.id|language=id|access-date=2022-12-16}}</ref>
 
== Bibliografi ==
Baris 229 ⟶ 240:
* {{cite book |title = Tan Malaka: Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis |author = Syaifudin |year = 2012 |publisher = Ar-Ruzz Media |location = Yogyakarta |isbn = 978-979-25-4911-9 |ref = harv }}
* {{cite book |title = Kematian Tan Malaka |last = Tamin |first = Djamaludin |year = 1965 |publisher = Tanpa keterangan penerbit |ref = harv }}
* {{cite book |title = Of Self and Nation: Autobiography and the Representation of Modern Indonesia |url = https://archive.org/details/ofselfnationauto0000wats |last = Watson |first = C.W. |year = 2000 |location = Honolulu |publisher = University of Hawaii Press. |isbn = 978-0-8248-2281-1 |ref = harv }}
{{refend}}
 
Baris 246 ⟶ 257:
[[Kategori:Tokoh pejuang yang dibuang]]
[[Kategori:Orang hilang di Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:TokohPolitikus dari Lima Puluh KotaMinangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Lima Puluh Kota]]<!--dilarang memakai kategori "Tokoh dari Lima Puluh Kota"-->
[[Kategori:Tokoh Kediri]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Gunuang Omeh]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Semen]]
[[Kategori:Filsuf Indonesia]]
[[Kategori:Tan Malaka]]