Tan Malaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 182.3.69.9 (bicara) ke revisi terakhir oleh Frendy Aldo Tobing
Tag: Pengembalian
(14 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
| alt = Tan Malaka
| caption = Tan Malaka di autobiografinya
| office = [[Daftar Ketua Umum Partai Komunis Indonesia|Hoofdbestuur Partai Komunis Indonesia]]
|order =
|primeminister =
|term_start = 25 Desember 1921
|term_end = 13 Februari 1922
|succeeding =
|president =
|predecessor = [[Semaun]]
|successor = [[Semaun]]
| birth_name = Ibrahim
| birth_date = {{birth date|1897|6|2|df=y}}
| birth_place = [[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Pandam Gadang]], [[SumateraGunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh BaratKota]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1949|2|21|1897|6|2|df=y}}
| death_place = [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[JawaSemen, Kediri|Semen]], [[Kabupaten TimurKediri|Kediri]]
| restingplace = {{bulleted list|Ledok, [[Selopanggung, Semen, Kediri|Selopanggung]], [[JawaSemen, TimurKediri|Semen]], [[Kabupaten Kediri|Kediri]] (1949—2019)|[[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Pandam Gadang]], [[SumateraGunuang BaratOmeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Indonesia]]
}}
| nationality = [[Indonesia]]
Baris 27:
| parents = Rasad Chaniago (ayah)<br/>Sinah Simabur (ibu)
}}
'''Tan Malaka''' atau '''Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka''' ({{lahirmati|Nagari Pandam Gadang, [[Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[Kabupaten Lima Puluh Kota]],|Lima [[SumatraPuluh BaratKota]]|2|06|1897|[[Selopanggung, Semen, Kediri|Desa Selopanggung]], [[Semen, Kediri|Semen]], [[JawaKabupaten TimurKediri|Kediri]]|21|02|1949}}) adalah pengajar, filsuf, pejuang kemerdekaan [[Indonesia]],<ref name="LOC">{{cite web|url=http://countrystudies.us/indonesia/14.htm|title=THE GROWTH OF NATIONAL CONSCIOUSNESS|publisher=[[Library of Congress]]|accessdate=7 Agustus 2012}}</ref> pendiri [[Partai Murba]],<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/08/11/LU/mbm.20080811.LU127973.id.html "Warisan Tan Malaka"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091008052026/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/08/11/LU/mbm.20080811.LU127973.id.html |date=2009-10-08 }}, Tempo Interaktif, 11 Agustus 2008</ref> salah satu [[Pahlawan Nasional Indonesia]],<ref>{{cite web
|title=Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia (1)
|language=Indonesia
Baris 37:
|accessdate=9 Mei 2012
|dead-url=no
}}</ref> dan penulis ''Naar de Republiek'' ''Indonesia,'' buku pertama yang ditulis oleh pribumi Hindia Belanda untuk menggambarkan gagasan Hindia Belanda yang merdeka sebagai Indonesia, untuk itu majalah ''[[TempoMohammad (majalahYamin|Muhammad Indonesia)|TempoYamin]]'' memberikan julukan Tan Malaka sebagai '''<nowiki/>'Bapak Republik Indonesia'<nowiki/>'''.<ref>{{Cite web|title=Profil Tan Malaka yang Dikenal Sebagai Bapak Republik Indonesia|url=https://kumparan.com/berita-hari-ini/profil-tan-malaka-yang-dikenal-sebagai-bapak-republik-indonesia-1uvO0GwLRTm|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2022-12-29}}</ref><ref>{{Cite web|last=Andryanto|first=S. Dian|date=2021-06-02|title=Hari ini Kelahiran Tan Malaka, Pemberi Inspirasi Sukarno - Hatta|url=https://nasional.tempo.co/read/1468196/hari-ini-kelahiran-tan-malaka-pemberi-inspirasi-sukarno-hatta|website=Tempo|language=en|access-date=2022-12-29}}</ref>
 
== Masa muda ==
Baris 44:
[[Berkas:Rumah Kelahiran Tan Malaka.jpg|jmpl|275px|[[Rumah Kelahiran Tan Malaka|Rumah kelahiran Tan Malaka]]]]
 
Nama lengkap Tan Malaka adalah '''Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka'''.{{efn|Kata gelar dalam gelarnya, "Gelar Datuk Tan Malaka" menyiratkan bahwa ia adalah seorang penghulu andiko, atau kepala resmi dari sabuah parui (komunitas keturunan nenek moyang pihak ibu yang berhubungan dengan rumah ibu tertentu, komponen penting dari tatanan sosial Minangkabau).{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}}}} Nama aslinya adalah Ibrahim, tetapi ia dikenal baik sebagai seorang anak dan orang dewasa sebagai Tan Malaka, sebuah nama kehormatan dan semi-bangsawan, ia mewarisi dari latar belakang bangsawan ibunya.{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} Ia lahir di [[Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Nagari Pandam Gadang]], [[KabupatenGunuang Omeh, Lima Puluh Kota|Gunuang Omeh]], [[SumatraKabupaten BaratLima Puluh Kota|SumateraLima BaratPuluh Kota]], yang saat itu berada di bawah kekuasaan [[Hindia Belanda]].{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}} Tanggal lahirnya tidak jelas, dan bervariasi dari sumber ke sumber, tetapi kemungkinan antara tahun 1894 dan 1897.{{efn| name = Date of birth|Dalam "Kematian Tan Malaka" karya Djamaludin Tamin,{{sfn|Tamin|1965| p = 3}} dan Helen Jarvis ''Tan Malaka: Pejuang Revolusioner atau Murtad?'',{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} tanggal lahirnya tercantum pada tahun 1896, Tamin menyebutkan tanggal lahirnya yang tepat pada tanggal 2 Juni 1896. Sumber lain juga menyebutkan tanggal lahirnya yang berbeda, Wasid Suwarto menyebutkan tanggal 14 Oktober 1897.,{{sfn|Suwarto|2006| p = 29}} sedangkan Harry Poeze menyatakan bahwa Tan Malaka lahir sekitar tahun 1894.{{sfn|Poeze|2008| p = xv}}}}
 
Ayahnya adalah HM. Rasad Caniago, seorang buruh tani, dan ibunya, Rangkayo Sinah Simabur, putri seorang tokoh terpandang di desa tersebut. Sebagai seorang anak, Tan Malaka tinggal bersama orang tuanya di Suliki, dan belajar [[Islam|ilmu agama]] dan dilatih dalam seni bela diri [[pencak silat]].{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}} Pada tahun 1908, Tan Malaka bersekolah di [[Kweekschool]] (kini [[SMA Negeri 2 Bukittinggi]]), sekolah guru negeri, di [[Fort de Kock]].{{sfn|Mrázek|1972| p = 5}} Di Kweekschool, Tan Malaka belajar [[bahasa Belanda]] dan menjadi pemain sepak bola yang terampil.{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}}{{sfn|Syaifudin|2012| p = 55}} Menurut gurunya, G. H. Horensma, meskipun Tan terkadang tidak patuh, dia adalah murid yang sangat baik.{{sfn|Syaifudin|2012| pp = 53 – 54}} Ia lulus pada tahun 1913, dan kembali ke desanya. Kepulangannya akan ditandai dengan penganugerahan gelar adat yang tinggi sebagai [[datuk]] dan tawaran tunangan. Namun, dia hanya menerima gelar.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 55}} Dia berhasil mendapatkan uang dari desa untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, dan dia berlayar ke [[Rotterdam]] pada tahun yang sama.{{sfn|Mrázek|1972| p = 6}}
 
=== Pendidikan di Belanda ===
Baris 58:
[[File:Tan Malaka, date unknown.png|thumb|170px|Potret Tan Malaka, {{circa|1920-an}}]]
 
Setelah lulus, ia meninggalkan Belanda dan kembali ke desanya. Ia menerima tawaran pekerjaan dari Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak [[kuli]] perkebunan tembakau, di Sanembah, [[Tanjung Morawa, Deli Serdang|Tanjung Morawa]], [[Kabupaten Deli Serdang|Deli]], Sumatera Timur.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 58}}{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} Dia pergi ke sana pada bulan Desember 1919, tetapi mulai mengajar hanya pada bulan Januari 1920.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}}{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}} Dia menghasilkan propaganda subversif untuk kuli, yang dikenal sebagai ''Deli Spoor'',{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} dan mulai belajar tentang kemerosotan [[Pribumi-Nusantara|masyarakat adat]] yang telah terjadi.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Selain mengajar, ia menjalin kontak dengan ISDV, dan menulis beberapa karya untuk pers.{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} Sebagai seorang jurnalis, ia menulis tentang perbedaan mencolok dalam kekayaan antara kapitalis dan pekerja, dalam salah satu karyanya yang paling awal, "Tanah Orang Miskin"; yang disertakan dalam ''[[Het Vrije Woord (surat kabar Hindia Belanda)|Het Vrije Woord]]'' edisi Maret 1920.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 41–42}} Tan Malaka juga menulis tentang penderitaan para kuli di ''Sumatera Post''.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}}
 
Tan Malaka pergi ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) ketika guru lamanya, G. H. Horensma, menawarinya pekerjaan sebagai guru; Namun, Tan Malaka menolak tawaran itu. Karena dia ingin mendirikan sekolahnya sendiri; di mana guru lamanya menerima alasannya dan mendukungnya.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Pada tahun [[Pemilihan umum Volksraad Hindia Belanda 1921|1921]], Tan Malaka terpilih menjadi anggota [[Volksraad]] sebagai anggota kelompok sayap kiri,{{sfn|Jarvis|1987| p = 42}} tetapi mengundurkan diri pada tanggal 23 Februari 1921.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Ia kemudian meninggalkan Batavia dan tiba di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] pada awal Maret 1921, dan tinggal sebagai rumah Sutopo, seorang mantan pemimpin dari [[Budi Utomo]]. Di sana, ia menulis proposal untuk sekolah tata bahasa.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Di Yogyakarta, ia mengikuti Muktamar ke-5 organisasi [[Sarekat Islam]] dan bertemu dengan sejumlah tokoh Islam terkemuka, termasuk [[Oemar Said Tjokroaminoto|H.O.S. Tjokroaminoto]], [[Agus Salim]], Darsono, dan [[Semaun]].{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Kongres tersebut membahas topik keanggotaan ganda Sarekat Islam dan Partai Komunis (PKI). Agus Salim dan tokoh lainnya, [[Abdoel Moeis|Abdul Muis]], melarang, sedangkan Semaun dan Darsono sama-sama anggota PKI.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}}
Baris 91:
 
| image1 = Adam Malik 1962.jpg
| alt1 =
| link1 = Adam Malik
| caption1 = [[Adam Malik]]
 
| image2 = ChairulSaleh.jpg
| alt2 =
| link2 = Chaerul Saleh
| caption2 = [[Chaerul Saleh]]
 
| footer =
}}
 
Baris 131:
=== Marxisme dan agama ===
Tan Malaka berargumen dengan kuat bahwa komunisme dan Islam sejalan, dan bahwa di Indonesia, revolusi harus dibangun di atas keduanya. Oleh karena itu, dia adalah pendukung kuat dari aliansi lanjutan PKI dengan Sarekat Islam (SI), dan merasa terganggu ketika dia berada di pengasingan, PKI memisahkan diri dari SI. Dalam skala internasional, Tan Malaka juga melihat Islam memiliki potensi untuk menyatukan kelas pekerja di sebagian besar [[Afrika Utara]], [[Timur Tengah]], dan [[Asia Selatan]] melawan [[imperialisme]] dan [[kapitalisme]]. Posisi ini menempatkannya dalam oposisi terhadap banyak Komunis Eropa dan kepemimpinan Komintern, yang melihat keyakinan agama sebagai penghalang bagi revolusi proletar dan alat kelas penguasa.{{sfn|Jarvis|1987|p=44}}
 
Tan malaka
 
=== Pendidikan ===
Baris 156 ⟶ 154:
Di sisi lain, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat [[Perjanjian Linggajati]] 1947 dan [[Perjanjian Renville|Renville]] 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi [[Sutan Syahrir]] dan Perdana Menteri [[Amir Syarifuddin]], Tan Malaka merintis pembentukan [[Murba|Partai Murba]], [[7 November]] [[1948]] di Yogyakarta.
 
Setelah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas pada akhir November 1948, Tan Malaka menuju Kediri dan mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang saat itu ada di Kediri, dari situ ia membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi. Pada bulan Februari 1949, Tan Malaka ditangkap bersama beberapa orang pengikutnya di [[Pethok]], [[Kediri]], [[Jawa Timur]] dan mereka ditembak mati di sana. Tidak ada satupun pihak yang tahu pasti dimana makam Tan Malaka dan siapa yang menangkap dan menembak mati dirinya dan pengikutnya.
 
 
Menurut penuturan [[Harry A. Poeze]], seorang [[sejarawan]] Belanda, menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI dibawah pimpinan Letnan II Soekotjo (pernah jadi [[Daftar Wali Kota Surabaya|Wali Kota Surabaya]]). Batalyon tersebut di bawah komando Brigade S yang panglimanya adalah [[Soerachmad|Letkol Soerachmad]]. dari [[Batalyon Infanteri 500/Raider|Batalyon Sikatan]], [[Kodam V/Brawijaya|Divisi Brawijaya]].
Baris 171 ⟶ 168:
Salah satu roman ''Patjar Merah'' yang terkenal adalah roman karangan [[Matu Mona]] yang berjudul ''Spionnage-Dienst''. Nama ''patjar merah'' sendiri berasal dari karya Baronesse Orczy yang berjudul ''Scarlet Pimpernel'', yang berkisah tentang seorang pahlawan [[Revolusi Prancis]].
 
Dalam cerita-cerita tersebut selain Tan Malaka muncul juga tokoh-tokoh PKI dan PARI lainnya, yaitu [[Musso]] (sebagai ''Paul Mussotte''), [[Alimin]] (''Ivan Alminsky''), [[Semaun]] (''Semounoff''), [[Darsono]] (''Darsnoff''), [[Djamaluddin Tamin]] (''Djalumin'') dan Soebakat (''Soe Beng Kiat''). Kisah-kisah fiksi ini turut memperkuat legenda Tan Malaka di Indonesia, terutama di Sumatra.<ref>{{cite book |last=Kahin |first=Audrey |authorlink= |title=Dari pemberontakan ke integrasi: SumatraSumatera Barat dan politik Indonesia, 1926-1998 |url=http://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA94&dq=rol+patjar+merah+indonesia&hl=id&sa=X&ei=G_--UYbbBo2zrAecyIGYAg&ved=0CCwQ6AEwAA#v=onepage&q=rol%20patjar%20merah%20indonesia&f=false |accessdate= |year=2005 |publisher=[[Yayasan Obor Indonesia]] |location= |isbn=9789794615195 |page=94}}</ref>
 
Belakangan, selepas reformasi kemudian muncul pula dua novel yang mengisahkan perjalanan hidup Tan Malaka. Tiga buku pertama ditulis oleh [[Matu Mona]], sementara yang keempat dan kelima ditulis oleh Yusdja.<ref>{{cite book |last=Southeast Asia Program |first=Cornell University |authorlink= |title=Reading Southeast Asia: Translation of Contemporary Japanese Scholarship on Southeast Asia |url=http://books.google.co.id/books?id=OFSgNa9J61YC&pg=PA22&lpg=PA22&dq=patjar+merah+indonesia&source=bl&ots=WLyyywIcRp&sig=Bc2S64cOW0o8Nc31-wfiERBiQuQ&hl=en&sa=X&ei=__y-UbjEDcn-rAf63IG4Aw&redir_esc=y#v=onepage&q=patjar%20merah%20indonesia&f=false |accessdate=17 Juni 2013 |year=1990 |publisher=SEAP Publication |location= |isbn=9780877274001 |page=188}}</ref>: Sedangkan novel yang keenam dan ketujuh masih-masing ditulis oleh Peter Dantovski dan Hendri Teja.
Baris 253 ⟶ 250:
 
{{DEFAULTSORT:Malaka, Tan}}
 
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
Baris 264 ⟶ 260:
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Lima Puluh Kota]]<!--dilarang memakai kategori "Tokoh dari Lima Puluh Kota"-->
[[Kategori:Tokoh Kediri]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Gunuang Omeh]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Semen]]
[[Kategori:Filsuf Indonesia]]
[[Kategori:Tan Malaka]]