Tari tanggai: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Iwan Said (bicara | kontrib)
meluruskan yang salah
Sir Arya SPd (bicara | kontrib)
k →‎Sejarah: Meluruskan sejarah tari tanggai
Tag: Dikembalikan menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 8:
Menurut teori yang beredar, Tari Tanggai diciptakan secara kolektif atas instruksi pemerintah [[Jepang]] yang berkuasa pada tahun 1942 hingga 1945. Hanya saja Tari tanggai menggunakan iringan musik yang berjudul ''"Enam Saudara"'' (atau versi lain berjudul ''"Sembilan Saudara"'').
 
Selain itu, ada yang mengatakan bahwa Tari tanggai muncul saat meletusnya peristiwa berdarah [[Gerakan 30 September|G30S PKI]], yang saat itu bernama "Tari Tepak". Tetapi, ketika adanya penampilan tari tidak menggunakan properti Tepak. Karena itu, masyarakat menyebutnya dengan Tari Tanggai. Anggapan ini salah, karena Tari Tepak sendiri pun juga mengenakan properti tanggai selain membawa tepak dan dalam makalah Workshop Tari Tanggai oleh Robert Budi Laksana, S.S., M. Sn. Dosen Pendidikan Seni Prodi PGSD Universitas PGRI Palembang menyebutkan bahwa tidak ada penamaan Tari yang memakai tanggai sebagai Tari Tanggai sebelum tahun 1965, nama, gerak, dan irama tarian disesuaikan dengan daerah masing-masing di tiap kabupaten di Sumatera Selatan. Tari Tanggai muncul setelah Tari Gending Sriwijaya dilarang tampil karena alasan politik. Sedangkan Tari yang memakai property Tepak sendiri sudah ada diseluruh Sumatera Selatan diperkirakan sejak tahun 1920 dengan judul tari, musik, dan gerak berbeda, fungsinya sama sebagai tari sambut. Dalam makalah Workshop Tari Tanggai oleh Robert Budi Laksana, S.S., M. Sn. Dosen Pendidikan Seni Prodi PGSD Universitas PGRI Palembang menyebutkan bahwa tidak ada penamaan Tari yang memakai tanggai sebagai Tari Tanggai sebelum tahun 1965, nama, gerak, dan irama tarian disesuaikan dengan daerah masing-masing di tiap kabupaten di Sumatera Selatan.
 
Tari Tanggai yang fenomenal ini diciptakan pada tahun 1965 oleh Bunda Elly Rudy (76) Maestro Tari dari Palembang, Sumatera Selatan, seorang tokoh dalam dunia seni tari yang telah mengabdikan dirinya selama hampir 60 tahun dalam mempelajari, mengajar, dan menjaga kelestarian tari tradisional di Sumatera Selatan, khususnya di Palembang. Tari Tanggai, muncul tahun 1965 setelah terjadi pelarangan Lagu dan Tari Gending Sriwijaya, tari sambut yang juga memakai tanggai dan membawa tepak, untuk ditampilkan karena alasan politis. Atas inisiatif almarhum Raden Husin Natodirajo dan Mgs Nungcik Asaari budayawan Palembang tahun 1965 di Jakarta meminta Ibu Elly Rudy (Sekarang dikenal sebagai Bunda Elly Rudy Maestro Tari Palembang, Sumatera Selatan) untuk menciptakan tari yang membawa tepak dan memakai tanggai, ini juga berfungsi sebagai Tari Sambut menyambut kedatangan tamu agung yang datang berkunjung ke Palembang. Hal ini sdh diperkuat oleh budayawan Palembang almarhum R. Johan Hanafiah. Maka pada tahun 1965 Ibu Elly Rudy menciptakan tari yg berjudul Tari Tanggai dengan menggunakan lagu “Enam Saudara". Tari Tanggai karya Ibu Elly Rudy ini bahkan sdh dibukukan oleh Sartono M. Sn. dkk dalam buku yang berjudul Tari Tanggai Selayang Pandang. Sementara dalam bukunya Seputar Tari Tanggai (2007), Sartono, M. Sn. mengatakan bahwa tari yang berjudul Tari Tanggai pertama kali diciptakan oleh Elly Rudy yang merupakan salah satu penari generasi kedua yang mempelajari tari Gending Sriwijaya. Sedangkan nama Tanggai itu sendiri diambil dari salah satu properti tari yang digunakan.
 
Menurut beberapa pendapat tokoh tari di Palembang, di masa pemjabatan H. Asnawi Mangku Alam sebagai Gubernur Sumatera Selatan, Tari Gending Sriwijaya diinstruksikan sebagai tari sambut bagi tamu-tamu agung yang merupakan orang nomor satu dalam negara, seperti Presiden, Raja, Perdana Menteri, Sultan, sedangkan tamu agung lainnya disambut dengan Tari Tepak atau Tari Tanggai.