Teologi Queer
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP25Vanya (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 25 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 1 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP25Vanya (Kontrib • Log) 3689 hari 922 menit lalu. |
Teologi Queer adalah salah satu cabang dalam ilmu teologi, yang berangkat dari perspektif teori Queer.[1] Ada beberapa definisi mengenai teologi queer.[1] Pertama, teologi queer adalah teologi yang untuk kaum homoseksual.[1] Kedua, teologi queer adalah teologi yang transgresif.[1] Ketiga, teologi queer adalah teologi yang menantang dan mendobrak kategori-ketegori umum mengenai seksualitas manusia.[1]
Teologi Queer muncul karena adanya pandangan yang dominan dari heteroseksual mengenai seksualitas dan agama. Pandangan ini membuat kaum homoseksual mengalami penindasan dan diskriminasi.
Sumber-sumber Teologi Queer
Ada empat sumber teologi queer.[1] Sumber-sumber tersebut adalah landasan bagi teologi queer.[1] Pada dasarnya, sumber teologi queer adalah sumber-sumber teologi.[1] Namun, ada beberapa pemahaman yang berbeda.[1] Sumber-sumber tersebut adalah Alkitab, tradisi, alasan, dan pengalaman.[1]
Alkitab
Teologi queer bersumber pada Alkitab. Alkitab memiliki dua bagian, bagi Kristen Protestan, dan tiga bagian, bagi Kristen Katolik.[1] Bagian-bagian tersebut adalah Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Deutrokanonika.[1] Teologi queer menjadikan Alkitab menjadi sumber berteologi, tetapi dengan perspektif yang lain.[1] Ada beberapa ayat dalam Alkitab yang dianggap menentang kaum homoseksual.[1] Ayat-ayat ini ditafsirkan ulang oleh para teolog queer, sehingga tidak bias atau memihak hanya kepada kaum heteroseksual.[1]
Tradisi
Sumber teologi queer yang kedua adalah tradisi.[1] Tradisi yang menjadi sumber teologi queer ini adalah tradisi yang telah dibangun oleh gereja.[1] Salah satu contoh bentuk tradisi adalah keputusan dalam sebuah konsili.[1] Namun, teologi queer memandang tradisi yang dibangun gereja selama ini dianggap hanya berpihak kepada kaum heteroseksual.[1]
Alasan
Sumber teologi queer lainnya adalah alasan.[1] Alasan adalah pemahaman atau filosofi dari para filsuf atau teolog tentang Allah.[1] Filosofi tersebut juga menghubungkan Allah dengan dunia. Pemahaman ini akhirnya menjadi bagian dari sumber teologi, juga teologi queer.[1] Contohnya adalah pemahaman Thomas Aquinas dan pemahaman mengenai prokreasi.[1] Pemahaman prokreasi adalah pemahaman bahwa manusia diciptakan untuk berkembang biak.[1] Untuk dapat berkembang biak, pernikahan yang dianggap sah adalah pernikahan berbeda jenis kelamin.[1] Inilah yang direkonstruksi oleh teologi queer.[1] Teologi queer memandang bahwa tidak hanya prokreasi yang menjadi alasan, tetapi cinta Allah yang murni. [1]