Tionghoa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ejaan, replaced: praktek → praktik |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.4 |
||
(42 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pindah ke|Orang Tionghoa}}
{{disambiginfo}}
[[Berkas:Traditional outfit of King and Queen of Hua people.JPG|
'''Tionghoa''' atau '''Tionghwa''' (
Di Tiongkok sendiri, konsep serupa dikenal dengan nama '''Huaxia''' ({{lang-zh|
==
{{Chinese|t=中華民族|s=中华民族|p=Zhōnghuá Mínzú|gan=Zung<sup>1</sup> fa<sup>4</sup> min<sup>4</sup> zuk<sup>6</sup>|w=Chung-hua min-tsu|bpmf=ㄓㄨㄥ ㄏㄨㄚˊ ㄇㄧㄣˊ ㄗㄨˊ|poj=Tiong-hôa bîn-cho̍k|j=
}}
{{Contains Chinese text}}
'''''Zhonghua minzu''''' ({{lang-zh|t=中華民族|s=中华民族|
Istilah ''Zhonghua minzu'' merupakan suatu istilah politis kunci yang sejarahnya berkaitan erat dengan sejarah negara Tiongkok modern, baik sejarah kebangkitan nasional Tiongkok maupun sejarah perjuangan bangsa Tiongkok.<ref name="Lawrance2004"/><ref name="BloxhamMoses2010"/>
Sejak akhir 1980-an, perubahan paling mendasar dalam kewarganegaraan dan kebijakan minoritas di [[Republik Rakyat Tiongkok]] adalah perubahan nama dari "rakyat Tiongkok" ({{lang-zh|中国人民}} atau '''''zhongguo renmin''''') menjadi "
=== Sejarah konsep ===
Ketika para penguasa [[Dinasti Qing]] mengadopsi model kekaisaran [[Dinasti Han]], dan menganggap negara mereka sebagai "[[Tiongkok (istilah)|Tiongkok]]" ("中國", lit. Negara Pusat atau Negara Tengah),
[[Berkas:Flag_of_the_Republic_of_China_(1912-1928).svg|
Pada masa awal Republik ([[Pemerintah Beiyang|1912–27]]) dan Nasionalis ([[Pemerintahan Nasionalis di Tiongkok|1928–49]]), istilah ''Zhonghua minzu'' pertama kali disebut oleh [[Liang Qichao]], yang pada mulanya hanya merujuk pada bangsa Han. Kemudian istilah tersebut diperluas untuk mencakup empat bangsa mayoritas lainnya: [[orang Manchuria|bangsa Man]] (Manchu), [[orang Mongol|bangsa Menggu]] (Mongol), bangsa [[Hui]] (kelompok etnis beragama Islam di barat laut Tiongkok), dan [[orang Tibet|bangsa Zang]] (Tibet),<ref name="Fitzgerald1995"/><ref name="BlumJensen2002">{{cite book|author1=Susan Debra Blum|author2=Lionel M. Jensen|title=China Off Center: Mapping the Margins of the Middle Kingdom|url=http://books.google.com/books?id=pA_MP4Q11qgC&pg=PA170|accessdate=23 February 2013|year=2002|publisher=University of Hawaii Press|isbn=978-0-8248-2577-5|pages=170–}}</ref>
{{quote|有人說,清室推翻以後,民族主義可以不要。這話實在錯了。……現在說五族共和,我們國內何止五族呢?我的意思,應該把我們中國所有各民族融化成一個'''中華民族'''。……並且要把中華民族造成很文明的民族,然後民族主義乃為完了。
Ada beberapa orang berkata bahwa setelah Qing digulingkan, kita tidak butuh lagi nasionalisme. Ini salah. ... Pada saat ini kita berbicara tentang mempersatukan lima ras,
Setelah pendirian [[Republik Rakyat Tiongkok]], konsep ''zhonghua minzu'' dipengarui oleh [[bangsa Soviet|kebijakan kewarganegaraan Soviet]]. Secara resmi RRT menjadi [[negara kesatuan]] yang terdiri dari [[Daftar suku di Tiongkok|56 kelompok etnis]], dan etnis Han merupakan mayoritas di antaranya (lebih dari 90% dari jumlah penduduk). Konsep ''zhonghua minzu'' menjadi kategori yang mencakup semua bangsa di dalam batas wilayah negara RRT.<ref name="LandisAlbert2012">{{cite book|author1=Dan Landis|author2=Rosita D. Albert|title=Handbook of Ethnic Conflict: International Perspectives|url=http://books.google.com/books?id=5EFihegRpmkC&pg=PA182|accessdate=23 February 2013|date=14 February 2012|publisher=Springer|isbn=978-1-4614-0447-7|pages=182–}}</ref><ref name="Lawrance2004"/>
Baris 31 ⟶ 32:
=== Ambiguitas ===
Berdasarkan pengertian di atas, seorang [[Orang Korea di Tiongkok|etnis Korea dari Tiongkok]] yang tinggal dan bekerja di Korea, atau seorang [[Orang Mongolia di Tiongkok|etnis Mongolia dari Tiongkok]] yang tinggal dan bekerja di Mongolia akan dianggap sebagai anggota dari ''zhonghua minzu'', yang dapat memunculkan masalah identitas orang tersebut (termasuk kesetiaan terhadap negara asal/tempat tinggalnya, batas antara negara dan bangsa, dan kategorisasi modern terhadap negara-negara historis).<ref name="CUNY">[http://www.smhric.org/E_Bulag_2.pdf The Chinese Cult of Chinggis Khan: Genealogical Nationalism and Problems of National and Cultural Integrity], City University of New York.</ref>
[[
Persoalan apakah etnis Tionghoa yang tinggal di luar Tiongkok dan bukan warganegara Tiongkok juga menjadi bagian dari definisi ''zhonghua minzu'' tergantung pada konteksnya. Seringkali, orang-orang Tionghoa di [[Indonesia]], [[Malaysia]] dan [[Singapura]] membuat garis yang jelas antara menjadi warganegara Tiongkok dan menjadi orang Tionghoa, sehingga tidak memunculkan salah tafsir maupun pertanyaan tentang negara kewarganegaraan mereka.
Baris 43 ⟶ 44:
Dalam praktiknya, konsep ''zhonghua minzu'' telah memberikan akses yang sangat luas kepada warganegara Tiongkok dari etnis minoritas. Mereka memperoleh hak masuk universitas pilihan, kebijakan pajak yang longgar, tidak perlu mengikuti program [[kebijakan satu anak]], dan beberapa kelonggaran lainnya di bawah undang-undang Tiongkok tentang etnis minoritas<ref name="Ethnic Mosaic"/> Hal ini otomatis membuat populasi etnis minoritas di Tiongkok melesat tajam, dari sekitar 5% total etnis minoritas di Tiongkok pada tahun 50-an, menjadi 10% pada tahun 2006-7.
{{lihat pula|Tiongkok (istilah)}}
Ada perbedaan antara istilah "[[Tiongkok (istilah)|Tiongkok]]" dan "Tionghoa", yang
* Tiongkok merujuk pada suatu entitas geografis negara di Asia Timur, dan hal-hal yang berkaitan dengan negara tersebut, termasuk sejarahnya, sementara Tionghoa merujuk pada suatu konsep, yang penggunaannya mirip dengan [[adjektiva]] dalam bahasa Inggris: ''Chinese'' (walaupun dalam bahasa Indonesia "Tiongkok" juga dapat digunakan sebagai adjektiva).
* "Orang Tionghoa" merujuk pada jatidiri bangsa Tionghoa, sementara "orang Tiongkok" hanya bermakna suatu kewarganegaraan, bukan suatu kebangsaan.
* Hanya ada [[bahasa Tionghoa]] ([[aksara Tionghoa]], [[nama Tionghoa]], [[marga Tionghoa]], dsb.), dan tidak ada "bahasa Tiongkok", karena bahasa bukan merupakan produk suatu negara, melainkan suatu bangsa. Namun hanya ada [[sejarah Tiongkok]], dan tidak ada "sejarah Tionghoa".
* Terdapat [[budaya Tionghoa]] yang umurnya jauh lebih tua daripada [[budaya Tiongkok]] (budaya di RRT), setua [[sejarah Tiongkok|peradaban]] itu sendiri. Namun beberapa budaya khas Tiongkok, seperti [[Opera Beijing]] tidak bisa disebut sebagai budaya Tionghoa secara keseluruhan, melainkan hanya lokal [[Beijing]].
* Beberapa pengertian yang lain dapat saling tumpang tindih, antara lain [[masakan Tiongkok]], yang sebagian besar juga merupakan [[masakan Tionghoa]],
Di Tiongkok sendiri (dan Taiwan), pembedaan istilah ini tidak serta-merta memiliki padanan istilah yang sama, karena dalam sudut pandang bahasa Tionghoa, istilah "Zhonghua" hanya digunakan dalam nama lengkap negara ("Zhonghua Remin Gongheguo"), dan konsep ''zhonghua minzu'' (kebangsaan Zhonghua),
* Negara disebut ''Zhongguo'' (中国)
* Warganegaranya disebut "
* Bahasanya disebut "Zhongwen" (中文, atau hanyu 汉语), sejarahnya disebut "Zhongguo Lishi" (中国历史)
* Budaya, serta hal-hal seputarnya tercakup di dalamnya disebut "Zhongguo Wenhua" (中国文化), dan tidak ada pembedaan antara budaya RRT dan non-RRT
* Hal-hal lain seputar Tiongkok menggunakan adjektiva "Zhongguo" (中国)
Dalam bahasa Inggris, walaupun ada perbedaan kata antara nomina ''China'' dan adjektiva ''Chinese'',
== Tionghoa di Indonesia ==
{{utama|Tionghoa-Indonesia}}
Pembicaraan mengenai Tionghoa di Indonesia biasanya meliputi percaturan orang-orang Tionghoa dalam politik, sosial dan budaya di Indonesia.
Akibat tekanan [[rezim]] [[Orde Baru]], banyak dari antara orang Tionghoa telah menanggalkan [[nama Tionghoa|nama
Istilah-istilah lain yang digunakan untuk menyebut orang Tionghoa-Indonesia antara lain: [[tenglang]], [[totok]], [[peranakan]], [[WNI keturunan]], [[babah]], [[nyonya]], dll.
Baris 79 ⟶ 80:
=== Orde Lama ===
Tahun [[1945]] di dalam teks penjelasan [[UUD 1945]] [[s:Penjelasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945#BAB X WARGANEGARA|Pasal 26]] menggunakan istilah Tionghoa. Tahun [[1948]] pada masa pemerintahan Presiden [[Soekarno]] selepas kemerdekaan, Indonesia mengalami keadaan genting menyangkut keberadaan dan penamaan "Cina" dan "Tionghoa". Meletusnya [[Peristiwa Madiun|pemberontakan PKI di Madiun]] disinyalir mendapat dukungan dari [[Partai Komunis Tiongkok]], beberapa orang Tionghoa-Indonesia pun mendukungnya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Karena adanya benturan politik antara kaum nasionalis dan komunis, akibatnya secara umum orang Tionghoa-Indonesia dijadikan kambing hitam dan dikait-kaitkan dengan kegiatan komunisme. Semua itu terus berlangsung sampai jatuhnya Pemerintahan Presiden Soekarno, digantikan rezim Orde Baru
Tahun [[1948]] menilik dari perkembangan politik yang kian pelik, munculah larangan tak resmi penggunaan istilah Tiongkok/Tionghoa karena istilah ini digunakan oleh [[Partai Komunis Indonesia]].<ref>oer, Pramoedya Ananta, ''Hoa Kiauw di Indonesia''.</ref> Tahun [[1959]] dikeluarkan [[Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959]] yaitu larangan dagang bagi semua orang asing (termasuk orang Tionghoa dengan kewarganegaraan Tiongkok) di [[Daerah Tingkat II]].
Tahun 1959 orang Tionghoa-Indonesia dihadapkan pada pilihan antara menjadi warga negara Tiongkok atau [[warga negara Indonesia]] karena Indonesia tidak mengenal sistem kewarganegaraan ganda. Konflik ini kemudian meluas dengan puncaknya peristiwa rasialisme pada [[10 Mei]] [[1963]] di Bandung dan merambat ke beberapa kota lainnya seperti di Garut [[17 Mei]] [[1963]] dan kembali terjadi di kota Bandung [[5 Agustus]] [[1973]]. (Lihat pula [[Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia#Kronologi|Kronologi SBKRI]]).
Tahun 1965 terjadi pemberontakan PKI ([[Gerakan 30 September|G30S/PKI]]) dan kecurigaan akan dukungan Republik Rakyat Tiongkok yang akhirnya menggulingkan Presiden Soekarno.
Baris 89 ⟶ 90:
=== Orde Baru ===
{{utama|Diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia}}
Tahun 1967 pemerintahan Orde Baru pada di bawah pemerintahan Presiden [[Soeharto]] dalam salah satu tindakan pertamanya mengeluarkan [[wikisource:id:Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967|Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967]] yang melarang segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Tiongkok dilakukan di Indonesia, dan mengeluarkan [[wikisource:id:Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967|Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967]] yang mengubah kata "Tionghoa"-"Tiongkok" menjadi "Cina".<ref>[http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-cinationghoa3.htm Cina atau Tionghoa]</ref>
Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok adalah salah satu pihak yang menyatakan keberatannya atas pemakaian istilah "Cina" di dalam bahasa Indonesia untuk merujuk kepada negara tersebut. Mereka keberatan dengan isi Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dan Surat Edaran Nomor 06 Tahun 1967 yang dikeluarkan oleh pemerintahan Soeharto yang dinilai memulihkan istilah yang mengandung konotasi negatif, dan bukan sebaliknya seperti yang digunakan sebagai alasan.
Tahun 1978 diterbitkan [[wikisource:id:Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286 Tahun 1978|Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286 Tahun 1978]].<ref>
=== Era Reformasi ===
Setelah [[era Reformasi]], maka satu per satu kebijakan rasialis tersebut dicabut. Pada masa pemerintahan Presiden [[Abdurrahman Wahid]] Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dicabut dengan [[:s:Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000|Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000]]
Adapun daftar peraturan yang dinilai merupakan bentuk diskriminasi adalah:<ref>[http://eddysadeli.blogspot.com/ Sejumlah UU Diskriminatif Dimintakan "Judicial Review"]</ref>
# Staatsblad Nomor 1849-25 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Eropa.
# Staatsblad Nomor 1917-130 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Timur Tionghoa.
# Staatsblad Nomor 1920-751 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Indonesia Asli beragama Islam.
# Staatsblad Nomor 1933-75 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Indonesia Asli beragama Kristen.
# Staatsblad Nomor 1909 No 250 jo 1917 No 497 pasal 6 No 171 tentang Perkumpulan Rahasia Cina.
# Instruksi Presidium Kabinet RI No 37/U/IN/6/1967 tentang Kebijaksanaan Pokok Penyelesaian masalah Cina.
# Surat Edaran Presidium Kabinet RI No SE-36/Pres/Kab/6/1967 tentang Masalah Cina.
# Instruksi Presiden No 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
# Instruksi Presiden No 15/1967 tentang pembentukan staf khusus urusan Cina.
# Instruksi Mendagri No 455.2-360 tentang Penataan Kelenteng.
# Keputusan Kepala Bakin No 031/1973 tentang [[Badan Koordinasi Masalah Cina]].
# SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No 286/1978 tentang pelarangan impor, penjualan dan pengedaran terbitan dalam bahasa dan aksara Cina.
# Surat Edaran Bank Indonesia No SE 6/37/UPK/1973 tentang Kredit Investasi untuk Golongan Pengusaha Kecil.
# Surat Edaran Menteri Penerangan No 02/SE/Dit tentang Larangan Penerbitan dan Pencetakan Tulisan/Iklan Beraksara dan Berbahasa Cina.
Pada tanggal 12 Maret 2014, Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] mengabulkan petisi tersebut, dan menerbitkan [[:s:Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014|Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014]],<ref>
== Lihat pula ==
Baris 120 ⟶ 121:
* [[Tionghoa (disambiguasi)]]
* [[Tionghoa perantauan]]
* [[Nama Indonesia#Nama Tionghoa|Nama Tionghoa]]
* [[Nama Tionghoa#Nama Tionghoa di Indonesia|Nama Tionghoa di Indonesia]]
Baris 128 ⟶ 129:
<ref name="Zhao2000">{{Cite journal
|
|
|
|
|
|
|
|
}}</ref>
<ref name="Fitzgerald1995">{{Cite journal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
}}</ref>
Baris 160 ⟶ 161:
<ref name="Ma2008">See, e.g. Ma Ying-jeou, [http://www.president.gov.tw/2_special/2008_0520p/speech.html President of Republic of China inauguration speech], 20 May 2008: " (Section 2, Paragraph 8)。</ref>
<ref name="chinadaily.com.cn">
<ref name="CUNY">[http://www.smhric.org/E_Bulag_2.pdf The Chinese Cult of Chinggis Khan: Genealogical Nationalism and Problems of National and Cultural Integrity], City University of New York.</ref>
Baris 168 ⟶ 169:
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://web.budaya-tionghoa.net Portal Budaya Tionghoa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110412110647/http://web.budaya-tionghoa.net/ |date=2011-04-12 }}
* {{id}} [http://www.tionghoa.com Sejarah dan Tradisi Tionghoa]
* {{id}} [http://www.tionghoa.info Tradisi dan Budaya Tionghoa]
|