Tionghoa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: praktek → praktik
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.4
 
(42 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pindah ke|Orang Tionghoa}}
{{disambiginfo}}
[[Berkas:Traditional outfit of King and Queen of Hua people.JPG|thumbjmpl|rightka|350px|Jubah tradisional Kaisar dan Permaisuri Huaxia, menurut masyarakat [[ShaanxiHuaxia]].]]
'''Tionghoa''' atau '''Tionghwa''' (ejaanasal kata dari [[Bahasa Hokkien|Hokkien]] dari kata; {{lang-zh|s=中华|t=中華|p=zhonghua}}, Romanisasi Min Nan: ''Zhōnghuá|poj=Tiong-hôa''|first=t}}) atau '''Huaren''' ({{lang-zh|s=华人|t=華人|first=t}}) atau '''Bangsa Tionghoa''' atau '''Orang Tionghoa''' adalah sebutan di [[Indonesia]] untuk orang-orang dari suku atau bangsa [[Tiongkok]]. Kata ini dalam [[bahasa Indonesia]] sering dipakai untuk menggantikan kata "[[Cina]]" yang kini memiliki konotasi negatif.<ref name="Budaya Tionghoa">[http://web.budaya-tionghoa.net/home/625-istilah-tiongkok-tionghoa-china-chinese-dan-cina Budaya Tionghoa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120419134243/http://web.budaya-tionghoa.net/home/625-istilah-tiongkok-tionghoa-china-chinese-dan-cina |date=2012-04-19 }}, Istilah Tiongkok Tionghoa China Chinese Dan Cina, 2011</ref> KataWalaupun penggunaan istilah "Tionghoa" jarang digunakan di luar Indonesia, namun sebutan ini juga dapat merujuk kepada orang-orang Tiongkok yang tinggal di luar [[Republik Rakyat Tiongkok]], seperti di [[Indonesia]] ([[Tionghoa-Indonesia]]), [[Malaysia]] ([[Tionghoa-Malaysia]]), [[Singapura]], [[Hong Kong]], [[Taiwan]], [[Amerika Serikat]], dsb.dan sebagainya. Dengan demikian, dalam bahasa Indonesia, istilah orang Tionghoa dan orang Tiongkok memiliki perbedaan makna; yang pertama merujuk pada etnis atau suku bangsa, yang kedua merujuk pada kewarganegaraan [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Orang-orang Tiongkok yang pergi merantau umumnya disebut sebagai orang [[Tionghoa perantauan]] (''Hoakiao'').
 
Di Tiongkok sendiri, konsep serupa dikenal dengan nama '''Huaxia''' ({{lang-zh|st=華夏|s=华夏|first=t}}) yang merujuk pada konsep bangsa serta peradaban Tiongkok, yang bersumber dari kesadaran [[bangsa Han]] (kelompok etnis mayoritas di [[Tiongkok Daratan]], yang berasal dari [[Dinasti Han]]) atas nenek moyang mereka, yang secara kolektif disebut sebagai ''Huaxia''. Sedangkan istilah '''Zhonghua''' sendiri digunakan secara resmi dalam nama negara, baik pada waktu sebelum Perang Dunia II ([[Republik Tiongkok]] - Zhonghua minguo) maupun setelah Perang Saudara Tiongkok ([[Republik Rakyat Tiongkok]] - Zhonghua remin gongheguo).
 
== ZhonghuaKonsep minzubangsa Tionghoa ==
{{Chinese|t=中華民族|s=中华民族|p=Zhōnghuá Mínzú|gan=Zung<sup>1</sup> fa<sup>4</sup> min<sup>4</sup> zuk<sup>6</sup>|w=Chung-hua min-tsu|bpmf=ㄓㄨㄥ ㄏㄨㄚˊ ㄇㄧㄣˊ ㄗㄨˊ|poj=Tiong-hôa bîn-cho̍k|j=jungzung<sup>1</sup> wa<sup>4</sup> man<sup>4</sup> jukzuk<sup>6</sup>|wuu=tson<sup>平</sup> gho<sup>平</sup> min<sup>平</sup> zoh<sup>入</sup>|h=zhung<sup>24</sup> fa<sup>11</sup> min<sup>11</sup> zuk<sup>5</sup>
}}
{{Contains Chinese text}}
'''''Zhonghua minzu''''' ({{lang-zh|t=中華民族|s=中华民族|pfirst=Zhōnghuá Mínzút}}), kadang-kadang diterjemah sebagai "bangsa Tionghoa" atau '''ras Tionghoa'''<ref name="LandisAlbert2012"/><ref name="Zhao2000"/><ref name="Fitzgerald1995"/> dalam pengertian modern merujuk kepada semua rakyat di negara [[Tiongkok]] tanpa memandang kumpulan etnik. Zhonghua dialihaksarakan menjadi Tionghoa, sedangkan ''Minzu'' diterjemahkan menjadi ''rakyat'' atau ''kumpulan etnik''. Yang disebut orang Tionghoa tidak serta-merta merujuk pada [[bangsa Han]], yang merupakan mayoritas di Tiongkok, tetapi juga [[Daftar suku di Tiongkok|55 suku minoritas lainnya di Tiongkok]].
 
Istilah ''Zhonghua minzu'' merupakan suatu istilah politis kunci yang sejarahnya berkaitan erat dengan sejarah negara Tiongkok modern, baik sejarah kebangkitan nasional Tiongkok maupun sejarah perjuangan bangsa Tiongkok.<ref name="Lawrance2004"/><ref name="BloxhamMoses2010"/>
 
Sejak akhir 1980-an, perubahan paling mendasar dalam kewarganegaraan dan kebijakan minoritas di [[Republik Rakyat Tiongkok]] adalah perubahan nama dari "rakyat Tiongkok" ({{lang-zh|中国人民}} atau '''''zhongguo renmin''''') menjadi "rakyatbangsa Tionghoa" ({{lang-zh|中华民族}} '''''zhonghua minzu'''''),<ref name="BloxhamMoses2010">{{cite book|author1=Donald Bloxham|author2=A. Dirk Moses|title=The Oxford Handbook of Genocide Studies|url=http://books.google.com/books?id=xCHMFHQRNtYC&pg=PR150|accessdate=23 February 2013|date=15 April 2010|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-161361-6|pages=150–}}</ref> yang menandakan perubahan paradigma dari suatu negara komunis dengan berbagai suku bangsa, menjadi suatu negara nasional dengan sebuah identitas tunggal..<ref name="BloxhamMoses2010"/>
 
=== Sejarah konsep ===
Ketika para penguasa [[Dinasti Qing]] mengadopsi model kekaisaran [[Dinasti Han]], dan menganggap negara mereka sebagai "[[Tiongkok (istilah)|Tiongkok]]" ("中國", lit. Negara Pusat atau Negara Tengah), namuntetapi tokoh-tokoh nasionalis Tiongkok seperti Dr. Sun Yat-sen mendeskripsikan pemerintahan Manchu sebagai "penjajah asing" yang harus diusir keluar,<ref name="French Centre"/> dan merencanakan untuk membangun sebuah [[negara]] Tiongkok modern, yang didambakan seperti negara-negara modern lainnya pada saat itu. Setelah keruntuhan dinasti Qing, maka muncullah kontroversi seputar status wilayah yang didominasi oleh etnis minoritas, seperti [[Tibet]] dan [[Mongolia]]. Walaupun Kaisar Qing terakhir yang turun takhta telah menganugerahkan semua wilayah Qing kepada [[Pemerintahan Sementara Republik Tiongkok (1912)|republik yang baru lahir]], namuntetapi posisi bangsa Mongol dan Tibet ketika itu adalah hanya setia kepada penguasa monarki Qing, sehingga mereka tidak merasa setia kepada pemerintah republik yang baru menggantikan monarki Qing. Posisi kedua wilayah ini hingga saat ini ditolak oleh [[Republik Tiongkok]] maupun [[Republik Rakyat Tiongkok]].
 
[[Berkas:Flag_of_the_Republic_of_China_(1912-1928).svg|thumbjmpl|Bendera Nasional Tiongkok (1912-1928) setelah Revolusi Xinhai, dengan lima warna '[[Kesatuan lima ras|Lima Bangsa di Bawah Satu Negara]]']]
Pada masa awal Republik ([[Pemerintah Beiyang|1912–27]]) dan Nasionalis ([[Pemerintahan Nasionalis di Tiongkok|1928–49]]), istilah ''Zhonghua minzu'' pertama kali disebut oleh [[Liang Qichao]], yang pada mulanya hanya merujuk pada bangsa Han. Kemudian istilah tersebut diperluas untuk mencakup empat bangsa mayoritas lainnya: [[orang Manchuria|bangsa Man]] (Manchu), [[orang Mongol|bangsa Menggu]] (Mongol), bangsa [[Hui]] (kelompok etnis beragama Islam di barat laut Tiongkok), dan [[orang Tibet|bangsa Zang]] (Tibet),<ref name="Fitzgerald1995"/><ref name="BlumJensen2002">{{cite book|author1=Susan Debra Blum|author2=Lionel M. Jensen|title=China Off Center: Mapping the Margins of the Middle Kingdom|url=http://books.google.com/books?id=pA_MP4Q11qgC&pg=PA170|accessdate=23 February 2013|year=2002|publisher=University of Hawaii Press|isbn=978-0-8248-2577-5|pages=170–}}</ref>, yang merupakan pembagian yang dilakukan oleh Dinasti Qing, di bawah konsep [[Kesatuan lima ras|Lima Bangsa di Bawah Satu Negara]] ({{lang-zh|五族共和}}). [[Sun Yat-sen]] kemudian memperluas lagi konsep ini, dia menulis:
 
{{quote|有人說,清室推翻以後,民族主義可以不要。這話實在錯了。……現在說五族共和,我們國內何止五族呢?我的意思,應該把我們中國所有各民族融化成一個'''中華民族'''。……並且要把中華民族造成很文明的民族,然後民族主義乃為完了。
 
Ada beberapa orang berkata bahwa setelah Qing digulingkan, kita tidak butuh lagi nasionalisme. Ini salah. ... Pada saat ini kita berbicara tentang mempersatukan lima ras, tapitetapi apakah bangsa kita hanya memiliki lima ras? Maksud saya, kita harus mempersatukan semua etnis di TioingkokTiongkok menjadi satu bangsa (''Zhonghua minzu''). ... dan lebih jauh lagi, mengembangkan bangsa Tionghoa menjadi bangsa yang yang maju, baru setelah itu nasionalisme selesai.}}
 
Setelah pendirian [[Republik Rakyat Tiongkok]], konsep ''zhonghua minzu'' dipengarui oleh [[bangsa Soviet|kebijakan kewarganegaraan Soviet]]. Secara resmi RRT menjadi [[negara kesatuan]] yang terdiri dari [[Daftar suku di Tiongkok|56 kelompok etnis]], dan etnis Han merupakan mayoritas di antaranya (lebih dari 90% dari jumlah penduduk). Konsep ''zhonghua minzu'' menjadi kategori yang mencakup semua bangsa di dalam batas wilayah negara RRT.<ref name="LandisAlbert2012">{{cite book|author1=Dan Landis|author2=Rosita D. Albert|title=Handbook of Ethnic Conflict: International Perspectives|url=http://books.google.com/books?id=5EFihegRpmkC&pg=PA182|accessdate=23 February 2013|date=14 February 2012|publisher=Springer|isbn=978-1-4614-0447-7|pages=182–}}</ref><ref name="Lawrance2004"/>
Baris 31 ⟶ 32:
=== Ambiguitas ===
Berdasarkan pengertian di atas, seorang [[Orang Korea di Tiongkok|etnis Korea dari Tiongkok]] yang tinggal dan bekerja di Korea, atau seorang [[Orang Mongolia di Tiongkok|etnis Mongolia dari Tiongkok]] yang tinggal dan bekerja di Mongolia akan dianggap sebagai anggota dari ''zhonghua minzu'', yang dapat memunculkan masalah identitas orang tersebut (termasuk kesetiaan terhadap negara asal/tempat tinggalnya, batas antara negara dan bangsa, dan kategorisasi modern terhadap negara-negara historis).<ref name="CUNY">[http://www.smhric.org/E_Bulag_2.pdf The Chinese Cult of Chinggis Khan: Genealogical Nationalism and Problems of National and Cultural Integrity], City University of New York.</ref>
[[FileBerkas:Yellow and green hanfu.jpg|thumbnailjmpl|傳統中式服裝]]
Persoalan apakah etnis Tionghoa yang tinggal di luar Tiongkok dan bukan warganegara Tiongkok juga menjadi bagian dari definisi ''zhonghua minzu'' tergantung pada konteksnya. Seringkali, orang-orang Tionghoa di [[Indonesia]], [[Malaysia]] dan [[Singapura]] membuat garis yang jelas antara menjadi warganegara Tiongkok dan menjadi orang Tionghoa, sehingga tidak memunculkan salah tafsir maupun pertanyaan tentang negara kewarganegaraan mereka.
 
Baris 43 ⟶ 44:
Dalam praktiknya, konsep ''zhonghua minzu'' telah memberikan akses yang sangat luas kepada warganegara Tiongkok dari etnis minoritas. Mereka memperoleh hak masuk universitas pilihan, kebijakan pajak yang longgar, tidak perlu mengikuti program [[kebijakan satu anak]], dan beberapa kelonggaran lainnya di bawah undang-undang Tiongkok tentang etnis minoritas<ref name="Ethnic Mosaic"/> Hal ini otomatis membuat populasi etnis minoritas di Tiongkok melesat tajam, dari sekitar 5% total etnis minoritas di Tiongkok pada tahun 50-an, menjadi 10% pada tahun 2006-7.
 
=== Perbedaan Tiongkok dan Tionghoa ===
{{lihat pula|Tiongkok (istilah)}}
Ada perbedaan antara istilah "[[Tiongkok (istilah)|Tiongkok]]" dan "Tionghoa", yang seringkalisering kali rancu penggunaannya dalam [[bahasa Indonesia]], antara lain:
* Tiongkok merujuk pada suatu entitas geografis negara di Asia Timur, dan hal-hal yang berkaitan dengan negara tersebut, termasuk sejarahnya, sementara Tionghoa merujuk pada suatu konsep, yang penggunaannya mirip dengan [[adjektiva]] dalam bahasa Inggris: ''Chinese'' (walaupun dalam bahasa Indonesia "Tiongkok" juga dapat digunakan sebagai adjektiva).
* "Orang Tionghoa" merujuk pada jatidiri bangsa Tionghoa, sementara "orang Tiongkok" hanya bermakna suatu kewarganegaraan, bukan suatu kebangsaan.
* Hanya ada [[bahasa Tionghoa]] ([[aksara Tionghoa]], [[nama Tionghoa]], [[marga Tionghoa]], dsb.), dan tidak ada "bahasa Tiongkok", karena bahasa bukan merupakan produk suatu negara, melainkan suatu bangsa. Namun hanya ada [[sejarah Tiongkok]], dan tidak ada "sejarah Tionghoa".
* Terdapat [[budaya Tionghoa]] yang umurnya jauh lebih tua daripada [[budaya Tiongkok]] (budaya di RRT), setua [[sejarah Tiongkok|peradaban]] itu sendiri. Namun beberapa budaya khas Tiongkok, seperti [[Opera Beijing]] tidak bisa disebut sebagai budaya Tionghoa secara keseluruhan, melainkan hanya lokal [[Beijing]].
* Beberapa pengertian yang lain dapat saling tumpang tindih, antara lain [[masakan Tiongkok]], yang sebagian besar juga merupakan [[masakan Tionghoa]], namuntetapi ada [[masakan Tionghoa]] tertentu, seperti misalnya [[masakan Tionghoa-Indonesia]], yang bukan merupakan masakan Tiongkok.
 
Di Tiongkok sendiri (dan Taiwan), pembedaan istilah ini tidak serta-merta memiliki padanan istilah yang sama, karena dalam sudut pandang bahasa Tionghoa, istilah "Zhonghua" hanya digunakan dalam nama lengkap negara ("Zhonghua Remin Gongheguo"), dan konsep ''zhonghua minzu'' (kebangsaan Zhonghua), namuntetapi tidak digunakan sebagai adjektiva, seperti dalam bahasa Indonesia.
* Negara disebut ''Zhongguo'' (中国)
* Warganegaranya disebut "ZhongguoZhongguoren" Ren"(中国人), orang keturunan TiongkokTionghoa yang bukan warganegara Tiongkok umumnya disebut "Hua Ren" (华人)
* Bahasanya disebut "Zhongwen" (中文, atau hanyu 汉语), sejarahnya disebut "Zhongguo Lishi" (中国历史)
* Budaya, serta hal-hal seputarnya tercakup di dalamnya disebut "Zhongguo Wenhua" (中国文化), dan tidak ada pembedaan antara budaya RRT dan non-RRT
* Hal-hal lain seputar Tiongkok menggunakan adjektiva "Zhongguo" (中国)
 
Dalam bahasa Inggris, walaupun ada perbedaan kata antara nomina ''China'' dan adjektiva ''Chinese'', namuntetapi tidak ada pembedaan antara adjektiva Tiongkok dan Tionghoa, seperti dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu ''Chinese history'' (sejarah Tiongkok) dan ''Chinese language'' (bahasa Tionghoa) menggunakan istilah yang sama. Hal yang senada juga terjadi ketika Indonesia menggunakan istilah "[[Cina]]" pada periode waktu 1966 hingga 2014, karena tidak ada pembedaan istilah antara "sejarah Cina" dan "bahasa Cina", oleh sebab itu terjadi kesalahkaprahan bahasa, orang yang tidak memahami perbedaan tersebut dapat menggunakan adjektiva yang salah antara "Tionghoa" dan "Tiongkok", misalnya menyebut "orang Tionghoa" dalam konteks warga negara Tiongkok, "budaya Tiongkok" dalam konteks budaya [[Tionghoa-Indonesia]], "bahasa Tiongkok" (suatu istilah yang salah kaprah), dll.
 
== Tionghoa di Indonesia ==
{{utama|Tionghoa-Indonesia}}
 
Pembicaraan mengenai Tionghoa di Indonesia biasanya meliputi percaturan orang-orang Tionghoa dalam politik, sosial dan budaya di Indonesia. KebudayaanKehadiran kebudayaan Tionghoa merupakan salah satu pembentuk dan bagian integral yang tak terpisahkan dari kebudayaan nasional Indonesia sekarang ini. Kebudayaan Tionghoa di Indonesia walau berakar dari budaya leluhur, namuntetapi telah sangat bersifat lokal dan mengalami proses asimilasi dengan kebudayaan lokal lainnya.
 
Akibat tekanan [[rezim]] [[Orde Baru]], banyak dari antara orang Tionghoa telah menanggalkan [[nama Tionghoa|nama asliaslinya]]nya dan menggunakan nama-nama Indonesia, meskipun secara pribadi masih memakainya untuk pergaulan di antara sesama orang Tionghoa, sedangkan nama Indonesia digunakan untuk keperluan formal. Namun seiring dengan terjadinya [[Reformasi]], tanpa rasa takut mereka kembali menggunakan nama Tionghoa mereka, meskipun masih banyak yang enggan memakainya kembali. (Lihat pula [[Nama Tionghoa#Nama Tionghoa di Indonesia|Sejarah nama Tionghoa di Indonesia]]).
 
Istilah-istilah lain yang digunakan untuk menyebut orang Tionghoa-Indonesia antara lain: [[tenglang]], [[totok]], [[peranakan]], [[WNI keturunan]], [[babah]], [[nyonya]], dll.
Baris 79 ⟶ 80:
=== Orde Lama ===
 
Tahun [[1945]] di dalam teks penjelasan [[UUD 1945]] [[s:Penjelasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945#BAB X WARGANEGARA|Pasal 26]] menggunakan istilah Tionghoa. Tahun [[1948]] pada masa pemerintahan Presiden [[Soekarno]] selepas kemerdekaan, Indonesia mengalami keadaan genting menyangkut keberadaan dan penamaan "Cina" dan "Tionghoa". Meletusnya [[Peristiwa Madiun|pemberontakan PKI di Madiun]] disinyalir mendapat dukungan dari [[Partai Komunis Tiongkok]], beberapa orang Tionghoa-Indonesia pun mendukungnya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Karena adanya benturan politik antara kaum nasionalis dan komunis, akibatnya secara umum orang Tionghoa-Indonesia dijadikan kambing hitam dan dikait-kaitkan dengan kegiatan komunisme. Semua itu terus berlangsung sampai jatuhnya Pemerintahan Presiden Soekarno, digantikan rezim Orde Baru .<ref>[http://lkassurabaya.blogspot.com/2007/07/cina-tionghoa-dan-tiongkok.html Blog Lembaga Kajian Agama dan Sosial: Cina, China, dan Tionghoa oleh Benny G. Setiono, Pengamat Sosial dan Politik]</ref>.
 
Tahun [[1948]] menilik dari perkembangan politik yang kian pelik, munculah larangan tak resmi penggunaan istilah Tiongkok/Tionghoa karena istilah ini digunakan oleh [[Partai Komunis Indonesia]].<ref>oer, Pramoedya Ananta, ''Hoa Kiauw di Indonesia''.</ref> Tahun [[1959]] dikeluarkan [[Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959]] yaitu larangan dagang bagi semua orang asing (termasuk orang Tionghoa dengan kewarganegaraan Tiongkok) di [[Daerah Tingkat II]].
 
Tahun 1959 orang Tionghoa-Indonesia dihadapkan pada pilihan antara menjadi warga negara Tiongkok atau [[warga negara Indonesia]] karena Indonesia tidak mengenal sistem kewarganegaraan ganda. Konflik ini kemudian meluas dengan puncaknya peristiwa rasialisme pada [[10 Mei]] [[1963]] di Bandung dan merambat ke beberapa kota lainnya seperti di Garut [[17 Mei]] [[1963]] dan kembali terjadi di kota Bandung [[5 Agustus]] [[1973]]. (Lihat pula [[Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia#Kronologi|Kronologi SBKRI]]).
 
Tahun 1965 terjadi pemberontakan PKI ([[Gerakan 30 September|G30S/PKI]]) dan kecurigaan akan dukungan Republik Rakyat Tiongkok yang akhirnya menggulingkan Presiden Soekarno.
Baris 89 ⟶ 90:
=== Orde Baru ===
{{utama|Diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia}}
Tahun 1967 pemerintahan Orde Baru pada di bawah pemerintahan Presiden [[Soeharto]] dalam salah satu tindakan pertamanya mengeluarkan [[wikisource:id:Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967|Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967]] yang melarang segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Tiongkok dilakukan di Indonesia, dan mengeluarkan [[wikisource:id:Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967|Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967]] yang mengubah kata "Tionghoa"-"Tiongkok" menjadi "Cina".<ref>[http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-cinationghoa3.htm Cina atau Tionghoa]</ref>
 
Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok adalah salah satu pihak yang menyatakan keberatannya atas pemakaian istilah "Cina" di dalam bahasa Indonesia untuk merujuk kepada negara tersebut. Mereka keberatan dengan isi Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dan Surat Edaran Nomor 06 Tahun 1967 yang dikeluarkan oleh pemerintahan Soeharto yang dinilai memulihkan istilah yang mengandung konotasi negatif, dan bukan sebaliknya seperti yang digunakan sebagai alasan.
 
Tahun 1978 diterbitkan [[wikisource:id:Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286 Tahun 1978|Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286 Tahun 1978]].<ref>[{{Cite web |url=http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Budaya_Bangsa/Pecinan/Masyarakat_Cina.htm |title=Masyarakat Cina di Indonesia] |access-date=2014-03-20 |archive-date=2019-03-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190304031158/http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Budaya_Bangsa/Pecinan/Masyarakat_Cina.htm |dead-url=yes }}</ref>. Pemerintah Indonesia melalui [[Bakin]] mengawasi gerak-gerik orang Tionghoa-Indonesia melalui sebuah badan yang bernama [[Badan Koordinasi Masalah Cina]] (BKMC) dengan alasan untuk mengawasi masalah komunisme.
 
=== Era Reformasi ===
Setelah [[era Reformasi]], maka satu per satu kebijakan rasialis tersebut dicabut. Pada masa pemerintahan Presiden [[Abdurrahman Wahid]] Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dicabut dengan [[:s:Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000|Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000]] <ref>[http://www.indonesia.go.id/id/produk_uu/isi/keppres2000/no.1sd10-2000/no6-2000.htm Pemerintah Indonesia Keppress 2000]</ref> namun Keputusan Presidium Kabinet Nomor 127 Tahun 1966 maupun Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967 tidak turut dicabut, hingga tahun 2004 kelompok-kelompok etnis Tionghoa yang beranggapan bahwa istilah Tiongkok/Tionghoa yang seharusnya digunakan masih memperjuangkan dicabutnya surat edaran ini ,<ref>[http://www.budaya-tionghoa.org/modules.php?name=News&file=article&sid=547 Forum Budaya Tionghoa Petisi pencabutan surat edaran]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>, antara lain [[Eddy Sadeli]], anggota Komisi III DPR RI, [[Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tionghoa]], [[Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia ]], dll.
 
Adapun daftar peraturan yang dinilai merupakan bentuk diskriminasi adalah:<ref>[http://eddysadeli.blogspot.com/ Sejumlah UU Diskriminatif Dimintakan "Judicial Review"]</ref>
# Staatsblad Nomor 1849-25 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Eropa.
# Staatsblad Nomor 1917-130 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Timur Tionghoa.
# Staatsblad Nomor 1920-751 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Indonesia Asli beragama Islam.
# Staatsblad Nomor 1933-75 tentang Catatan Sipil untuk Golongan Indonesia Asli beragama Kristen.
# Staatsblad Nomor 1909 No 250 jo 1917 No 497 pasal 6 No 171 tentang Perkumpulan Rahasia Cina.
# Instruksi Presidium Kabinet RI No 37/U/IN/6/1967 tentang Kebijaksanaan Pokok Penyelesaian masalah Cina.
# Surat Edaran Presidium Kabinet RI No SE-36/Pres/Kab/6/1967 tentang Masalah Cina.
# Instruksi Presiden No 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
# Instruksi Presiden No 15/1967 tentang pembentukan staf khusus urusan Cina.
# Instruksi Mendagri No 455.2-360 tentang Penataan Kelenteng.
# Keputusan Kepala Bakin No 031/1973 tentang [[Badan Koordinasi Masalah Cina]].
# SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No 286/1978 tentang pelarangan impor, penjualan dan pengedaran terbitan dalam bahasa dan aksara Cina.
# Surat Edaran Bank Indonesia No SE 6/37/UPK/1973 tentang Kredit Investasi untuk Golongan Pengusaha Kecil.
# Surat Edaran Menteri Penerangan No 02/SE/Dit tentang Larangan Penerbitan dan Pencetakan Tulisan/Iklan Beraksara dan Berbahasa Cina.
 
Pada tanggal 12 Maret 2014, Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] mengabulkan petisi tersebut, dan menerbitkan [[:s:Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014|Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014]],<ref>[{{Cite web |url=http://setkab.go.id/berita-12473-melalui-keppres-no-122014-presiden-sby-ganti-istilah-cina-dengan-tionghoa.html |title=Sekretariat Kabinet: Melalui Keppres No. 12/2014, Presiden SBY Ganti Istilah Cina dengan Tionghoa] |access-date=2014-03-20 |archive-date=2014-03-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140320202927/http://setkab.go.id/berita-12473-melalui-keppres-no-122014-presiden-sby-ganti-istilah-cina-dengan-tionghoa.html |dead-url=yes }}</ref>, setelah sebelumnya ''[[judicial review]]'' ke [[Mahkamah Konstitusi]] dan [[Mahkamah Agung]] tidak dikabulkan, karena hal tersebut berada di luar kewenangan mereka.<ref>[{{Cite web |url=http://poskotanews.com/2014/03/19/presiden-sby-cabut-penggunaan-istilah-china/ |title=Presiden SBY Cabut Penggunaan Istilah China] |access-date=2014-03-20 |archive-date=2014-03-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140320202848/http://poskotanews.com/2014/03/19/presiden-sby-cabut-penggunaan-istilah-china/ |dead-url=yes }}</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 120 ⟶ 121:
* [[Tionghoa (disambiguasi)]]
* [[Tionghoa perantauan]]
* [[Nama Indonesia#Nama Tionghoa|Nama Tionghoa]]
* [[Nama Tionghoa#Nama Tionghoa di Indonesia|Nama Tionghoa di Indonesia]]
 
Baris 128 ⟶ 129:
 
<ref name="Zhao2000">{{Cite journal
| volume = 115
| issue = 1
| pages = 1–33
| last = Zhao
| first = Suisheng
| title = Chinese Nationalism and Its International Orientations
| journal = Political Science Quarterly
| year = 2000
}}</ref>
 
<ref name="Fitzgerald1995">{{Cite journal
| doi = 10.2307/2950089
| issn = 01567365
| issue = 33
| pages = 75
| last = Fitzgerald
| first = John
| title = The Nationaless State: The Search for a Nation in Modern Chinese Nationalism
| journal = The Australian Journal of Chinese Affairs
| accessdate = 2013-02-22
| date = January 1995
| url = http://www.jstor.org/discover/10.2307/2950089?uid=3739216&uid=2&uid=4&sid=21101846623957
}}</ref>
 
Baris 160 ⟶ 161:
<ref name="Ma2008">See, e.g. Ma Ying-jeou, [http://www.president.gov.tw/2_special/2008_0520p/speech.html President of Republic of China inauguration speech], 20 May 2008: " (Section 2, Paragraph 8)。</ref>
 
<ref name="chinadaily.com.cn">[{{Cite web |url=http://app1.chinadaily.com.cn/star/2003/0109/fe20-1.html |title=What makes a national hero?] |access-date=2014-03-27 |archive-date=2008-06-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080610211125/http://app1.chinadaily.com.cn/star/2003/0109/fe20-1.html |dead-url=yes }}</ref>
 
<ref name="CUNY">[http://www.smhric.org/E_Bulag_2.pdf The Chinese Cult of Chinggis Khan: Genealogical Nationalism and Problems of National and Cultural Integrity], City University of New York.</ref>
Baris 168 ⟶ 169:
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://web.budaya-tionghoa.net Portal Budaya Tionghoa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110412110647/http://web.budaya-tionghoa.net/ |date=2011-04-12 }}
* {{id}} [http://www.tionghoa.com Sejarah dan Tradisi Tionghoa]
* {{id}} [http://www.tionghoa.info Tradisi dan Budaya Tionghoa]