Tjoe Bou San: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 118:
Salah satu perkataan dari Lao yang memberikan pengaruh dalam diri Tjoe menjelang ajalnya adalah “Selama kita tidak berbuat apa-apa, tidak akan ada yang tidak diperbuat. Kita memiliki kekhawatiran lantaran sadar diri, apalagi yang kita khawatirkan apabila hal tersebut ditiadakan?” Goan mensinyalir bahwa Tjoe kemudian jarang menulis lagi karena perkataan itu. “Seseorang yang memakai 'kacamata' Lao untuk memandang urusan dunia akan mendapati kenyataan bahwa dunia tidak begitu penting,” ungkap Goan.''{{sfnp|Goan|2009|p=59–60|ps=}}''
 
Tjoe pernah berkata kepada Goan bahwa dirinya khawatir apabila nantinya tidak dapat menulis lagi. Dia sering menyatakan keinginannya untuk hidup dengan sederhana dan tinggal dalam satu sudut aman yang terpisah dari kekalutan dunia. Goan melihat konflik batin yang dialami Tjoe – di satu sisi dia menampilkan diri sebagai seorang pejuang, sedangkan di sisi lain dia menganut filsafat yang pasif.''{{sfnp|Goan|2009|p=60|ps=}}'' Suryadinata menyatakan bahwa filsafat pasif yang dianut oleh Tjoe itu baru dianutnya setelah dia sering mengalami sakit dan banyak merenung.''{{sfnp|Suryadinata|2010|p=16|ps=}}'' Goan menambahkan bahwa Tjoe juga tertarik kepada ''[[Bhagawadgita]]'' yang ditulis oleh [[Byasa|Resi Byasa]] atau ''Sri Krishna Dvipayana Vyasa.{{sfnp|Goan|2009|p=60|ps=}}'' Hal inilah yang membuat Suryadinata berkesimpulan bahwa Tjoe lebih cenderung kepada filsafat klasik yang pasif dibandingkan dengan nasionalisme Tionghoa ketika mulaikesehatannya sakit-sakitansemakin menurun.''{{sfnp|Suryadinata|2010|p=16|ps=}}''
 
Tjoe memang lebih dikenal sebagai seorang wartawan dan pemimpin nasionalisme Tionghoa, dibandingkan dengan seorang sastrawan produktif pengarang novel.<ref>{{Cite web|last=Redaksi Detik|date=9 Januari 2012|title=Dari Petak Sembilan, Dua Keluarga Berseteru|url=https://news.detik.com/berita/d-1809839/dari-petak-sembilan-dua-keluarga-berseteru?nd771104bcj=&nd771104bcj=|website=Detik|access-date=24 Februari 2021}}</ref> Menurut Goan, Tjoe senang membaca buku kesusastraan sajak-sajak kuno Tiongkok gubahan [[Li T'ai Po|Li Po]] (juga dikenal dengan Li Pai, Li Bai, dan Li T’ai -pai) dan [[Du Fu]] (Tu Fu) dari [[Dinasti Tang]] serta karya [[William Shakespeare]] seperti ''[[Hamlet]]'', ''[[Macbeth]]'', dan ''[[Romeo dan Julia]]''.''{{sfnp|Goan|2009|p=60–61|ps=}}''