Tuanku Imam Bonjol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
(13 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| name = Tuanku Imam Bonjol
| nationality = [[Minangkabau]],{{negara|Pagaruyung}} [[IndonesiaMinangkabau]]
| image = ImamPortret Bonjolvan inTuanku 5000Imam IDRBonjol.jpg
| caption = Gambar Tuanku Imam Bonjol dioleh [[Hubert matade uangStuers]] Rp(sekitar 5.000,-1820)
| order = Pemimpin Perang Padri
| monarch = [[Pagaruyung]]
| term_start = k.[[1821]]
| term_end = k.[[1837]]
| birth_date = [[1772]]
| birth_place = {{negara|Pagaruyung}} [[Bonjol]], [[Luhak Agam]], [[Minangkabau]]
| death_date = [[6 November]] [[1864]] (umur 92)
| death_place = = Lotta, [[Pineleng, Minahasa|Pineleng]], [[Kabupaten Minahasa|Minahasa]], [[Hindia Belanda]]
| religion = [[Islam]]
}}
 
Baris 31:
[[File:Makam_Tuanku_Imam_Bonjol_di_Minahasa_2.jpg|jmpl|ki|300px|Makam Tuanku Imam Bonjol di [[Pineleng, Minahasa|Pineleng]], [[Minahasa]]]]
 
[[Perang Padri]] meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis di ''ranah'' Minangkabau. Selama sekitar 18 tahun pertamapertsdcdama perang itu (1803–1821) umumnya yang berperang adalah sesama orang [[suku Minangkabau|Minang]] dan [[suku Mandailing|Mandailing]] atau [[suku Batak|Batak]].
 
Awal timbulnya peperangan ini didasari keinginan di kalangan pemimpin ulama di [[kerajaan Pagaruyung]] untuk menerapkan dan menjalankan [[syariat]] [[Islam]] sesuai dengan ''Ahlus Sunnah wal Jamaah'' ([[Sunni]]) yang berpegang teguh pada [[Al-Qur'an]] dan sunnah Rasullullah ''shalallahu 'alaihi wasallam''. Pemimpin ulama yang tergabung dalam [[Harimau nan Salapan]] meminta [[Tuanku Lintau]] untuk mengajak [[Yang Dipertuan Pagaruyung]] beserta [[Kaum Adat]] untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam (''[[bid'ah]]'').
Baris 40:
 
Campur tangan [[Belanda]] dalam perang itu ditandai dengan penyerangan [[Simawang, Rambatan, Tanah Datar|Simawang]] dan [[Sulit Air, X Koto Diatas, Solok|Sulit Air]] oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah [[Residen]] [[James du Puy]] di [[Padang]]. Dalam hal ini, [[Kompeni]] beralasan melibatkan diri dalam perang karena "diundang" oleh kaum Adat.
 
[[File:Patung_Tuanku_Imam_Bonjol_di_Manado.jpg|jmpl|Patung Tuanku Imam Bonjol di Pineleng, Minahasa]]
 
Perlawanan oleh pasukan Padri cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk menundukkannya. Belanda melalui [[Gubernur Jenderal]] [[Johannes van den Bosch]] lalu mengajak pemimpin Kaum Padri yang kala itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat [[Perjanjian Masang]] pada tahun [[1824]]. Hal ini karena pada saat bersamaan [[Batavia|Belanda]] juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di [[Eropa]] dan [[Jawa]], seperti [[Perang Diponegoro]]. Tetapi kemudian perjanjian ini dilanggar sendiri oleh [[Belanda]] dengan menyerang [[nagari]] [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]].
Baris 63 ⟶ 61:
Library, DS646.15.S76.I43.</ref> dan 2004<ref>IMAM BONDJOL, TUANKU. 2004. Naskah Tuanku Imam Bonjol. Transliterator Syafnir Aboe Nain. Padang: PPIM.</ref> di Padang.<ref name=":0" />
 
[[File:Imam Bonjol statue Bukittinggi.jpg|jmpl|Patung Tuanku Imam Bonjol di [[Bukittinggi]]]]
Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi [[apresiasi]] akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan,<ref>Kompas 10/11/2007 Oleh Suryadi, Dosen dan Peneliti pada [[Opleiding Talen en Culturen van Zuidoost-Azië en Oceanië]], [[Universiteit Leiden]], [[Belanda]]</ref> sebagai penghargaan dari pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] sejak tanggal [[6 November]] [[1973]].
 
Selain itu, nama Tuanku Imam Bonjol juga hadir di ruang publik bangsa sebagai nama jalan, nama stadion, nama universitas, bahkan pada lembaran uang Rp 5Rp5.000 keluaran [[Bank Indonesia]] [[6 November]] [[2001]].<ref>http://www.tokohindonesia.com [http://www.tokohindonesia.com Imam Bonjol, Tuanku] (diakses pada 23 Juli 2010)</ref>
 
== Keturunan ==
Di antara anak-anak Tuanku Imam Bonjol, yakni SultanSutan Chaniago dan Sutan Saidi (lain ibu). Ibu Sutan Chaniago berasal dari Alahan Panjang, sedangkan ibu Sutan Saidi berasal dari Koto Lawas, Koto Tinggi.<ref>{{Cite book|last=Nain|first=Sjafnir Abu|date=2004|url=https://books.google.com/books?id=CdNwAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=naali+sutan&q=naali+sutan&hl=id|title=Naskah Tuanku Imam Bonjol|publisher=Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau|isbn=978-979-3797-05-2|language=ms}}</ref> Selepas Perang Padri, Sutan Chaniago diangkat menjadi Kepala Laras Alahan Panjang (1851–1875), sementara Sutan Saidi dibuang bersama Tuanku Imam Bonjol ke Manado dan kembali ke Bonjol setelah sang ayah meninggal..<ref>{{Cite book|last=Nain|first=Sjafnir Abu|date=1988|url=https://books.google.com/books?id=Ui0eAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=naali+sutan&q=naali+sutan&hl=id|title=Tuanku Imam Bonjol: sejarah intelektual Islam di Minangkabau, 1784-1832|publisher=Esa|language=id}}</ref>
 
Putra Imam Bonjol lainnya bernama Mahmud tewas kena tusukan bayonet saat Belanda menaklukkan [[Benteng Bukit Tajadi]] pada 1836.<ref>{{Cite book|last=Martamin|first=Mardjani|date=1984|url=https://books.google.com/books?id=IwseAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=MARDJANI+MARTAMIN&q=MARDJANI+MARTAMIN&hl=en|title=Tuanku Imam Bonjol|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|language=id}}</ref>
 
== Referensi ==