Tuanku Imam Bonjol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| name = Tuanku Imam Bonjol
| nationality = [[Minangkabau]],{{negara|Pagaruyung}} [[IndonesiaMinangkabau]]
| image = ImamPortret Bonjolvan inTuanku 5000Imam IDRBonjol.jpg
| caption = Gambar Tuanku Imam Bonjol dioleh [[Hubert matade uangStuers]] Rp(sekitar 5.000,-1820)
| order = Pemimpin Perang Padri
| monarch = [[Pagaruyung]]
| term_start = k.[[1821]]
| term_end = k.[[1837]]
| birth_date = [[1772]]
| birth_place = {{negara|Pagaruyung}} [[Bonjol]], [[Luhak Agam]], [[Minangkabau]]
| death_date = [[6 November]] [[1864]] (umur 92)
| death_place = = Lotta, [[Pineleng, Minahasa|Pineleng]], [[Kabupaten Minahasa|Minahasa]], [[Hindia Belanda]]
| religion = [[Islam]]
}}
 
'''Tuanku Imam Bonjol''' (lahir di [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]], [[Luhak Agam]], [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], [[1772]] – wafat dalam [[pengasingan]] dan di[[makam]]kan di [[Lotta, Pineleng, Minahasa|Lotta]], [[Pineleng, Minahasa|Pineleng]], [[Kabupaten Minahasa|Minahasa]], [[6 November]] [[1864]]) adalah salah seorang [[ulama]], [[pemimpin]] dan [[Pahlawan|pejuang]] yang berperang melawan [[Belanda]] dalam peperangan yang dikenal dengan nama [[Perang Padri]] pada tahun 1803–1838.<ref name="Radjab">{{cite book|last=Radjab|first=M.,|authorlink=Muhamad Radjab|coauthors=|title=Perang Paderi di Sumatera Barat, 1803-1838|year=1964|publisher=Balai Pustaka|location=|id= }}</ref> Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal [[6 November]] [[1973]].<ref>Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, (1991), ''Wajah dan sejarah perjuangan pahlawan nasional'', Vol. 3, Departemen Sosial R.I., Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan.</ref>
 
Salah satu naskah asli yang memuat riwayat hidup Tuanku Imam Bonjol tersimpan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.<ref>{{Cite web|date=2017-11-20|title=Pemprov Sumbar Akan Jemput Naskah Tuanku Imam Bonjol ke Belanda - Harian Haluan|url=https://www.harianhaluan.com/sumbar/pr-10204055/pemprov-sumbar-akan-jemput-naskah-tuanku-imam-bonjol-ke-belanda|website=Pemprov Sumbar Akan Jemput Naskah Tuanku Imam Bonjol ke Belanda - Harian Haluan|language=id|access-date=2023-05-24}}</ref>
Baris 40:
 
Campur tangan [[Belanda]] dalam perang itu ditandai dengan penyerangan [[Simawang, Rambatan, Tanah Datar|Simawang]] dan [[Sulit Air, X Koto Diatas, Solok|Sulit Air]] oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah [[Residen]] [[James du Puy]] di [[Padang]]. Dalam hal ini, [[Kompeni]] beralasan melibatkan diri dalam perang karena "diundang" oleh kaum Adat.
 
[[File:Patung_Tuanku_Imam_Bonjol_di_Manado.jpg|jmpl|Patung Tuanku Imam Bonjol di Pineleng, Minahasa]]
 
Perlawanan oleh pasukan Padri cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk menundukkannya. Belanda melalui [[Gubernur Jenderal]] [[Johannes van den Bosch]] lalu mengajak pemimpin Kaum Padri yang kala itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat [[Perjanjian Masang]] pada tahun [[1824]]. Hal ini karena pada saat bersamaan [[Batavia|Belanda]] juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di [[Eropa]] dan [[Jawa]], seperti [[Perang Diponegoro]]. Tetapi kemudian perjanjian ini dilanggar sendiri oleh [[Belanda]] dengan menyerang [[nagari]] [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]].
Baris 47 ⟶ 45:
Namun, sejak awal [[1833]] perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Padri melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Di ujung penyesalan muncul kesadaran, mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan [[rakyat Minangkabau]] itu sendiri.<ref name="Nain">Sjafnir Aboe Nain,, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref> Bersatunya kaum Adat dan kaum Padri ini dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama [[Plakat Puncak Pato]] di [[Tabek Patah, Salimpaung, Tanah Datar|Tabek Patah]] yang mewujudkan [[konsensus]] ''Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah'' (Adat berdasarkan Agama, Agama berdasarkan Kitabullah ([[Al-Qur'an]]).
 
Rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atas tindakan kaum Padri atas sesama orang [[Minang]], [[Mandailing]] dan [[Batak]], terefleksi dalam ucapannya ''Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek kalian?'' (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimana pikiran kalian?).<ref name="Nain" /> Kemudian semuanya bersorak "''ah, saketek indak baã, iyo biktu awak samo awak badusanak''" ([[Bahasa Indonesia]]: ah, sedikit tidak apa, iya seperti itu jika kita bersaudara).
 
Penyerangan dan pengepungan benteng kaum Padri di Bonjol oleh [[Belanda]] dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17 Agustus 1837)<ref>G. Teitler, 2004, ''Het einde Padri Oorlog: Het beleg en de vermeestering van Bondjol 1834-1837: Een bronnenpublicatie'', Amsterdam: De Bataafsche Leeuw, 59-183.</ref> yang dipimpin oleh [[jenderal]] dan para [[perwira]] Belanda, tetapi dengan tentara yang sebagian besar adalah bangsa [[pribumi]] yang terdiri dari berbagai suku, seperti [[suku Jawa|Jawa]], [[Suku Madura|Madura]], [[Suku Bugis|Bugis]], dan [[Pulau Ambon|Ambon]]. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda, terdapat [[Mayor Jenderal Cochius]], [[Letnan Kolonel Bauer]], [[Mayor Sous]], [[Kapten MacLean]], [[Letnan Satu Van der Tak]], [[Pembantu Letnan Satu Steinmetz]]. dan seterusnya, tetapi juga terdapat nama-nama ''[[Inlandsche]]'' ([[pribumi]]) seperti [[Kapitein Noto Prawiro]], [[Inlandsche Luitenant Prawiro di Logo]], [[Karto Wongso Wiro Redjo]], [[Prawiro Sentiko]], [[Prawiro Brotto]], dan [[Merto Poero]].
Baris 63 ⟶ 61:
Library, DS646.15.S76.I43.</ref> dan 2004<ref>IMAM BONDJOL, TUANKU. 2004. Naskah Tuanku Imam Bonjol. Transliterator Syafnir Aboe Nain. Padang: PPIM.</ref> di Padang.<ref name=":0" />
 
[[File:Imam Bonjol statue Bukittinggi.jpg|jmpl|Patung Tuanku Imam Bonjol di [[Bukittinggi]]]]
Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi [[apresiasi]] akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan,<ref>Kompas 10/11/2007 Oleh Suryadi, Dosen dan Peneliti pada [[Opleiding Talen en Culturen van Zuidoost-Azië en Oceanië]], [[Universiteit Leiden]], [[Belanda]]</ref> sebagai penghargaan dari pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] sejak tanggal [[6 November]] [[1973]].
 
Selain itu, nama Tuanku Imam Bonjol juga hadir di ruang publik bangsa sebagai nama jalan, nama stadion, nama universitas, bahkan pada lembaran uang Rp 5Rp5.000 keluaran [[Bank Indonesia]] [[6 November]] [[2001]].<ref>http://www.tokohindonesia.com [http://www.tokohindonesia.com Imam Bonjol, Tuanku] (diakses pada 23 Juli 2010)</ref>
 
== Keturunan ==
Di antara anak-anak Tuanku Imam Bonjol, yakni Sutan Chaniago dan Sutan Saidi (lain ibu). Ibu Sutan Chaniago berasal dari Alahan Panjang, sedangkan ibu Sutan Saidi berasal dari Koto Lawas, Koto Tinggi.<ref>{{Cite book|last=Nain|first=Sjafnir Abu|date=2004|url=https://books.google.com/books?id=CdNwAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=naali+sutan&q=naali+sutan&hl=id|title=Naskah Tuanku Imam Bonjol|publisher=Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau|isbn=978-979-3797-05-2|language=ms}}</ref> Selepas Perang Padri, Sutan Chaniago diangkat menjadi Kepala Laras Alahan Panjang (1851–1875), sementara Sutan Saidi dibuang bersama Tuanku Imam Bonjol ke Manado dan kembali ke Bonjol setelah sang ayah meninggal.<ref>{{Cite book|last=Nain|first=Sjafnir Abu|date=1988|url=https://books.google.com/books?id=Ui0eAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=naali+sutan&q=naali+sutan&hl=id|title=Tuanku Imam Bonjol: sejarah intelektual Islam di Minangkabau, 1784-1832|publisher=Esa|language=id}}</ref>
 
Putra Imam Bonjol lainnya bernama Mahmud tewas kena tusukan bayonet saat Belanda menaklukkan [[Benteng Bukit Tajadi]] pada 1836.<ref>{{Cite book|last=Martamin|first=Mardjani|date=1984|url=https://books.google.com/books?id=IwseAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=MARDJANI+MARTAMIN&q=MARDJANI+MARTAMIN&hl=en|title=Tuanku Imam Bonjol|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|language=id}}</ref>
 
== Referensi ==