Tumbuhan dan hewan terdomestikasi di Austronesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 4 books for Wikipedia:Pemastian (20231213sim)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
Baris 433:
 
Kata lengkuas dapat direkonstruksi menjadi ''*laŋkuas'' dalam [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|bahasa Proto-Melayu-Polinesia Barat]] dengan kata serumpun termasuk ''langkuás'' dalam [[bahasa Ilokano]]; ''langkáuas'' atau ''langkáwas'' dalam [[bahasa Tagalog]], [[Rumpun bahasa Bikol|Bikol]], [[Bahasa Kapampangan|Kapampangan]], [[Rumpun bahasa Bisayak|Bisaya]], dan [[Rumpun bahasa Manobo|Manobo]]; ''eangkawás'' dalam bahasa Aklanon, ''hongkuas'' dalam bahasa Dusun; ''lengkuas'' dalam [[bahasa Melayu]] dan Idaan; ''langkuas'' dalam [[bahasa Ngaju]]; dan ''engkuas'' dalam [[bahasa Iban]]. Beberapa nama telah mengalami pergeseran semantik di mana merujuk pada spesies ''Alpinia'' lainnya dan juga ''Curcuma zedoaria''.<ref name="blusttrusell"/>
 
=== ''Curcuma longa'' (kunyit) ===
[[File:Starr-170114-6480-Curcuma longa-harvest-Hawea Pl Olinda-Maui (32344662501).jpg|thumb|Kunyit ('''ōlena'') di [[Hawaii]]]]
Terdapat bukti kuat bahwa kunyit (''[[Kunyit|Curcuma longa]]'') serta temu putih (''[[Temu putih|Curcuma zedoaria]]'') didomestikasi secara independen oleh [[orang Austronesia]]. Kunyit mempunyai persebaran yang sangat luas dan nama-nama yang digunakan sejak sebelum kontak dengan pedagang India, ditemukan di seluruh wilayah Austronesia kecuali [[Taiwan]]. Namun, tampaknya tanaman ini awalnya didomestikasi untuk pembuatan pewarna, yang menjadi asal-usul kata untuk warna "kuning" dan "merah" dalam berbagai bahasa Austronesia.<ref name="KikusawaReid">{{cite book|first1=Ritsuko|last1=Kikusawa|first2=Lawrence A.|last2=Reid|editor1-first=Jeff|editor1-last=Siegel|editor2-first=John|editor2-last=Lynch|editor3-first=Diana|editor3-last=Eades|title=Language Description, History and Development: Linguistic indulgence in memory of Terry Crowley|chapter=Proto who utilized turmeric, and how?|publisher=John Benjamins Publishing Company|year=2007|pages=339–352|isbn=9789027292940|chapter-url=https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/10125/33035/A67.2007.pdf|archive-date=25 November 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20211125193557/https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/10125/33035/A67.2007.pdf|url-status=dead}}</ref>
 
[[File:Curcuma zedoaria Bluete.jpg|thumb|left|Temu putih (''Curcuma zedoaria'')]]
Tanaman ini banyak dimanfaatkan di [[Filipina]] dan [[Indonesia]] sebagai pewarna tradisional untuk tekstil maupun makanan. Di mana tanaman ini banyak digunakan untuk mewarnai sesajian makanan untuk roh leluhur serta mewarnai tubuh dalam ritual keagamaan atau upacara sosial. Kunyit juga digunakan sebagai bumbu, sebagai obat, dan sebagai makanan. Kegunaan serupa juga ditemukan di pulau-pulau lain yang dihuni oleh bangsa Austronesia, seperti [[Madagaskar]] dan [[Komoro]] di [[Afrika Timur]]. Di [[Mikronesia]], kunyit adalah komoditas dagang yang bernilai yang diperoleh dari [[Pulau Yap]]. Di [[Polinesia]] dan [[Melanesia]], kunyit terutama digunakan sebagai cat tubuh dalam ritual atau sebagai kosmetik. Kedua wilayah tersebut telah terisolasi selama berabad-abad dari pulau-pulau Asia Tenggara lainnya sebelum adanya kontak dengan Eropa.<ref name="KikusawaReid"/><ref name="McClatchey1993">{{cite journal |last1=McClatchey |first1=W. |title=Traditional use of ''Curcuma longa'' (Zingiberaceae) in Rotuma |journal=Economic Botany |date=1993 |volume=47 |issue=3 |pages=291–296 |doi=10.1007/bf02862297|s2cid=20513984 }}</ref>
 
[[File:Turmeric (Curcuma longa) 3.jpg|thumb|Kunyit di [[Singapura]]]]
Ada dua himpunan kata serumpun utama untuk ''C. longa'' dan ''C. zedoaria'' (keduanya menghasilkan pewarna kuning) dalam bahasa-bahasa Austronesia. Yang pertama direkonstruksi sebagai ''*kunij'' dalam [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|bahasa Purwa-Melayu-Polinesia]] yang awalnya merujuk pada kunyit. Kata serumpunnya termasuk ''kúnig'' dalam [[bahasa Ilokano]], Kankanaey, dan [[Bahasa Isnag|Isnag]]; ''kunəg'' dalam bahasa Bontok; ''ūnig'' dalam bahasa Ifugao; ''kuneg'' dalam bahasa Dumagat Casiguran; ''kunyit'' dalam [[bahasa Iban]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]; ''hunik'' dalam [[bahasa Batak Toba]]; ''kunir'' dalam [[bahasa Jawa]]; ''kuniʻ'' dalam [[bahasa Sangir]] dan [[Bahasa Tae'|Tae']]; ''kuni'' dalam bahasa Uma; ''kunis'' dalam [[bahasa Rembong]]; ''wuné'' dalam [[bahasa Ngada]]; dan ''wuni'' dalam [[bahasa Manggarai]]. Dalam [[bahasa Malagasi]] dan Betsimisaraka, kata serumpun ''hónitra'' dan ''húnitra'' telah berubah makna menjadi tanaman lain yang digunakan untuk membuat pewarna merah. Kata serumpun lainnya seperti ''kimmúnig'' dalam bahasa Ilokano; ''mo-kuni'' dalam bahasa Uma; dan ''pakuniran'' dalam bahasa Tae'; semuanya memiliki makna "kuning" atau "mewarnai sesuatu yang kuning".<ref name="KikusawaReid"/><ref name="blusttrusell"/>
 
Himpunan serumpun lainnya berasal dari ''*temu'' dari [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|bahasa Purwa-Melayu-Polinesia-Barat]] yang terekonstruksi, dan awalnya berarti ''C. zedoaria'' yang terutama digunakan sebagai bumbu. Kadang-kadang artinya juga bergeser menjadi jahe dan tanaman sejenis jahe lainnya yang digunakan untuk memasak (bukan produksi pewarna). Kata serumpunnya meliputi ''tamu'' dalam [[bahasa Kapampangan]] dan [[Bahasa Bali|Bali]]; ''támo'' dalam [[bahasa Tagalog]]; ''tamangyan'' dalam [[Rumpun bahasa Bisayak|bahasa Bisaya]]; ''tamohilang'' dalam bahasa Bukidnon; ''tamahilan'' atau ''tamaylan'' dalam [[Rumpun bahasa Bikol|bahasa Bikol]]; ''temu'' dalam [[bahasa Melayu]], [[Bahasa Jawa|Jawa]], dan [[Bahasa Sasak|Sasak]]; ''tammu'' dalam [[bahasa Makassar|Makassar]]; dan ''tamutamu'' dalam [[bahasa Malagasi]]. Namun, dalam bahasa Austronesia lain di Afrika Timur, kata serumpun lainnya memiliki arti "warna kuning", termasuk ''tamutamu'' dalam [[bahasa Bushi]] dan [[Antemoro]]; dan ''manamutamu'' dalam bahasa Antambahoaka dan Antankarana.<ref name="KikusawaReid"/><ref name="blusttrusell"/>
 
Dalam [[bahasa Proto-Oseanik|bahasa Purwa-Oseanik]], ada dua himpunan kata serumpun utama yang berasal dari kata ''*aŋo'' dan ''*deŋ(w)a'' yang direkonstruksi, keduanya tidak ada hubungannya dengan etimologi Purwa-Melayu-Polinesia. Kata terakhir mungkin awalnya merujuk pada zat pewarna yang dihasilkan dari kunyit, sedangkan kata pertama merujuk pada tanaman itu sendiri. Kata serumpun termasuk ''cango'' dalam [[bahasa Fiji]]; dan ''ango'' dalam [[bahasa Tonga]] dan Rennell. Kata serumpun yang berarti "kuning" juga terdapat dalam beberapa bahasa lain di [[Oseania Dekat]].<ref name="KikusawaReid"/><ref name="blusttrusell"/>
 
== Rujukan ==