Ulos: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dwi Yenie (bicara | kontrib)
Menambahkan kata dan kalimat.
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 2:
[[Berkas:Jenis ulos.jpg|jmpl|220px|Jenis-jenis ulos]]
[[Berkas:HKBP Pintu Bosi, Res. Tomuan (Acara Peresmian 03).jpg|jmpl|220px|Pemberian ulos pada suatu acara gerejawi.]]
'''Ulos''' adalah salah satu jenis kain tenun nusantara khas masyarakat [[Batak]], [[Sumatera Utara]]. Dari [[Bahasa Batak Toba|bahasa asalnya]], "ulos" berarti [[kain]]. Kain tenun Ulos telah ada sejak 4.000 tahun yang lalu, awalnya berfungsi untuk menghangatkan tubuh. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat [[songket]] khas [[suku Melayu|Melayu]], yaitu menggunakan [[alat tenun bukan mesin]] atau ATBK.
 
Warna dominan pada ulos adalah [[merah]], [[hitam]], dan [[putih]] yang dihiasi oleh ragam tenunan dari [[benang]] emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk [[selendang]] atau [[sarung]] saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, tetapi kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk suvenir, sarung bantal, [[ikat pinggang]], [[tas]], [[pakaian]], alas meja, [[dasi]], [[dompet]], dan [[gorden]].
 
Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang [[hamil|mengandung]] supaya mempermudah lahirnya sang [[bayi]] ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.
 
Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus [[jenazah]]), dan Ulos Sibolang.
 
Kain tenun Ulos telah diajukan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia agar tidak diklaim oleh negara lain.
 
== Arti Ulos ==
[[File:Tenun Ulos.jpg|thumb|right|Pengrajin ''ulos'' di Desa Huta Raja sedang menenun.]]
''Mangulosi'' adalah suatu kegiatan adat yang sangat penting bagi orang Batakbatak. Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita, ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu diikutsertakan.
 
Menurut pemikiran moyang orang Batakbatak, salah satu unsur yang memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah “kehangatan”. Mengingat orang-orang batak dahulu memilih hidup di dataran yang tinggi sehingga memiliki temperatur yang dingin.
 
Demikian juga dengan huta/kampung yang ada di daerah Tapanulitapanuli umumnya dikelilingi dengan pepohonan bambu. Di mana memiliki kegunaan bukan hanya sebagai pagar untuk menjaga serangan musuh saja, tetapi juga menahan terjangan angin yang dapat membuat tubuh menggigil kedinginan.
 
Ada 3 hal yang di yakini moyang orang Batakbatak yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia, yaitu: Darah, Nafas dan Kehangatan. Sehingga “rasa hangat” menjadi suatu kebutuhan yang setiap saat didambakan.
 
Ada 3 “sumber kehangatan” yang diyakini moyang orang batak yaitu: matahari, api dan ulos. Matahari terbit dan terbenam dengan sendirinya setiap saat. Api dapat dinyalakan setiap saat, tetapi tidak praktis digunakan untuk menghangatkan tubuh, misalnya besarnya api harus dijaga setiap saat sehingga tidur pun terganggu. Namun tidak begitu halnya dengan Ulos yang sangat praktis digunakan di mana saja dan kapan saja.
 
Ulos pun menjadi barang yang penting dan dibutuhkan semua orang kapan saja dan di mana saja. Hingga akhirnya karena Ulosulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak. Dibuatlah aturan penggunaan Ulosulos yang dituangkan dalam aturan adat, antara lain:
* Ulos hanya diberikan kepada kerabat yang di bawah kita. ''Misalnya Natoras tu ianakhon'' (orang tua kepada anak), hula-hula kepada ''boru'', dll.
* Ulos yang diberikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan diberi Ulosulos. Misalnya Ragihotang diberikan untuk Ulosulos kepada hela (menantu laki-laki).
 
Sedangkan menurut penggunaanya antara lain:
Baris 33 ⟶ 31:
* Sitalitalihononhon (pengikat kepala) digunakan ulos tumtuman, mangiring, padang rusa dan lain-lain.
 
Saat ini kita tidak membutuhkan Ulosulos sebagai penghangat tubuh pada saat tidur ataupun saat beraktivitas, karena ada berbagai alat dan bahan yang lebih maju untuk memberi kehangatan bagi tubuh pada saat berada dalam udara yang sangat dingin. Namun, Ulos sudah menjadi pelambang kehangatan yang sudah mengakar di dalam budaya batak.
 
Hal ini juga menjadi tantangan bagi budaya batak pada masa depan, karena cara pandang dan penghargaan anak-anak muda masa depan sangat berbeda dengan para orang tua yang sempat merasakan berharganya nilai Ulosulos dalam kekerabatan. Akankah anak-anak kita memandang Ulosulos seperti memandang “kain pada umumnya”, bahkan lebih parahnya setelah kain tersebut digunakan dalam acara adat yang melelahkan kemudian Ulosulos tersebut tersimpan rapat dalam lemari saja.
 
Sangat berbeda “rasanya” dengan menggunakan setelan jas yang modis dan ingin menggunakannya lagi dan lagi begitu setiap saat.
 
Jangan-jangan yang terbayang dalam pikiran mereka saat melihat Ulosulos yang tergolek dalam lemari adalah acara adat yang melelahkan, rumit adatnya, pusing karena tidak mengerti bahasa batak, malu karena tidak paham martutur (menempatkan diri dalam pertalian darah atau keturunan).
 
Akan sangat banyak tantangan masa depan yang akan menghimpit “''niat“niat maradat''”maradat” bagi generasi muda masa depan. Seperti masalah keuangan, penggunaan waktu, perkembangan pola pikir praktis, berkurangnya “rajaparhata” (orang yang mengetahui adat dan dapat memandu kegiatan adat dari awal hingga akhir).
 
== Jenis, makna dan fungsi ==
=== Ulos Antakantak ===
Ulos ini dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal, selain itu Ulosulos tersebut juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara ''manortor ''(menari).
 
=== Ulos Bintang Maratur ===
Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya di dalam acara-acara adat Batak Toba, beberapa di antaranya yakni:
* Kepada anak yang memasuki rumah baru. Memiliki rumah baru (milik Sendiri) adalah merupakan suatu kebanggaan terbesar bagi masyarakat Batak Toba. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru dianggap sebagai salah satu bentuk keberhasilan atau prestasi tersendiri yang tak ternilai harganya. Tingginya penghargaan kepada orang yang telah berhasil membangun dan memiliki rumah baru adalah karena keberhasilan tersebut dianggap merupakan suatu berkat dari Tuhan yang maha Esa yang disertai dengan adanya usaha dan kerja keras yang bersangkutan di dalam menjalani kehidupan. Keberhasilan membangun atau memiliki rumah baru adalah merupakan situasi yang sangat menggembirakan, oleh karena itu Ulosulos ini akan diberikan kepada orang yang sedang berada dalam suasana bergembira. Orang batak yang tinggal dan menetap di berbagai puak/horja di sekitar Tapanuli telah memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda pula. Walaupun konsep dan pemahaman tentang adat itu secara umum adalah sama, tetapi pada hal-hal tertentu adakalanya memiliki perbedaan dalam hal pemaknaan terhadap nilai dan konsep adat yang ada sejak turun-temurun. Oleh karena itu pemberian ''Ulos Bintang Maratur'' khusus di daerah [[Silindung]] diberikan kepada orang yang sedang bergembira dalam hal ini sewaktu menempati atau meresmikan rumah baru.
* Secara khusus di daerah Toba Ulos ini diberikan waktu acara selamatan Hamil 7 Bulan yang diberikan oleh pihak hulahula kepada anaknya. Ulos ini juga diberikan kepada ''Pahompu'' (cucu) yang baru lahir sebagai ''Parompa'' (gendongan) yang memiliki arti dan makna agar anak yang baru lahir itu diiringi kelahiran anak yang selanjutnya, kemudian Ulosulos ini juga diberikan untuk pahompu (cucu) yang baru mendapat baptisan di gereja dan juga bisa dipakai sebagai selendang.
 
=== Ulos Bolean ===
Baris 56 ⟶ 54:
 
=== Ulos Mangiring ===
Ulos ini dipakai sebagai selendang, ''Talitali'', juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang memiliki maksud dan tujuan sekaligus sebagai Simbol besarnya keinginan agar si anak yang lahir baru kelak diiringi kelahiran anak yang seterusnya, Ulos ini juga dapat dipergunakan sebagai ''Parompa'' (alat gendong) untuk anak.
 
=== Ulos Padang Ursa dan Ulos Pinan Lobu-lobu ===
Baris 65 ⟶ 63:
* Dipakai dalam berbagai keperluan acara-acara dukacita maupun sukacita, dalam acara adat ulos ini dipakai/disandang oleh Raja-raja Adat.
* Dipakai oleh Rakyat Biasa selama memenuhi beberapa pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat dipakai oleh suhut sihabolonon/ Hasuhuton (tuan rumah).
* Kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran (kelompok istri dari golongan ''hulahula''), Ulosulos ini juga dipakai/dililit sebagai kain/''hohophohop'' oleh keluarga ''hasuhuton'' (tuan rumah).
* Ulos ini juga berfungsi sebagai ''Ulos Passamot'' pada acara Perkawinan. ''Ulos Passamot'' diberikan oleh Orang tua pengantin perempuan (Hulahula) kepada kedua orang tua pengantin dari pihak laki-laki (pangoli). Sebagai pertanda bahwa mereka telah sah menjadi saudara dekat.
 
=== Ulos Ragi Hotang ===
Ulos ini diberikan kepada sepasang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat yang disebut dengan nama Ulos Hela. Pemberian Ulosulos Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya dipersunting atau diperistri oleh laki-laki yang telah disebut sebagai “Hela” (menantu). Pemberian Ulosulos ini selalu disertai dengan memberikan ''Mandarmandar Hela'' (Sarung Menantu) yang menunjukkan bahwa laki-laki tersebut tidak boleh lagi berperilaku layaknya seorang laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai orang tua. Dan sarung tersebut dipakai dan dibawa untuk kegiatan-kegiatan adat.
 
=== Ulos Ragi Huting ===
 
Ulos ini sekarang sudah Jarang dipakai, konon pada zaman dulu sebelum Indonesia merdeka, anak perempuan (gadis-gadis) memakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari yang dililitkan di dada ''(Hobahoba'') yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seorang putri (gadis perawan) batak Toba yang beradat.
 
=== Ulos Sibolang Rasta Pamontari ===
Ulos ini dipakai untuk keperluan duka dan sukacita, tetapi pada zaman sekarang, Ulos Sibolang bisa dikatakan sebagai simbol dukacita, yang di pakai sebagai ''Ulos Saput'' (orang dewasa yang meninggal tetapi belum punya cucu), dan dipakai juga sebagai ''Ulos Tujung'' untuk Janda dan Duda dengan kata lain kepada laki-laki yang ditinggal mati oleh istri dan kepada perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya. Apabila pada peristiwa dukacita ulos ini dipergunakan maka hal itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah sebagai keluarga dekat dari orang yang meninggal.
 
=== Ulos Si Bunga Umbasang dan Ulos Simpar ===
Secara umum Ulosulos ini hanya berfungsi dan dipakai sebagai Selendang bagi para ibu-ibu sewaktu mengikuti pelaksanaan segala jenis acara adat-istiadat yang kehadirannya sebatas undangan biasa yang di sebut sebagai ''Panoropi'' (yang meramaikan) .
 
=== Ulos Sitolu Tuho ===
Baris 91 ⟶ 89:
 
=== Ulos Ragi Pakko dan Ulos Harangan ===
Pada zaman dahulu dipakai sebagai selimut bagi keluarga yang berasal dari golongan keluarga kaya, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua dan meninggal akan disaput (diselimutkan, dibentangkan kepada jasad) dengan Ulosulos yang pakai Ragi di tambah Ulos lainnya yang disebut Ragi Pakko karena memang warnanya hitam seperti Pakko.
 
=== Ulos Tumtuman ===