Waduk Jatiluhur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Sejarah: perbaikan info, saat itu Prosijat belum terbentuk
k →‎Sejarah: Penambahan info
Baris 78:
 
== Sejarah ==
Pembangunan waduk ini telah digagas sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia oleh [[W.J. van Blommestein]], seorang ahli pengairan asal [[Belanda]], guna memanfaatkan derasnya aliran [[Sungai Citarum]] untuk mengairi lahan pertanian. SebelumPada waduksaat ini dibangunitu, di musim hujan, seringSungai Citarum kerap meluap dan terjadimenyebabkan banjir di [[Bekasi]] dan [[Karawang]], sehingga menyulitkan kegiatan pertanian. Selain itu, banjir juga kerap menggenangi jalan raya [[Jakarta]] - [[Cirebon]], sehingga terkadang membuat penggunapara jalanpelintas harus berhenti dan menginap di Karawang atau [[Cikampek]].
 
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1957, pemerintah pun menugaskan [[PLN]] untuk membangun bendungan dari waduk ini. PLN kemudian menunjuk [[Coyne et Bellier]] asal [[Prancis]] untuk merancang bendungan. Karena dibangun oleh PLN, maka waduk ini awalnya dirancang untuk membangkitkan listrik melalui PLTA.<ref name="angoedi">{{cite book|last=Angoedi|first=Abdullah|date=1984|url=https://pu.go.id/pustaka/biblio/sejarah-irigasi-di-indonesia-1/K74B3|title=Sejarah Irigasi di Indonesia|location=Bandung|publisher=Komite Nasional Indonesia untuk ICID|isbn=|edition=|series=|volume=|pages=|language=|doi=|jfm=|mr=|zbl=|id=|author-link=}}</ref> Pembangunan PLTA tersebut pun awalnya mendapat banyak kritik, karena [[kapasitas terpasang]]nya direncanakan mencapai 125 MW, padahal kebutuhan listrik di Jakarta saat itu sebenarnya sudah dapat dipenuhi hanya dengan kapasitas terpasang sebesar 50 MW.<ref name="sinaro" />