Waduk Kedungombo
Waduk Kedungombo (Hanacaraka: ꦮꦝꦸꦏ꧀ꦏꦼꦝꦸꦁꦲꦩ꧀ꦧ, bahasa Jawa: Wadhuk Kedhungamba) adalah salah satu waduk besar yang ada di Indonesia. Waduk Kedungombo terletak di perbatasan antara tiga kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Grobogan, Sragen dan Boyolali, tepatnya di Geyer, Grobogan. Bendungan utama Waduk Kedungombo berada di perbatasan antara Desa Rambat dan Desa Juworo di Geyer, Grobogan. Waduk ini berfungsi untuk menampung air dari Sungai Serang dan Sungai Uter, serta air dari Sungai Sentulan, Sungai Jenglong, dan Sungai Karangboyo.[2]
Waduk Kedungombo | |
---|---|
Lokasi | Geyer, Grobogan, Jawa Tengah |
Kegunaan | Serbaguna |
Status | Beroperasi |
Mulai dibangun | Januari 1984 |
Mulai dioperasikan | 18 Mei 1991 |
Biaya konstruksi | US$ 283,1 juta |
Pemilik | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat |
Kontraktor | Hazama Gumi dan Brantas Abipraya[1] |
Bendungan dan saluran pelimpah | |
Tipe bendungan | Urugan |
Tinggi | 66 m |
Panjang | 1.600 m |
Volume bendungan | 6.200.000 m3 |
Ketinggian di puncak | 96 mdpl |
Membendung | Sungai Serang |
Jumlah pelimpah | 3 |
Tipe pelimpah | Ogee dan fuse plug |
Kapasitas pelimpah | 5.450 m3 / detik |
Waduk | |
Kapasitas nonaktif | 88.400.000 m3 |
Luas tangkapan | 614 km2 |
Luas genangan | 4.800 hektar[2] |
PLTA Kedungombo | |
Pengelola | PLN Indonesia Power |
Jenis | Konvensional |
Kapasitas terpasang | 22,5 MW |
Produksi tahunan | 80.000 MWh |
Pembangunan
Pada tahun 1985, pemerintah merencanakan membangun waduk baru di Jawa Tengah untuk PLTA berkekuatan 22,5 Megawatt (MW) dan dapat menampung air untuk kebutuhan 70 Hektare sawah disekitarnya. Pembangunan Waduk Kedungombo ini dibiayai USD 156 juta dari Bank Dunia, USD 25,2 juta dari Bank Exim Jepang, dan APBN, dimulai tahun 1985 sampai dengan tahun 1989. Waduk mulai diairi pada 14 Januari 1989. Cangkupan genangan waduk ini mencapai 6.576 Hektar (Perairan 2.830 Hektar dan Lahan Daratan 3.746 Hektar) dengan menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan di 3 kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, Grobogan. Sebanyak 5.268 keluarga saat itu kehilangan tanahnya akibat pembangunan waduk ini. Waduk ini akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto, tanggal 18 Mei 1991. Peristiwa penolakan penggusuran dan pemindahan lokasi permukiman oleh warga karena tanahnya akan dijadikan Waduk Kedungombo karena kecilnya jumlah ganti rugi yang diberikan dikenal dengan Kasus Kedung Ombo[3]
Pemanfaatan
- Irigasi
- Dengan luas genangan ± 4.500 Ha serta volume tampungan air normal sebesar 723 Juta M3, Waduk Kedungombo mampu mengairi lebih dari 60 ribu hektar lahan pertanian di wilayah Kabupaten Grobogan, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Jepara. Areal seluas itu dilayani dari tiga bendung pengambilan di sepanjang Kali Serang masing-masing Bendung Sidorejo, Bendung Sedadi dan Bendung Klambu yang merupakan sungai yang dijadikan saluran untuk mengalirkan air Waduk Kedungombo sejak pertama tanggal 14 Januari 1989 sampai sekarang. Untuk kebutuhan air daerah irigasi yang dilayani dengan memperhitungkan pengaruh ketersediaan air pada sungai – sungai lain di hilir waduk dan diperhitungkan pula aliran lateral Daerah Tangkapan Air (DTA) di pintu – pintu pengatur dari Bendung tersebut.
- Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
- Perikanan
- Pariwisata
- Mencegah Banjir
- Penampung Air
Referensi
- ^ Tim Brantas Abipraya (2020). Menembus Batas Menjemput Impian (PDF) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Penerbit PPM. hlm. 32. ISBN 979-442-423-4.
- ^ a b Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. ISBN 978-979-3945-23-1.
- ^ "Kedungombo, Jawa Tengah"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-21. Diakses tanggal 2018-08-21.