Yazid bin Abdul Malik

Khalifah Umayyah Kesembilan (720-724)

Yazid bin 'Abdul-Malik (Arab: يزيد بن عبد الملك (687 - 724), juga dikenal dengan Yazid II, adalah khalifah yang berkuasa antara 720 sampai kematiannya pada 724. Yazid merupakan satu-satunya khalifah yang berasal dari Bani Umayyah dari pihak ayah dan ibu. Dari garis ayah, dia termasuk anggota cabang Marwani. Dia mewarisi takhta kekhalifahan setelah kematian sepupunya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Pada masa kekuasaannya, kekhalifahan dihantam perang saudara di berbagai tempat.

Yazīd ibn ‘Abd al-Malik
يزيد بن عبد الملك
Kaligrafi Yazīd ibn ‘Abd al-Malik
Khalifah
Berkuasa5 Februari 720 – 26 Januari 724
(3 tahun, 356 hari)
Pendahulu'Umar bin 'Abdul 'Aziz
PenerusHisyam bin 'Abdul Malik
Informasi pribadi
Kelahiran687
Kematian26 Januari 724 (usia 37)
WangsaUmayyah (Marwani)
Ayah'Abdul Malik bin Marwan
Ibu'Atikah binti Yazid
AnakAl-Walid
AgamaIslam

Awal kehidupan

Yazid adalah khalifah yang merupakan anggota Bani Umayyah dari jalur ayah dan ibu. Ayahnya adalah Khalifah 'Abdul Malik, sedangkan ibunya adalah 'Atikah binti Yazid. Nama Yazid diambil dari nama kakeknya dari pihak ibu, Khalifah Yazid bin Mu'awiyah.

Sebelum menjadi khalifah, Yazid ditunjuk ayahnya sebagai gubernur Amman di Jund Dimasyq.[1] Pada penghujung masa kakak tirinya, Sulaiman bin 'Abdul-Malik, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz ditunjuk sebagai putra mahkota dan Yazid sebagai wakil putra mahkota. Saat 'Umar menjadi khalifah, Yazid menjadi putra mahkota.

Khalifah

Setelah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz mangkat karena diracun budaknya pada 720, Yazid menjadi khalifah dan memegang kendali negara.[2] Pada awalnya Yazid berusaha menjaga pembaharuan yang dilakukan 'Umar, sehingga keluarga besar Bani Umayyah merasa khawatir. Mereka kemudian mengutus 40 ulama dan bersaksi bahwa apapun yang khalifah lakukan tidak akan dimintai pertanggungjawaban dan tidak pula dihukum.[3] Yazid kemudian terpengaruh dan mulai membatalkan kebijakan pendahulunya satu demi satu, di antaranya adalah mengembalikan hak-hak istimewa Bani Umayyah.

Bila dibandingkan dengan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz yang cenderung pasif, kebijakan Yazid terbilang sangat aktif dalam masalah militer. Pada masanya, pasukan Yazid berhadapan dengan pihak Khawarij. Pada masa 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, pihak Khawarij dan khalifah melakukan gencatan senjata dan direncanakan akan diadakan dialog tentang agama dan pandangan politik pihak Khawarij. Namun gencatan senjata ini berakhir setelah 'Umar mangkat dan terjadi peperangan di antara kedua belah pihak. Setelah kemunduran awal, pasukan Yazid berhasil menang dan membunuh pemimpin Khawarij, Syawdhab.[4]

Masa kekuasaan Yazid dihantam oleh konflik internal dan eksternal di sana-sini. Sejumlah perang saudara mulai pecah di bagian yang berbeda dari kekhilafahan seperti Spanyol, Afrika, dan di timur. Yazid bin Muhallab yang ditahan pada masa 'Umar bin 'Abdul 'Aziz melarikan diri ke Iraq dan mendapat dukungan di sana. Dia menolak mengakui Yazid sebagai khalifah dan melancarkan perlawanan serius. Mendapat keberhasilan di awal, Yazid bin Muhallab kemudian dikalahkan dan dibunuh oleh pasukan Maslamah bin 'Abdul Malik pada Agustus 720.[5][6][7] Namun lantaran Maslamah lebih mendukung saudara tirinya, Hisyam, sebagai pewaris takhta daripada mendukung putra Khalifah Yazid, juga khawatir akan kekuasaannya sebagai gubernur Iraq, Khalifah Yazid memberhentikan Maslamah dengan alasan tidak berhasil memberikan pajak provinsinya ke Damaskus, ibukota kekhalifahan saat itu. Jabatan gubernur Iraq kemudian diserahkan kepada anak didik Maslamah, 'Umar bin Hubairah al-Fazari.[5][6][8]

Sekitar tahun 720-721 (102 H), Gubernur Ifriqiyah yang ditunjuk Khalifah Yazid bin 'Abdul Malik, Yazid bin Abi Muslim digulingkan penduduk dan dibunuh. Hal ini dikarenakan Yazid bin Abi Muslim kurang menghormati Muslim non-Arab dan melaksanakan kebijakan keras atas Muslim Berber, seperti membebankan berbagai jenis pajak pada mereka. Hal ini sangat berkebalikan dengan gubernur sebelumnya yang ditunjuk 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, Ismail bin 'Abdullah bin Abi al-Muhajir, yang berusaha menyatukan Muslim non-Arab sebagai satu kesatuan dalam kekhalifahan, dan bukan dianggap sebagai rakyat taklukan. Setelah Yazid bin Abi Muslim terbunuh, gubernur Ifriqiyah sebelum Ismail bin 'Abdullah, Muhammad bin Yazid, dinaikkan kembali menjadi gubernur. Khalifah Yazid mengakui pengangkatan tersebut.[9]

 
Peta kawasan Kaukasus. Hijau adalah wilayah kekhalifahan, kuning merupakan wilayah Kekaisaran Khazar, dan merah adalah kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium).

Pada 721/722, fase utama Perang Arab-Khazar kedua dimulai di Kaukasus. 30.000 pasukan dari pihak Khazar menyerang Armenia pada musim dingin, mengakibatkan kekalahan telak pada pasukan gubernur setempat, Mi'laq bin Saffar al-Bahrani di Marj al-Hijarah pada Februari/Maret 722. Menanggapi hal tersebut, Yazid bin 'Abdul Malik mengutus Al-Jarrah bin 'Abdullah beserta 25.000 pasukan Syria ke Armenia. Al-Jarrah dengan cepat mendorong Khazar kembali melintasi Kaukasus dan berhasil mengambil alih kepemimpinan Balanjar yang merupakan ibukota Khazar. Penduduk Balanjar yang selamat melarikan diri ke utara. Pasukan Al-Jarrah juga menduduki kota Wabandar dan bahkan mendekati Samandar.[10][11][12] Meski telah mendapat kemenangan, pasukan kekhalifahan tidak dapat mencapai kemenangan telak lantaran pasukan Khazar utama tetap utuh dan, sebagaimana pasukan nomaden lain, tidak bergantung pada kota-kota untuk persediaan mereka.

Pada 723, 'Abdurrahman bin Dahhak bin Qais Al-Fihri yang awalnya ditunjuk Khalifah Yazid sebagai gubernur Madinah sejak 720 dipecat lantaran mengancam cicit Nabi Muhammad, Fatimah binti Husain, agar mau menikahinya. Setelah mendengar pengaduan Fatimah, Yazid segera memecatnya, mendenda 40.000 dinar, dan memerintahkan 'Abdurrahman untuk disiksa. 'Abdurrahman menjadi miskin setelahnya dan menjadi pengemis di jalan-jalan Madinah. Kedudukan gubernur Madinah kemudian diberikan kepada 'Abdul Wahid bin 'Abdullah An-Nasri.

Pihak anti-Umayyah mulai mendapat kekuasaan di antara mereka yang tak puas. Ini menyebabkan kelompok seperti Bani Abbasiyah mulai membangun dasar kekuatan yang akan digunakannya untuk meruntuhkan kekuasaan Bani Umayyah perlahan. Namun kekuasaan Umayyah belum benar-benar surut pada masa ini.

Yazid juga mengeluarkan maklumat ikonoklasme pada tahun 721, yakni penghancuran ikon-ikon Kristen, seperti patung dan lukisan. Ada kemungkinan bahwa hal ini juga yang mempengaruhi Kaisar Leo III mengeluarkan kebijakan serupa di Romawi yang dimulai pada 726, memulai masa ikonoklasme Bizantium.

Yazid bin 'Abdul Malik meninggal pada 724 karena tuberkulosis. Ia digantikan saudara tirinya, Hisyam.

Keluarga

Orangtua

Ayah'Abdul Malik. Khalifah yang berkuasa pada 685 – 705.

  • KakekMarwan bin al-Hakam. Khalifah yang berkuasa pada 684 – 685.
  • Nenek — 'Aisyah binti Mu'awiyah bin Al-Mughirah

Ibu — 'Atikah. Seorang ulama, tabi'in, dan ahli dalam periwayatan hadits.

Pasangan dan anak

Rujukan

  1. ^ Bacharach 1996, hlm. 30.
  2. ^ Powers 1989, hlm. 91.
  3. ^ Najeebabadi 2000, hlm. 213.
  4. ^ Powers 1990.
  5. ^ a b Rotter 1991, hlm. 740.
  6. ^ a b Lammens 1987, hlm. 394.
  7. ^ PmbZ, hlm. 190–191.
  8. ^ Blankinship 1994, hlm. 87–88.
  9. ^ Ibnu Khaldun, hlm. 357.
  10. ^ Dunlop 1965, hlm. 482.
  11. ^ Brook 2006, hlm. 127.
  12. ^ Blankinship 1994, hlm. 121–122.

Daftar pustaka

Yazid bin Abdul Malik
Marwani
Cabang kadet Bani Umayyah
Lahir: 687 Meninggal: 26 January 724
Jabatan Islam Sunni
Didahului oleh:
'Umar bin 'Abdul 'Aziz
Khalifah
5 Februari 720 – 26 Januari 724
Diteruskan oleh:
Hisyam bin 'Abdul Malik