Yosonegoro, Limboto Barat, Gorontalo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k fix edit
Sejarah berdirinya Desa Yosonegoro
Baris 13:
'''Yosonegoro''' adalah salah satu [[desa]] di [[Kecamatan]] [[Limboto Barat, Gorontalo|Limboto Barat]], [[Kabupaten Gorontalo]], [[Gorontalo]], [[Indonesia]]. Yosonegoro adalah salah satu desa di Gorontalo, yang didirikan oleh [[Jawa Tondano|orang Jawa Tondano]] setelah mereka dipindahkan [[Belanda]] dari [[Kota Tondano|Tondano]] pada tahun [[1915]]. Jarot Tumenggung Zees yang lahir di kampung Jawa Tondano dan kakaknya, Rahmat Tumenggung Zees, adalah sebagian dari orang Jaton yang mendirikan kampung Jawa Yosonegoro sekitar tahun 1904.
 
SEJARAH YOSONEGORO
{{Limboto Barat, Gorontalo}}
 
Inilah desa masyarakat Jawa Tondano (Jaton) yang pertama di Gorontalo, didiami pada awal 1900-an oleh sekitar 40 jiwa orang Jaton dari Kampung Jawa di Tondano, Minahasa, sulawesi Utara.
 
Migrasi awal orang Jaton dimulai saat Amal Mojo adalah Cicit Ghazali (anak Kiyai Mojo), yang ditugaskan Belanda mengajar di sebuah sekolah di Gorontalo (skrg SMPN 1 Limboto) setelah menamatkan sekolah guru di Ambon tahun 1895.
 
Karena sering pulang ke Tondano untuk menengok kerabatnya, lalu Belanda meminta Amal Mojo untuk membawa saudaranya ke sini. Bersama Gusasi (Kosasih), Amal membawa keluarganya antara lain Rahmat Zees, Jarod Zees, Burhan Zees, Muchtar Pulukadang, Tarikat Mojo, Ichsan Suratinojo, Muhidin Rivai, Ilham Mas Hanafi, Alfan Gusasi, Jumali Suratinojo, Ronggo Danupoyo, Jalil Kiyai Baderan, Napu, dan Arta.
 
Belanda memberi tanah seluas 500 hektar yang membentang dari Desa Tunggulo, Yosonegoro dan Padengo.
 
Sebelum mereka datang, Amal Mojo sudah membentuk Desa Yosonegoroyang berarti membangun negeri.
 
Tahun 1914 mulai banyak pemukiman dan didirikan masjid Al-Muttaqin, dengan imam dan kepala desa pertama Kiyai Rahmat Zees (anak pertama Kiyai Pajang), sesuai kesepakatan para tetua Jaton di Tondano.
 
Di Yosonegoro budaya Jaton dibangun, mereka mengembangkan zikir Jawa sebagai cikal bakal salawat jowo, zikir melayu sebagai hadrah/rodat dan samra dari budaya Arab.
 
Di Desa baru ini mereka mengembangkan pertanian dengan mengenalkan bajak yang ditarik sapi atau kuda.{{Limboto Barat, Gorontalo}}
 
{{Kelurahan-stub}}