Zainul Arifin Pohan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
→‎cleanup: - honorifics, non-notable subjects; fixed infobox; rm. ikon bendera
 
(25 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
{{Nama Batak|[[Suku Batak Toba|Toba]]/[[Suku Batak Angkola|Angkola]]|[[Pohan]]}}
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix = <!-- Hanya gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/haji) -->
|name = {{PAGENAME}}
|image = Hadji Zainul Arifin (Cabinet poster).jpg
|caption = Zainul Arifin sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia
|imagesize =
|office = Ketua Dewan Perwakilan Rakyat|Ketuaorder Dewan= Perwakilan Rakyat Gotong Royongke-2
|caption = Zainul Arifin
|term_start = [[26 Juni 1960]]
|office = Ketua Dewan Perwakilan Rakyat|Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
|term_end = [[13 Januari 1963]]
|order = kedua
|term_start = [[1960]]
|term_end = [[1963]]
|president = [[Soekarno]]
|predecessor = [[Sartono]]
|successor = [[Arudji Kartawinata]]
|office2 = Wakil Perdana Menteri Indonesia
|order2 = kedelapanke-9
|premier2 = [[Ali Sastroamidjojo]]
|co-leader2 = [[Wongsonegoro]]
|term_start2 = [[301 Juli]]Agustus [[1953]]
|term_end2 = [[1224 Agustus]]Juli [[1955]]
|president2 = [[Soekarno]]
|succeeding2 =
|predecessor2 = [[Prawoto Mangkusasmito]]
|president2 = [[Soekarno]]
|successor2 = [[Djanoe Ismadi]]<br /> [[Harsono Tjokroaminoto]]
|predecessor2 = [[Prawoto Mangkusasmito]]
|successor2 = [[Djanoe Ismadi]]<br /> [[Harsono Tjokroaminoto]]
|birth_date = {{birth date|1909|9|2}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], [[Tapanuli Tengah]], [[SumatraSumatera Utara]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1963|3|2|1909|9|2}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|party =
|spouse =
|children =
|residence =
|alma_mater =
|occupation =
|religion = [[Islam]]
}}
 
'''[[Kiai |K.]][[Haji (gelar)|H.]]''' '''Zainul Arifin Pohan''' ({{lahirmati|[[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], [[Tapanuli Tengah]], [[SumatraSumatera Utara]]|2|9|1909|[[Jakarta]]|2|3|1963}}) adalah seorang [[Daftar Wakil Perdana Menteri Indonesia|wakil perdana menteri Indonesia]], ketua [[DPR|DPR-GR]], dan politisi [[Nahdlatul Ulama]] (NU).
 
== Riwayat hidup ==
=== Masa Kanak-Kanak dan Pendidikan ===
Zainul Arifin lahir sebagai anak tunggal dari pasangan raja [[Kesultanan Barus|Barus]], Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan (ayah) dengan bangsawan asal [[Kotanopan, Mandailing Natal]], Siti Baiyah br. Nasution. Ketika Zainul masih balita, kedua orang tuanya bercerai dan ia dibawa pindah oleh ibunya ke Kotanopan, kemudian ke [[Kabupaten Kerinci|Kerinci, Jambi]].<ref Disananame=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-05-07|title=KH Zainul Arifin Pohan: Kehidupan, Karir, dan Panglima Hizbullah|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/07/164711879/kh-zainul-arifin-pohan-kehidupan-karir-dan-panglima-hizbullah|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-11-11}}</ref>

Di sana ia menyelesaikan ''[[HIS|Hollands IndischeHollandsch-Inlandsche School]]'' (HIS) dan sekolah menengah calon guru, ''Normal School''. Selain itu, Arifin juga memperdalam pengetahuan agama di madrasah dan surau saat menjalani pelatihan seni bela diri [[Silat|Pencak Silat]]. Arifin juga seorang pecinta kesenian yang aktif dalam kegiatan seni sandiwara musikal Melayu, ''Stambul Bangsawan'' sebagai penyanyi dan pemain biola. Stambul Bangsawan merupakan awal perkembangan seni panggung sandiwara modern Indonesia. Dalam usia 16 tahun, Zainul merantau ke Batavia ([[Jakarta]]).
 
=== Dari ''Gemeente'' ke GP Ansor ===
Berbekal ijazah HIS Arifin diterima bekerja di pemerintahan kotapraja kolonial (''Gemeente'') sebagai pegawai di Perusahaan Air Minum (PAM) di [[Pejompongan, Jakarta Pusat]]. Di sana ia sempat bekerja selama lima tahun, sebelum akhirnya terkena PHK saat resesi global yang bermula di AS dan berdampak hingga ke wilayah [[Hindia Belanda]]. Keluar dari ''gemeente'', Arifin kemudian memilih bekerja sebagai guru sekolah dasar dan mendirikan pula balai pendidikan untuk orang dewasa, Perguruan Rakyat, di kawasan ''Meester Cornelis'' ([[Jatinegara]]). Zainul juga sering memberi bantuan hukum bagi masyarakat [[Suku Betawi|Betawi]] yang membutuhkan sebagai tenaga Pokrol Bambu, pengacara tanpa latar belakang pendidikan Hukum namun menguasai [[Bahasa Belanda]]. Selain itu ia pun aktif kembali dalam kegiatan seni sandiwara musikal tradisional Betawi yang berasal dari tradisi Melayu, ''Samrah''. Ia sempat mendirikan kelompok ''Samrah'' bernama ''Tonil Zainul''. Dari kegiatan kesenian itu, ia berkenalan dan selanjutnya sangat akrab bersahabat dengan tokoh perfilman nasional, [[Djamaluddin Malik]] yang kala itu juga bergiat dalam kegiatan Samrah. Keduanya kemudian bergabung dengan [[Gerakan Pemuda Ansor]] yang ketika itu memang aktif merekrut tenaga-tenaga muda.
 
Ia sempat mendirikan kelompok ''Samrah'' bernama ''Tonil Zainul''. Dari kegiatan kesenian itu, ia berkenalan dan selanjutnya sangat akrab bersahabat dengan tokoh perfilman nasional, [[Djamaluddin Malik]] yang kala itu juga bergiat dalam kegiatan Samrah. Keduanya kemudian bergabung dengan [[Gerakan Pemuda Ansor]] yang ketika itu memang aktif merekrut tenaga-tenaga muda.
Selama menjadi anggota GP Ansor inilah Arifin kemudian semakin meningkatkan pengetahuan agama dan ketrampilan berdakwahnya sebagai mubaligh muda lewat pelatihan-pelatihan khas Ansor. Kepiawaian Zainul dalam berpidato, berdebat dan berdakwah ternyata menarik perhatian tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, organisasi induk Ansor, termasuk: [[Wahid Hasyim]], Mahfudz Shiddiq, Muhammad Ilyas, dan Abdullah Ubaid. Hanya dalam beberapa tahun saja, Zainul Arifin sudah menjadi Ketua Cabang NU Jatinegara dan berikutnya sebagai Ketua Majelis Konsul NU Batavia hingga datangnya tentara [[Jepang]] tahun 1942. Pada saat itu ia juga bekerja di Perusahaan Air Minum (PAM) pemerintah kotapraja (''gemeente''). Di kota ini ia juga sempat menjadi guru sekolah di daerah Jatinegara dan Bukit Duri Tanjakan.
 
Selama menjadi anggota GP Ansor inilah Arifin kemudian semakinmakin meningkatkan pengetahuan agama dan ketrampilanketerampilan berdakwahnya sebagai mubalighmubalig muda lewat pelatihan-pelatihan khas Ansor. Kepiawaian Zainul dalam berpidato, berdebat dan berdakwah ternyata menarik perhatian tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, organisasi induk Ansor, termasuk: [[Wahid Hasyim]], Mahfudz Shiddiq, Muhammad Ilyas, dan Abdullah Ubaid. Hanya dalam beberapa tahun saja, Zainul Arifin sudah menjadi Ketua Cabang NU Jatinegara dan berikutnya sebagai Ketua Majelis Konsul NU Batavia hingga datangnya tentara [[Jepang]] tahun 1942. Pada saat itu ia juga bekerja di Perusahaan Air Minum (PAM) pemerintah kotapraja (''gemeente''). Di kota ini ia juga sempat menjadi guru sekolah di daerah Jatinegara dan Bukit Duri Tanjakan.
 
=== Menjadi Panglima Hizbullah Masyumi ===
Selama era pendudukan militer Jepang, Zainul Arifin ikut mewakili NU dalam kepengurusan [[Majelis Syuro Muslimin Indonesia]] (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi [[militer]] Hizbullah.
 
Untuk menarik simpati warga hingga ke pedesaan, organisasi-organisasi Islam (utamanya NU) diberi kesempatan untuk lebih aktif terlibat dalam pemerintahan di bawah pendudukan militer Jepang. Zainul Arifin ditugaskan untuk membentuk model kepengurusan ''tonarigumi'', cikal bakal [[Rukun tetangga|Rukun Tetangga]], di kawasan [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]] yang kemudian dibentuk pula hingga ke pelosok-pelosok desa di Pulau Jawa. Ketika [[Perang Pasifik|Perang Asia Pasifik]] semakin memanas, Jepang mengizinkan dibentuknya laskar-laskar semi militer rakyat. Pemuda-pemuda Islam direkrut lewat jalur ''tonarigumi'' membentuk Hizbullah (Tentara Allah). Arifin dipercaya sebagai Panglima Hizbullah dengan tugas utama mengkoordinasimengoordinasi pelatihan-pelatihan semi militer di Cibarusa[[Cibarusah, Bekasi]], dekat Bogor. Dalam puncak kesibukan latihan perang guna mengantisipasi terjadinya Perang Asia Pasifik, [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 di Jakarta]].
 
=== Paska Pasca-Proklamasi Kemerdekaan ===
Zainul kemudian bertugas mewakili partai Masyumi di Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (BP-KNIP), cikal bakal DPR-MPR, sambil terus memegang tampuk pimpinan Hizbullah yang sudah menjelma menjadi pasukan bersenjata. Selama masa Revolusirevolusi, selain mengikuti sidang-sidang BP KNIP yang berpindah-pindah tempat karena kegawatan situasi, Arifin juga memimpin gerakan-gerakan gerilya Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama Agresi Militer I dan II.

Dalam memimpin Laskar Hizbullah, Zainul menggunakan jalur ''tonarigumi'' atau Rukun Tetangga yang dulu dibinanya hingga meliputi desa-desa terpencil di Jawa. Saat terjadi [[Agresi Militer IIBelanda bulan Desember 1948II]], Belanda berhasil menjatuhkanmenduduki Yogyakarta dan menawan Sukarno[[Soekarno]]-[[Mohammad Hatta|Hatta]]. Dalam keadaan darurat, BP KNIP praktis tidak berfungsi. Arifin lantas terlibat sebagai anggota Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa (KPPD), bagian dari [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) yang berkedudukan di Bukit Tinggi, SumatraSumatera Barat.
 
Tugas utama Zainul melakukan konsolidasi atas badan-badan perjuangan yang melancarkan taktik gerilya di bawah komandan Jenderal Sudirman. Saat pemerintah melebur segenap pasukan bersenjata ke dalam satu wadah Tentara Nasional Indonesia, Zainul Arifin sempat dipercaya sebagai Sekertaris Pucuk Pimpinan TNI. Namun akhirnya, ketika banyak mantan anggota laskar Hizbullah yang dinyatakan tidak bisa diterima menjadi anggota TNI karena tidak berpendidikan "modern" dan hanya lulusan Madrasah, ia memilih mengundurkan diri dan berkonsentrasi meneruskan perjuangan sipil di jalur politik.
 
=== Berkiprah di Legislatif dan Eksekutif ===
Setelah Belanda akhirnya [[Konferensi Meja Bundar|mengakui]] kedaulatan RI akhir tahun 1949, Zainul Arifin kembali ke Parlemen sebagai wakil Partai Masyumi di DPRS dan kemudian wakil Partai NU ketika akhirnya partai yang dianggap representasi kiai tradisionalis ini memisahkan diri dari Masyumi pada tahun 1952. Setahun sesudahnya, Arifin berkiprah di lembaga eksekutif dengan menjabat sebagai wakil perdana menteri (waperdam) dalam [[Kabinet Ali SastroamijoyoSastroamidjojo I]] yang memerintah dua tahun penuh (1953-1955).
 
Untuk pertama kalinya dalam sejarah NU, tiga jabatan menteri (sebelumnya NU selalu hanya mendapat jatah satu posisi menteri saja) dijabat tokoh-tokoh NU dengan Zainul Arifin sebagai tokoh NU pertama menjabat sebagai waperdam. Kabinet itu sendiri sukses menyelenggarakan Konfrensi[[Konferensi AsiaAsia–Afrika|Konferensi Asia-Afrika]] di Bandung. Dalam tahun 1955 itu pula Zainul berangkat haji untuk pertama dan terakhir kali ke Tanah Suci bersama Presiden Sukarno. Di sana ia dihadiahi sebilah pedang berlapis emas oleh Raja Arab Saudi, [[Saud dari Arab Saudi|Raja Saud]]. Sekembalinya dari sana Zainul merupakan salah satu tokoh penting yang berhasil menempatkan partai NU ke dalam "tiga besar" pemenang pemilu[[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilu legislatif 1955]], dimana jumlah kursi NU di DPR meningkat dari hanya 8 menjadi 45 kursi. Selain kembali ke parlemen sebagai wakil ketua I DPR RI, setelah pemilu 1955, Arifin juga mewakili NU dalam Majelis [[Konstituante]] hingga lembaga ini dibubarkan Sukarno lewat dekret[[Dekret Presiden 5 Juli 1959|Dekrit Presiden 5 Juli 1959]] karena dipandang gagal merumuskan UUD baru. Pasca DekretDekrit, Indonesia dinyatakan kembali ke [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|UUD 1945]] dan memasuki era [[Demokrasi terpimpin|Demokrasi Terpimpin]]. Pada masa itu terjadi pemusatan kekuasaan pada diri Presiden yang berkeras untuk menerapkan paham [[Nasakom|NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis)]] yang menyudutkan partai-partai agama yang tidak ingin [[Partai Komunis Indonesia|Partai Komunis Indonesia (PKI)]] berkembang di Indonesia.
 
== Karier politik ==
[[Berkas:Zainul Arifin bersama Sukarno di Mesjid Leningrad Russia 1960.jpg|ka|jmpl|Zainul Arifin bersama [[Sukarno]] di Masjid Leningrad, [[Uni Soviet]] pada [[1960]]]]
Sejak [[proklamasi]] kemerdekaan Zainul Arifin langsung duduk dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), cikal bakal lembaga legislatif [[MPR]]/[[DPR]]. Hingga akhir hayatnya Arifin aktif di parlemen mewakili partai Masyumi dan kemudian partai NU setelah NU keluar dari Masyumi pada [[1952]]. Hanya selama 1953-19551953–1955 ketika menjabat sebagai wakil perdana menteri dalam kabinet Ali-Arifin (Kabinet Ali Sastroamijoyo I) Zainul terlibat dalam badan eksekutif. Kabinet dipada era Demokrasi Parlementer ini sukses menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955.
 
[[Pemilu]] pertama [[1955]] mengantar Zainul Arifin sebagai anggota Majelis Konstituante sekaligus wakil ketua DPR sampai kedua lembaga dibubarkan [[Sukarno]] melalui Dekret Presiden [[5 Juli]] [[1959]]. Memasuki era Demokrasi Terpimpin itu, Arifin bersedia mengetuai DPR Gotong Royong (DPRGR) sebagai upaya partai NU membendung kekuatan Partai Komunis Indonesia ([[PKI]]) di parlemen. Ditengah meningkatnya suhu politik, pada [[14 Mei]] [[1962]], saat [[salat]] [[Idul Adha|Iduladha]] di barisan terdepan bersama Sukarno, Zainul tertembak [[peluru]] yang diarahkan seorang pemberontak DI/TII dalam percobaannya membunuh [[presiden]].<ref Zainulname=":0" Arifin wafat tanggal [[2 Maret]] [[1963]] setelah menderita luka bekas tembakan dibahunya selama sepuluh [[bulan]]./>
 
== Meninggal ==
[[Berkas:Zainul Arifin - TMP Kalibata 1.jpg|jmpl|Makam Zainul Arifin di TMP Kalibata, Jakarta]]
 
Zainul Arifin wafat pada tanggal [[2 Maret]] [[1963]] setelah menderita luka bekas tembakan di bahunya selama sepuluh [[bulan]]. Ia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta.<ref>Wulandari, T., S. S. (1995). Ensiklopedi Pahlawan Nasional. hlm 32. Indonesia: Sub Direktorat Sejarah, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendral Kebudayaan.</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
 
* {{id}} [http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ministers/popup_biodata_pejabat.asp?id=148 Biodata pada Kepustakaan Presiden RI]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Wakil Perdana Menteri Indonesia}}
{{lifetime|1909|1963|Arifin, Zainul}}
 
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Batak|P]]
[[Kategori:Tokoh Sumatra Utara]]
[[Kategori:Marga Pohan|Zainul Arifin]]
[[Kategori:PahlawanTokoh nasionalSumatera IndonesiaUtara]]
[[Kategori:Tokoh SumatraNahdlatul UtaraUlama]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Nadhlatul Ulama]]
[[Kategori:Wakil Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]