Zainul Arifin Pohan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
→cleanup: - honorifics, non-notable subjects; fixed infobox; rm. ikon bendera |
||
(25 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{noref}}
{{Nama Batak|[[Suku Batak Toba|Toba]]/[[Suku Batak Angkola|Angkola]]|[[Pohan]]}}
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix = <!-- Hanya gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/haji) -->
|name = {{PAGENAME}}
|image =
|caption = Zainul Arifin sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia
▲|office = Ketua Dewan Perwakilan Rakyat|Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
▲|term_start = [[1960]]
▲|term_end = [[1963]]
|president = [[Soekarno]]
|predecessor = [[Sartono]]
|successor = [[Arudji Kartawinata]]
|office2
|order2
|premier2
|co-leader2
|term_start2
|term_end2
▲|president2 = [[Soekarno]]
▲|predecessor2 = [[Prawoto Mangkusasmito]]
▲|successor2 = [[Djanoe Ismadi]]<br /> [[Harsono Tjokroaminoto]]
|birth_date = {{birth date|1909|9|2}}
|birth_place =
|death_date = {{death date and age|1963|3|2|1909|9|2}}
|death_place =
|party =
|spouse =
|children =
|alma_mater =
}}
'''[[Kiai
== Riwayat hidup ==
=== Masa Kanak-Kanak dan Pendidikan ===
Zainul Arifin lahir sebagai anak tunggal dari pasangan raja [[Kesultanan Barus|Barus]], Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan (ayah) dengan bangsawan asal [[Kotanopan, Mandailing Natal]], Siti Baiyah br. Nasution. Ketika Zainul masih balita, kedua orang tuanya bercerai dan ia dibawa pindah oleh ibunya ke Kotanopan, kemudian ke [[Kabupaten Kerinci|Kerinci, Jambi]].<ref
Di sana ia menyelesaikan ''[[ === Dari ''Gemeente'' ke GP Ansor ===
Berbekal ijazah HIS Arifin diterima bekerja di pemerintahan kotapraja kolonial (''Gemeente'') sebagai pegawai di Perusahaan Air Minum (PAM) di [[Pejompongan, Jakarta Pusat]]. Di sana ia sempat bekerja selama lima tahun, sebelum akhirnya terkena PHK saat resesi global yang bermula di AS dan berdampak hingga ke wilayah [[Hindia Belanda]]. Keluar dari ''gemeente'', Arifin kemudian memilih bekerja sebagai guru sekolah dasar dan mendirikan pula balai pendidikan untuk orang dewasa, Perguruan Rakyat, di kawasan ''Meester Cornelis'' ([[Jatinegara]]). Zainul juga sering memberi bantuan hukum bagi masyarakat [[Suku Betawi|Betawi]] yang membutuhkan sebagai tenaga Pokrol Bambu, pengacara tanpa latar belakang pendidikan Hukum namun menguasai [[Bahasa Belanda]]. Selain itu ia pun aktif kembali dalam kegiatan seni sandiwara musikal tradisional Betawi yang berasal dari tradisi Melayu, ''Samrah''
Ia sempat mendirikan kelompok ''Samrah'' bernama ''Tonil Zainul''. Dari kegiatan kesenian itu, ia berkenalan dan selanjutnya sangat akrab bersahabat dengan tokoh perfilman nasional, [[Djamaluddin Malik]] yang kala itu juga bergiat dalam kegiatan Samrah. Keduanya kemudian bergabung dengan [[Gerakan Pemuda Ansor]] yang ketika itu memang aktif merekrut tenaga-tenaga muda.
Selama menjadi anggota GP Ansor inilah Arifin kemudian semakin meningkatkan pengetahuan agama dan ketrampilan berdakwahnya sebagai mubaligh muda lewat pelatihan-pelatihan khas Ansor. Kepiawaian Zainul dalam berpidato, berdebat dan berdakwah ternyata menarik perhatian tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, organisasi induk Ansor, termasuk: [[Wahid Hasyim]], Mahfudz Shiddiq, Muhammad Ilyas, dan Abdullah Ubaid. Hanya dalam beberapa tahun saja, Zainul Arifin sudah menjadi Ketua Cabang NU Jatinegara dan berikutnya sebagai Ketua Majelis Konsul NU Batavia hingga datangnya tentara [[Jepang]] tahun 1942. Pada saat itu ia juga bekerja di Perusahaan Air Minum (PAM) pemerintah kotapraja (''gemeente''). Di kota ini ia juga sempat menjadi guru sekolah di daerah Jatinegara dan Bukit Duri Tanjakan.▼
▲Selama menjadi anggota GP Ansor inilah Arifin kemudian
=== Menjadi Panglima Hizbullah Masyumi ===
Selama era pendudukan militer Jepang, Zainul Arifin ikut mewakili NU dalam kepengurusan [[Majelis Syuro Muslimin Indonesia]] (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi [[militer]] Hizbullah.
Untuk menarik simpati warga hingga ke pedesaan, organisasi-organisasi Islam (utamanya NU) diberi kesempatan untuk lebih aktif terlibat dalam pemerintahan di bawah pendudukan militer Jepang. Zainul Arifin ditugaskan untuk membentuk model kepengurusan ''tonarigumi'', cikal bakal [[Rukun tetangga|Rukun Tetangga]], di kawasan [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]] yang kemudian dibentuk
===
Zainul kemudian bertugas mewakili partai Masyumi di Badan Pekerja [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (BP-KNIP), cikal bakal DPR-MPR, sambil terus memegang tampuk pimpinan Hizbullah yang sudah menjelma menjadi pasukan bersenjata. Selama masa
Dalam memimpin Laskar Hizbullah, Zainul menggunakan jalur ''tonarigumi'' atau Rukun Tetangga yang dulu dibinanya hingga meliputi desa-desa terpencil di Jawa. Saat terjadi [[Agresi Militer Tugas utama Zainul melakukan konsolidasi atas badan-badan perjuangan yang melancarkan taktik gerilya di bawah komandan Jenderal Sudirman. Saat pemerintah melebur segenap pasukan bersenjata ke dalam satu wadah Tentara Nasional Indonesia, Zainul Arifin sempat dipercaya sebagai Sekertaris Pucuk Pimpinan TNI. Namun akhirnya, ketika banyak mantan anggota laskar Hizbullah yang dinyatakan tidak bisa diterima menjadi anggota TNI karena tidak berpendidikan "modern" dan hanya lulusan Madrasah, ia memilih mengundurkan diri dan berkonsentrasi meneruskan perjuangan sipil di jalur politik.
=== Berkiprah di Legislatif dan Eksekutif ===
Setelah Belanda akhirnya [[Konferensi Meja Bundar|mengakui]] kedaulatan RI akhir tahun 1949, Zainul Arifin kembali ke Parlemen sebagai wakil Partai Masyumi di DPRS dan kemudian wakil Partai NU ketika akhirnya partai yang dianggap representasi kiai tradisionalis ini memisahkan diri dari Masyumi pada tahun 1952. Setahun sesudahnya, Arifin berkiprah di lembaga eksekutif dengan menjabat sebagai wakil perdana menteri (waperdam) dalam [[Kabinet Ali
Untuk pertama kalinya dalam sejarah NU, tiga jabatan menteri (sebelumnya NU selalu hanya mendapat jatah satu posisi menteri saja) dijabat tokoh-tokoh NU dengan Zainul Arifin sebagai tokoh NU pertama menjabat sebagai waperdam. Kabinet itu sendiri sukses menyelenggarakan
== Karier politik ==
[[Berkas:Zainul Arifin bersama Sukarno di Mesjid Leningrad Russia 1960.jpg|ka|jmpl|Zainul Arifin bersama [[Sukarno]] di Masjid Leningrad, [[Uni Soviet]] pada [[1960]]]]
Sejak [[proklamasi]] kemerdekaan Zainul Arifin langsung duduk dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), cikal bakal lembaga legislatif [[MPR]]/[[DPR]]. Hingga akhir hayatnya Arifin aktif di parlemen mewakili partai Masyumi dan kemudian partai NU setelah NU keluar dari Masyumi pada [[1952]]. Hanya selama
[[Pemilu]] pertama [[1955]] mengantar Zainul Arifin sebagai anggota Majelis Konstituante sekaligus wakil ketua DPR sampai kedua lembaga dibubarkan [[Sukarno]] melalui Dekret Presiden [[5 Juli]] [[1959]]. Memasuki era Demokrasi Terpimpin itu, Arifin bersedia mengetuai DPR Gotong Royong (DPRGR) sebagai upaya partai NU membendung kekuatan Partai Komunis Indonesia ([[PKI]]) di parlemen. Ditengah meningkatnya suhu politik, pada [[14 Mei]] [[1962]], saat [[salat]] [[Idul Adha|Iduladha]] di barisan terdepan bersama Sukarno, Zainul tertembak [[peluru]] yang diarahkan seorang pemberontak DI/TII dalam percobaannya membunuh [[presiden]].<ref
== Meninggal ==
[[Berkas:Zainul Arifin - TMP Kalibata 1.jpg|jmpl|Makam Zainul Arifin di TMP Kalibata, Jakarta]]
Zainul Arifin wafat pada tanggal [[2 Maret]] [[1963]] setelah menderita luka bekas tembakan di bahunya selama sepuluh [[bulan]]. Ia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta.<ref>Wulandari, T., S. S. (1995). Ensiklopedi Pahlawan Nasional. hlm 32. Indonesia: Sub Direktorat Sejarah, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendral Kebudayaan.</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ministers/popup_biodata_pejabat.asp?id=148 Biodata pada Kepustakaan Presiden RI]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Wakil Perdana Menteri Indonesia}}
{{lifetime|1909|1963|Arifin, Zainul}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Batak|P]]
[[Kategori:Tokoh Sumatra Utara]]▼
[[Kategori:Marga Pohan|Zainul Arifin]]
[[Kategori:
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Nadhlatul Ulama]]
[[Kategori:Wakil Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
|