Abadi (surat kabar)

Abadi adalah surat kabar harian yang diterbitkan oleh Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).

Abadi
Laman depan edisi Minggu Abadi, 30 November 1958
TipeSurat kabar harian
FormatLembar lebar
Didirikan2 Januari 1951
BahasaIndonesia
Berhenti publikasi1960-1968, 1974
PusatJakarta

Pembentukan sunting

Tim redaksi dari surat kabar Abadi pertama kali dibentuk pada 1947 dengan tujuan menyuarakan aspirasi umat Islam Indonesia yang mayoritas berhimpun di dalam Partai Masyumi, partai yang dibentuk pada tahun 1945 berdasarkan Muktamar Islam Ala Indonesia (MIAI).[butuh rujukan]

Penerbitan sunting

Surat kabar Abadi memulai penerbitan pertamanya di Kota Jakarta pada tahun 1951. Tim redaksinya dipimpin oleh Suardi Tasrif. Awalnya, alamat redaksinya di Jalan Blora Nomor 36-37. Kantor redaksi kemudian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya Nomor 45.[1]

Pemberhentian sunting

Setelah 13 tahun terbit secara teratur, pada tahun 1960 Abadi berhenti beredar bersamaan dengan dibubarkannya Partai Masyumi dan Partai Syarikat Islam (PSI) oleh Presiden Soekarno, setelah terjadinya pemberontakan PRRI/Permesta.[butuh rujukan]

Sebelum dibubarkan, Nahdlatul Ulama (NU) dan Syarikat Islam sudah lebih dahulu keluar dari Masyumi karena perbedaan pandangan politik. NU kemudian mendirikan koran Duta Masyarakat dan Syarikat Islam mendirikan koran Nusa Putera.[butuh rujukan]

Pada tahun 1968 Abadi terbit kembali. Namun pada tahun 1974, ia dibreidel bersama tujuh surat kabar lainnya akibat pemberitaan peristiwa Malari. Akibat pembreidelan itu sebagian wartawan Abadi ditampung di koran Pelita.[butuh rujukan]

Ketika berhenti beredar pada 1960, Abadi dipimpin, antara lain, oleh Burhanuddin Harahap dan Suardi Tasrif. Saat terbit kembali, koran ini dipimpin, antara lain, oleh Sumarso Sumarsono, Hutasuhut, dan Yusuf Abdullah Puar.[butuh rujukan]

Referensi sunting

  1. ^ Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 1. ISBN 979-685-308-6. 

Bacaan lanjutan sunting