Abdoel Halim
Dr. Abdul Halim (ejaan Lama: Abdoel Halim) (27 Desember 1911 – 4 Juli 1987) adalah Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Halim (1949) yang memerintah ketika Republik Indonesia menjadi bagian Republik Indonesia Serikat.
Abdoel Halim | |
---|---|
Perdana Menteri Indonesia ke-4 | |
Masa jabatan 16 Januari 1950 – 5 September 1950 | |
Presiden | Soekarno |
Wakil PM | Abdul Hakim |
Menteri Pertahanan Indonesia ke-6 | |
Masa jabatan 6 September 1950 – 17 Desember 1950 | |
Presiden | Soekarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda | 27 Desember 1911
Meninggal | 4 Juli 1987 Jakarta, Indonesia | (umur 75)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Non Partai |
Almamater | Geneeskundige Hoogeschool te Batavia |
Profesi | Politikus, Dokter |
Sunting kotak info • L • B |
Riwayat Hidup
suntingLatar belakang dan pendidikan
suntingAbdul Halim lahir dari pasangan Achmad Sutan Mangkuto dan Darama asal Banuhampu, Agam, Sumatera Barat. Pada usia 7 tahun, Abdullah, sepupu ibunya yang pada waktu itu menjadi salah satu pemimpin Bataafsche Petroleum Maatscappij (BPM - sekarang dikenal sebagai Pertamina) membawanya ke Jakarta. Disini ia menerima pendidikan sejak di HIS, MULO, AMS B, hingga lulus dari GHS (Geneeskundige Hooge School atau Sekolah Kedokteran yang sekarang dikenal sebagai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).
Masa perjuangan 1945-1949
suntingSejak Proklamasi 1945 ia duduk sebagai Wakil Ketua BP-KNIP bersama Assaat yang menjabat Ketua BP-KNIP. Badan Pekerja (BP) yang beranggotakan 28 orang, adalah badan pelaksana yang melakukan pekerjaan sehari-hari dari Komite Nasional Indonesia Pusat yang beranggotakan 137 orang.
Pada tahun 1948, Halim ikut membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat. Pada masa revolusi fisik (1945-1949) ia tidak pernah melakukan praktik dokter. Selain sebagai politisi, Halim juga mempunyai hobi memelihara mobil kesayangannya. Sehingga oleh kawan-kawannya, ia dijuluki sebagai "dokter mobil" alias "montir mobil".
Masa RI dan setelah RIS 1950
suntingPada masa Republik Indonesia Serikat, Ia dipercaya sebagai Perdana Menteri di mana Mr. Assaat sebagai acting Presiden. Kemudian setelah RIS ia duduk dalam Kabinat Natsir. Setelah melepaskan jabatan sebagai Menteri Pertahanan (ad interim) di Kabinet Natsir, Abdul Halim kembali menekuni bidangnya sebagai dokter dan menjabat direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (1951-1961). Abdul Halim terakhir menjabat sebagai Inspektur Jenderal RSCM dan meninggal di Jakarta.
Jauh dari kegiatan politik, Halim yang memiliki hobi bermain sepak bola, terlibat dalam pembentukan Voetbalbond Indonesische Jakarta (sekarang Persija) pada tahun 1927. Di klub tersebut ia menjadi ketua selama beberapa tahun. Dari 1951-1955 ia menjabat sebagai Vice Chairman dan kemudian ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Halim diangkat sebagai ketua Ikada Foundation yang membangun Stadion Ikada, Jakarta. Pada tahun 1952 ia memimpin kontingen Indonesia pertama dalam Olimpiade Helsinki.[1]
Penghargaan
sunting- Bintang Mahaputera Utama (22 Juni 1987)[2]
Referensi
sunting- ^ Chaniago, J.R. (1981). Di Antara Hempasan dan Benturan. Arsip Nasional Republik Indonesia.
- ^ "Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003" (PDF). Sekretariat Negara Republik Indonesia. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 2021-01-20.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Mohammad Hatta |
Perdana Menteri Indonesia 1950 |
Diteruskan oleh: Muhammad Natsir |