Abu Moese Azhari
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada November 2022. |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Abu Moese Azhari atau lebih dikenal sebagai AR Moese (29 April 1939 – 26 Agustus 2007) adalah seorang tokoh musik Aceh. Abu Moese Azhari merupakan pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) dengan jabatan terakhir Kasi Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tengah, sempat mendirikan kursus musik di Aceh Tengah. Aktivitas kursus sempat vakum belasan tahun, namun belakangan dibuka kembali dengan murid yang terbatas.
Abu Moese Azhari | |
---|---|
Lahir | Abu Moese Azhari 29 April 1939 Takengon, Indonesia |
Meninggal | Minggu 26 Agustus 2007, Jam 02.05 WIB (Umur 68) Belang Mersa, Takengon |
Nama lain | AR Moese |
Pekerjaan | Komponis, Musikus |
Moese pertama sekali menciptakan lagu berjudul “Renggali” pada 1954. Lagu ini demikian populernya, sampai-sampai dibawakan oleh penari Seudati Kontingen Aceh pada Pekan Kebudayaan III.
Pendidikan
suntingPendidikan musik modern ini diperolehnya dari Sekolah Musik di Yogyakarta, pada periode tahun 1958-1961 dan dari jurusan Seni Musik IKIP Rawamangun Jakarta.
Seni Musik
suntingAR Moese adalah orang yang berada di balik pencapaian kemajuan seni musik di Gayo, Aceh Tengah. Melalui kemampuannya yang luar biasa, Moese menggubah sastra didong menjadi karya musik modern dengan tetap mempertahankan kekayaan melodi Gayo. Berkat “sentuhan tangan” Moese lah, hingga karya-karya seni didong - jenis kesenian tradisional yang menyampaikan puisi-puisi Gayo dengan cara mendendangkannya dalam iringan tepukan tangan dan kanvas ukuran kecil sebagai rythem, bisa dimainkan dalam format musik modern.
Karier
suntingKarya-karya gubahan tersebut antara lain Perueren, Jempung (Cipt Ceh Daman), Tampok Pinang (Ceh Sali Gobal), Pegasing (Ceh Lakiki), Takengen (Arika ), Batil, Tingkis, Geremukunah, Lut Tenelen (Ibhrahim Kadir) dan lain-lain.
Selain melahirkan karya gubahan, Moese juga melahirkan serangkaian karya orisinal yang sampai sekarang masih tetap dihafal dengan baik oleh generasi penerus musik di Gayo, seperti; Tangke Nate, Garipo, Lane, Merbuk (bersama Sebi), Macik, Renem Jejem (khusus lagu ini pernah menjadi lima besar dalam lomba Paduan Suara Tk Nasional, di Jakarta 1995), Kesume Gayo, Semah Sujud, Macik, Reriyep, Tawar Sedenge, Payung Kertas, Jejari, mars dan himne Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon dan lagu/mars untuk seluruh fakultas di lingkungan UGP.
Kemampuan Moese tersebut dimungkinkan karena selain menguasai benar melodi Gayo, ia juga menguasai musik klasik. Pendidikan musik modern ini diperolehnya dari Sekolah Musik di Yogyakarta, pada periode tahun 1958-1961 dan dari jurusan Seni Musik IKIP Rawamangun Jakarta, pada periode tahun 1982-1986, serta ditunjang pula pengalaman Moese saat bergabung dengan kelompok orkestra pimpinan Idris Sardi pada awal tahun 70-an yang pada zaman itu acap tampil di TVRI mengiringi penyanyi-penyanyi Indonesia.
Pranala luar
sunting- Sosok [1][pranala nonaktif permanen]
- IN MEMORIAM AR MOESE [2][pranala nonaktif permanen]
- Pencipta Lagu "Tawar Sedenge" [3][pranala nonaktif permanen]
- Komponis Gayo Meninggal [4][pranala nonaktif permanen]