Alfons Taryadi

(Dialihkan dari Alfons taryadi)


Alfons Taryadi (11 Mei 1936 – 18 Mei 2013) adalah sastrawan, penulis, dan editor berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya yang dipublikasikan di media massa dan diterbitkan dalam bentuk buku.[1]

Alfons Taryadi
Lahir(1936-05-11)11 Mei 1936
Indonesia Klaten, Jawa Tengah,Indonesia
Meninggal18 Mei 2013(2013-05-18) (umur 77)
Indonesia Jakarta, Indonesia
Pekerjaansastrawan
editor
KebangsaanIndonesia Indonesia

Latar belakang

sunting

Alfons Taryadi mencintai dunia tulis-menulis sejak usia mudia. Minatnya lebih terpacu ketika menempuh pendidikan di Seminari Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Di sekolah tersebut memiliki koleksi buku sangat banyak yang di baca. Apalagi salah seorang pastur di sana mengkondisikan Alfons untuk mencintai buku sastra dan humaniora. Oleh pihak seminari, akhirnya Alfons disekolahkan di Poona, India, mengambil jurusan filsafat, sampai memperoleh gelar Licentiate in Philosophy dari Pontificial Athaeneu, Poona, India (1965). Namun, karena ada keraguan dan ketakutan tak patut dan tak kuat menyandang posisi pastur, akhirnya setahun setelah pulang dari India, Alfons memutuskan keluar dari seminari. Keluarganya sempat kecewa karena menjadi pastur adalah suatu kehormatan. Selanjutnya Alfons masuk grup Kompas Gramedia (1966), mengawali karier sebagai editor majalah Intisari, sebelum ditugaskan sebagai editor kebudayaan Kompas. Untuk mendukung profesi tersebut, ia juga kuliah filsafat di Universitas Indonesia.[2]

Karier

sunting

Setelah lulus dan meraih sarjana filsafat dari jurusan Filsafat Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1979), kariernya di grup Kompas semakin menanjak dengan dipercaya menjabat sebagai Presiden Direktur PT Sarana Informatika (1987-1996), Presiden Direktur PT Elex Media Komputindo (1987-1996), Presiden Direktur PT Gramedia Widiasarana (1990-1996), Presiden Direktur PT Gramedia Pustaka Utama (1990-1996), serta Wakil Presiden Direktur Kelompok Kompas Gramedia (1990-1996).[3][4]

Setelah pensiun dari Gramedia pada tahun 1996, ia masih tetap berkutat pada perbukuan. Selain menjadi Ketua I Dewan Pertimbangan Ikapi, Koordinator Program Pustaka Ikapi-Ford Foundation, Wakil Ketua Yayasan Bhumiksara dan Koresponden Indonesia untuk Asian/Pacific Book Development sejak 1998, Ia juga pernah menjadi pengajar pada Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan Politeknik UI (1997-1999). Kegiatannya yang lain yang sempat ia jalani yakni menulis kesenian dan budaya di berbagai media, bergaul dengan seniman, ikut teater keliling, dan sempat bergabung dengan Sanggar Prativi, bermain drama, serta pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta serta Ketua Ikatan Sarjana Filsafat Indonesia cabang DKI Jaya. Alfons menguasai empat bahasa asing dan kerap menterjemahkan karya-karya sastra asing, di antaranya Wanita I & II (1975, karya Paul I. Wellman), Papillon (1987, karya Henri Charrierre), Gadis Penyemir Sepatu (1995, karya Robert Balla), dan Manuskrip Celestine (1997; karya James Redfield). Ia juga menjadi editor buku dalam Indonesia Baru (kumpulan esai, 2000). Atas kemampuan dan ketokohannya di dunia perbukuan dan sastra, Alfon sering diundang ke luar negeri menjadi pembicara pada forum buku internasional.[5]

  • Epistemologi Pemecahan Masalah Menurut Karl R. Popper (1989)
  • Strategi Pengembangan Perbukuan Nasional (bersama Bun Yamin Ramto dan Zakarsyi Nurdin, 1995)
  • Wanita I, terjemahan dari The Female karya I Paul Wellman (1975)
  • Wanita II, terjemahan dari The Female karya I Paul Wellman (1975)
  • Buku dalam Indonesia Baru (kata pengantar dan editor, 1999)
  • Papilon I, terjemahan dari Daughter of Silence karya Morris West (1979)
  • Papilon II, terjemahan dari Daughter of Silence karya Morris West (1979)
  • Rahasia Shambala terjemahan dari The Secret of Shambhala karya James Redfield (2001)

Referensi

sunting