Aliyan, Rogojampi, Banyuwangi
Aliyan adalah sebuah nama desa di wilayah Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sama seperti Desa Alasmalang di Kecamatan Singojuruh, Desa Aliyan juga memiliki kesenian Kebo-keboan.
Aliyan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kantor Desa Aliyan | |||||
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Banyuwangi | ||||
Kecamatan | Rogojampi | ||||
Kode pos | 68462 | ||||
Kode Kemendagri | 35.10.13.2001 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Pembagian wilayah
suntingDesa Aliyan terdiri dari 7 dusun, yaitu:
- Dusun Bolot
- Dusun Cempokosari
- Dusun Damrejo
- Dusun Kedawung
- Dusun Krajan
- Dusun Sukodono
- Dusun Temurejo
Pendidikan
suntingLembaga pendidikan formal di Desa Aliyan adalah sebagai berikut:
- SD Negeri 1 Aliyan
- SD Negeri 2 Aliyan
- SD Negeri 3 Aliyan
Sejarah
suntingBabad Tawangalun menuturkan bahwa Tawangalun yang waktu itu menjadi Pangeran Kedhawung kemudian mengalah kepada adiknya dan membuka pemukiman baru di Hutan Bayu bersama 40 orang pengikutnya.
Setelah itu beliau bertapa di pangabekten dan bertemu dengan Macanputih yang mengantarkannya sampai di hutan Sudimara.
Selanjutnya bersama penduduk Bayu beliau membangun kota baru di tempat tersebut selama lima tahun sepuluh bulan (antara tahun 1655-1661).
Ibukota Balambangan kemudian dipindahkan ke Macanputih. Penduduk dari Kuthadawung (di Paleran Umbulsari Jember) di barat Gunung, pindah ke Macanputih di timur Gunung. Semakin lama semakin banyak penduduk yang ikut pindah hingga mencapai lebih dari 2.000 jiwa.
Demikianlah mereka kemudian membangun desa-desa baru. Beberapa diberi nama sama dengan nama kutha yang lama, Dawung. Maka muncullah Kedhawung Sraten, Kedhawung Aliyan, dan Kedhawung lainnya. Itu semua terjadi antara tahun 1655-1665.
Nama Aliyan atau Alihan bermakna Pindah atau dipindahkan. Yakni berpindahnya penduduk Kuthadawung ke Macanputih dan sekitarnya. Dengan demikian perpindahan ini terjadi sekitar tahun 1655.
Siapa yang memimpin pembabatan hutan di Aliyan, tidak ada catatan tentang itu, namun bisa saja kita mengikuti cerita rakyat tentang tokoh Ki Wiradigdaya sebagai tokoh tertua dalam kisah tutur. Tokoh ini diperkirakan hidup sezaman dengan Susuhunan Prabu Tawangalun II.
Jika dilihat dalam buku Perebutan Hegemoni Blambangan yang mengutip catatan ANRI Arsip Daerah Residensi Banyuwangi no.7, di Kemantren Ragajampi terdapat sebuah desa bernama Kulikalian.
Kata Kulik dalam Kulikalian secara toponimi mirip dengan kata Kulih yang mana dalam Kamus Bahasa Using Hasan Ali kata Kulih berarti “kembali seperti semula”.
Karena catatan kompeni tersebut dibuat pada masa kekuasaan Residen Lodewijk Uittermoole dan Gezaghebber Surabaya, R. Fl. Van der Niepoort (1772-1784) atau sezaman dengan kekuasaan Mas Alit/Tumenggung Wiraguna, tentu kata Kulih ini menunjukkan bahwa di Aliyan pernah terjadi sesuatu yang membuatnya rusak dan kemudian dibangun kembali sehingga pulih seperti sedia kala. Kejadian apakah itu?
Kita dapat menyimak dalam [Babad Bayu], yang memuat daftar kepala desa yang terlibat dalam [Perang Bayu] tahun 1771-1772 bersama [Mas Rempeg]. Diantaranya, disana terdapat nama kepala desa Alihan saat itu, yaitu Ki Kidang Garingsing.
Kita mungkin dapat menghubungkan nama Ki Kidang Garingsing salah satu ksatria Macanputih era Prabu Danuningrat (1736-1764). Jadi Ki Kidang Garingsing hidup sezaman dengan Agung Wilis hingga Rempeg Jagapati (1705-1774). Karena dahulu kekuasaan selalu diwariskan turun temurun, maka Ki Kidang Garingsing kemungkinan adalah cucu dari pembabat desa yakni Ki Wiradigdaya yang hidup era Susuhunan Prabu Tawangalun II.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa penduduk Alihan terlibat penuh dalam Perang Bayu mempertahankan kemerdekaan Balambangan dari serbuan tentara penjajah, yakni kompeni Belanda dan sekutunya. Karena itu penduduknya ikut dibantai oleh Belanda dan desanya termasuk desa-desa yang dibumihanguskan oleh penjajah itu.
Lalu siapa yang membangkitkan kembali Alihan pasca dibumihangus oleh kompeni Belanda dan sekutunya hingga menjadi seperti sediakala? Dalam Suluk Balumbung kita menemukan nama Ki Wangsakenanga.
Apakah Buyut Wongsokenongo yang kini makamnya berada di Aliyan adalah orang yang sama dengan Ki Wangsakenanga itu?, dugaan penulis adalah demikian adanya. Dengan begitu, dapat diperkirakan bahwa Buyut Wangsa Kenanga atau Ki Wangsakenanga adalah orang yang membangkitkan kembali desa Alihan.
Karena itu saat desa-desa didata jumlah penduduknya pada masa Residen Lodewijk Uittermoole, saat itu desa Alihan telah berbenah dan kembali seperti sediakala.
Orang luar desa menyebutnya Kulih Alihan atau Kulikalian, sedangkan orang Alihan sendiri tetap menyebut desa mereka dengan nama Alihan yang kemudian kini dikenal sebagai Desa Aliyan.
Ditulis oleh Aji Ramawidi 6 September 2018
Pranala luar
sunting- Situs resmi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Diarsipkan 2009-02-22 di Wayback Machine.
- https://ajisangkala.id/sejarah-desa-aliyan/ (Sejarah Desa Aliyan)
- https://balambangan.id/sejarah-desa-aliyan/ (Sejarah Desa Aliyan)
- https://balambangan.id/ki-wongso-kenongo-legenda-asal-usul-tradisi-keboan-aliyan/
Galeri
sunting-
Kantor Desa Aliyan (2011)