Roh Kudus

Gereja Roh Kudus Dalam Hidup Kristiani
(Dialihkan dari Allah Roh Kudus)

Konsep Roh Kudus dikenal dalam beberapa agama.

Merpati Roh Kudus (kaca patri pualam, Kursi Santo Petrus, Basilika Santo Petrus, Kota Vatikan), ca. 1660

Yudaisme

sunting

Dalam Yudaisme, Roh Kudus adalah kekuatan ilahi, kualitas, dan pengaruh Yahweh atas alam semesta atau atas ciptaan-ciptaan-Nya. Dalam Kekristenan, Roh Kudus (atau lengkapnya Allah Roh Kudus) adalah pribadi ketiga dalam konsep Tritunggal. Dalam Islam, pandangan mengenai Roh Kudus bermacam-macam, tetapi umumnya merujuk pada malaikat Jibril.

Frasa bahasa Ibrani ruach ha-kodesh (Ibrani: הקודש, "Roh Kudus" juga ditransliterasikan ruacḥ ha-qodesh) digunakan dalam Alkitab Ibrani dan tulisan-tulisan Yahudi untuk merujuk pada roh Yahweh (רוח יהוה).[1] Istilah Ibrani ruacḥ qodshəka (רוּחַ קָדְשְׁךָ, "roh kudus-Mu") dan ruacḥ qodshō (רוּחַ קָדְשׁוֹ, "roh kudus-Nya") juga muncul. Roh Kudus dalam Yudaisme umumnya mengacu pada kualitas ilahi atas nubuatan dan hikmat. Konsep tersebut juga mengacu pada kekuatan ilahi, kualitas, dan pengaruh Yahweh Yang Mahatinggi, atas alam semesta atau atas makhluk-Nya, dalam konteks tertentu.[2]

Kekristenan

sunting
 
Ikon Rublev yang terkenal menunjukkan tiga Malaikat yang dijamu oleh Abraham di Mambré.

Di dalam sebagian besar denominasi Kekristenan, Roh Kudus adalah pribadi ketiga[3] dalam Tritunggal: "Allah Tritunggal" dimanifestasikan sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dengan setiap Pribadi adalah Allah.[4][5][6] Selebihnya, berbagai denominasi memiliki pemahaman masing-masing mengenai Roh Kudus. Dua simbol dari Perjanjian Baru diasosiasikan dengan Roh Kudus dalam ikonografi Kristen: burung merpati, dan lidah-lidah api.[7][8]

Istilah "Roh Kudus" juga dikenali di dalam Islam tetapi dengan makna yang berbeda. Di dalam Islam, "Roh Kudus" (dalam Islam disebut "Ruhul Kudus") merujuk kepada malaikat Jibril yang membawa wahyu Allah SWT untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad.

Baháʼí

sunting

Baháʼí memiliki konsep "Roh Yang Maha Agung", yang dipandang sebagai karunia Tuhan.[9] Biasanya konsep ini digunakan untuk menggambarkan turunnya Ruh Tuhan ke atas para utusan/nabi Tuhan.[10]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Artikel ini memadukan teks dari Jewish Encyclopedia 1901–1906 , sebuah terbitan yang kini berada di ranah publik.
  2. ^ Alan Unterman and Rivka Horowitz, Ruah ha-Kodesh, Encyclopaedia Judaica (CD-ROM Edition, Jerusalem: Judaica Multimedia/Keter, 1997).
  3. ^ Gilles Emery (2011). The Trinity: An Introduction to Catholic Doctrine on the Triune God. Catholic University of America Press. ISBN 978-0-8132-1864-9. 
  4. ^ Erickson, Millard J. (1992). Introducing Christian Doctrine. Baker Book House. hlm. 103. 
  5. ^ Hammond, T. C. (1968). Wright, David F., ed. In Understanding be Men: A Handbook of Christian Doctrine (edisi ke-6th). Inter-Varsity Press. hlm. 54–56, 128–131. 
  6. ^ Grudem, Wayne A. (1994). Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine. Leicester, England: Inter-Varsity Press; Grand Rapids, MI: Zondervan. hlm. 226.
  7. ^ Alkitab, Lukas 3:22, TB
  8. ^ Alkitab, Kisah Para Rasul 2:3, TB
  9. ^ `Abdu'l-Bahá (1981) [1904–06]. "The Holy Spirit". Some Answered Questions. Wilmette, Illinois, USA: Baháʼí Publishing Trust. hlm. 108–109. ISBN 0-87743-190-6. 
  10. ^ Taherzadeh, Adib (1976). The Revelation of Bahá'u'lláh, Volume 1: Baghdad 1853–63. Oxford, UK: George Ronald. hlm. 10. ISBN 0-85398-270-8.