Amran Waly
Amran Waly atau nama dan gelar lengkapnya Abuya Syekh Haji Amran Waly al-Khalidy (lahir 21 Agustus 1947) adalah mantan politikus dan ulama sufi asal Aceh Selatan. Ia lahir dari ayah yang bernama Abuya Muda Waly dan ibu yang bernama Hajjah Raudhatinnur. Ayahnya adalah salah satu ulama besar Aceh dan ibunya adalah salah satu keturunan Ulee Balang di Labuhan Haji.[1]
Pendidikan
suntingMeskipun ayahnya adalah seorang ulama besar dan memiliki dayah dengan tingkat pendidikan yang cukup lengkap, Amran tidak hanya menuntut ilmu di dayah milik orang tuanya tersebut namun ia juga menempuh pendidikan umum. Pendidikan dasar ia tempuh di Sekolah Rakyat kemudian dilanjutkan dengan Tsanawiyah dan Aliyah, semua sekolah itu berlokasi di Labuhan Haji.
Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat Aliyah, ia kemudian melanjutkan ke IAIN Ar-Araniry di Darussalam, Banda Aceh selama dua tahun karena tidak puas dengan sistem pelajaran di situ. Ia merasa pelajaran yang didapatkannya hanya berupa perulangan dari pelajaran yang pernah ia dapatkan di Dayah Darussalam. Setelah keluar dari IAIN Ar-Araniry akhirnya ia pindah ke IAIN Imam Bonjol di Sumatera Barat namun ia juga merasa tidak betah dan kemudian mencoba kuliah di Kelantan College Islam Nilam Puri, Kelantan, Malaysia. Karena merasa belum cukup puas, akhirnya ia kembali ke Aceh dan masuk kembali ke Fakultas Ushuluddin, IAIN Ar-Araniry. Namun di sini ia juga tidak menempuh pendidikannya hingga tamat karena ada berbagai perdebatan panjang dengan gurunya sehingga ia harus meninggalkan bangku kuliah.[1]
Tidak hanya menempuh pendidikan formal di sekolah umum, Abuya Amran Waly juga belajar di beberapa dayah yang ada di Aceh dan Sumatera Barat. Pada awalnya, ia belajar di Dayah Darussalam yang dipimpin oleh ayahnya. Ketika ia melanjutkan pendidikannya di Banda Aceh, ia melanjutkan pelajaran agamanya di Dayah Lam Ateuk di bawah pimpinan Abu Daud Zamzami yang juga merupakan murid dari Abuya Muda Waly. Ia belajar di Dayah Lam Ateuk ini selama empat bulan untuk kemudian pindah ke Padang Panjang, Sumatera Barat dan bergabung di Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI).
Hubungan dengan Tarikat Naqsyabandiah
suntingAbuya Amran Waly adalah salah satu mursyid Tariqat Naqsyabandiah yang berasal dari Aceh Selatan. Ia pertama sekali dibaiat sebagai pengikut tarikat oleh ayahnya yang bernama Abuya Muda Waly.
Pada perkembangan selanjutnya, ia mendalami ilmu tasawuf di bawah bimbingan Syekh Zakaria Labai Sati dan syekh Aidarus bin abdul ghani alkampari mengangkat abuya amran waly sebagai mursyid thariqat naqsabandyah dari jalur ayah nya abuya muda waly.[1]
Silsilah thariqat naqsabandy dan kemursyidan nya nya sampai kepada syekh Abdul Ghany memberikan kepada Abuya muda waly memberikan kepada Abuya Aidarus memberikan kepada Abuya Amran Waly .
Karier
suntingPolitik
suntingKarier politik Abuya Amran Waly adalah menjadi salah satu anggota DPRD Aceh Selatan pada periode 1982-1987 dari Golongan Karya (Golkar). Ia menjadi anggota DPRD hanya untuk satu periode saja dan kemudian menginggalkannya dengan alasan ingin lebih fokus mengembangkan dayah yang didirikannya.
Bergabungnya Abuya Amran Waly ke Golkar tidaklah terjadi secara tiba-tiba. Namun disebabkan karena TARBIYAH (pecahan PERTI) saat orde baru berafiliasi politik melalui Golkar.
Pendidikan
suntingKetika Abuya Amran Waly belajar di Padang Panjang, ia tidak hanya menjadi murid tetapi juga ikut mengajar di Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI).
Pada tahun 1972, ia diminta untuk memimpin Dayah Darussalam yang telah ditinggalkan oleh Abuya Muda Waly. Ia menjadi pimpinan dayah tersebut selama 10 tahun hingga tahun 1982. Selepas dari memimpin Dayah Darussalam, ia mendirikan sebuah dayah sendiri yang dinamakan Dayah Darul Ihsan yang terletak tidak jauh dari Dayah Darussalam. Walaupun begitu, ia juga tetap mengajar di Dayah Darussalam yang menjadi peninggalan orang tuanya.
Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf (MPTT)
suntingSetelah beberapa lama membina Dayah Darul Ihsan, Abuya Amran Waly kemudian mendirikan majelis zikir yang diberi nama Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf yang disingkat dengan MPTT. MPTT resmi berdiri secara hukum pada tahun 2004 di depan notaris, namun ajarannya sendiri sudah mulai diajarkan sejak tahun 1998 di Dayah Darul Ihsan, Aceh Selatan.[2]
Referensi
sunting- ^ a b c As, Nab Bahany, author. Ensiklopedi ulama besar Aceh. ISBN 978-602-9063-00-4. OCLC 967457836.
- ^ "MAJELIS PENGKAJIAN TAUHID TASAWUF (MPTT) DAN AKTUALISASI KETAUHIDAN" (PDF). Respository UIN ar-Raniry. Desember 2020. Diakses tanggal 8 September 2020.