Angkatan terbaru adalah nama yang diberikan pada pengarang- pengarang yang aktif berkarya pada tahun 50-an. istilah ini dipakai pertama kali oleh panitia Simposium Sastra Pekan Kesenian Mahasiswa Kedua di Jakarta ( 14 Agustus 1960), kemudian dipergunakan oleh Ajib Rosidi dalam kertas kerjanya, "Sumbangan Angkatan Terbaru Sastrawan Indonesia kepada Perkembangan Kesusastraan Indonesia" yang diajukan dalam simposium tersebut.

Ciri- ciri sunting

Menurut Ajib Rosidi, ciri- ciri angkatan terbaru antara lain:

a. terikat oleh kesatuan tempat dan waktu, tempat: Indonesia; waktu: tahun- tahun pertama lima puluhan. Mereka muncul pada saat dunia kesusatraan indonesia dimendungi kemuraman tuduhan krisis, kelesuan, impasse

b. mereka merupakan hasil pengajaran dan tumbuh dalam pengaruh kesusatraan Indonesia merupakan pertumbuhan yang wajar dan berakar di tanah air

c. memberi nilai baru terhadap arti daerah, sumber ilham, tempat berpijak dan berakar secara kultural

Pengarang yang termasuk Angkatan Terbaru sunting

angkatan terbaru menurut Ajib Rosidi adalah Rendra, Toto Sudarto Bachtiar, Dodong Djiwapraja, Muhammad Ali, Toha Mochtar, Nh. Dini, Subagio Sastrowardoyo, Nugroho Noto Susanto, A.A. Navis, Trisnowuyono, S.M. Ardan, Soekanto S.A., Abas Kartadinata, Terbit Sembiring, Nasjah Djamin, Misbach Jusa Biran, Kirjomulyo, Motinggo Busye,

[1]

Referensi sunting

  1. ^ WS, Hasanuddin (2009). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa Group. hlm. 82. ISBN 978-979-1304-13-9.