Anglo-Saxon

konfederasi puak-puak Jermanik yang mulai menghuni Pulau Britania Raya dari abad ke-5 dan seterusnya

Anglo-Saxon adalah sebuah kelompok budaya yang menuturkan bahasa Inggris Kuno dan menghuni sebagian besar wilayah yang kini merupakan Inggris dan Skotlandia tenggara pada Abad Pertengahan Awal. Kelompok ini merupakan penjajah Jermanik yang menjadi salah satu kelompok budaya paling penting di Pulau Britania Raya pada abad ke-5. Periode Anglo-Saxon di Pulau Britania Raya dianggap dimulai pada sekitar tahun 450 dan berakhir pada tahun 1066, saat penaklukan Inggris oleh Norman.[1] Meskipun detail terkait permukiman awal dan perkembangan politiknya tidak dapat dipastikan, pada abad ke-8 sebuah identitas budaya Anglo-Saxon tunggal yang pada umumnya disebut Englisc telah berkembang dari interaksi antara para penjajah dan budaya Romano-Britania yang sudah ada sebelumnya. Pada tahun 1066, sebagian besar orang di tempat yang kini bernama Inggris menuturkan bahasa Inggris Kuno, dan dianggap sebagai orang Inggris. Invasi oleh Viking dan Norman mengubah politik dan budaya di Inggris secara signifikan, tetapi identitas keseluruhan Anglo-Saxon berkembang dan tetap dominan bahkan setelah penaklukan Inggris oleh Norman.[2] Struktur politik dan bahasa Anglo-Saksem pada masa akhir adalah leluhur langsung daripada Kerajaan Inggris Abad Pertengahan Tinggi dan bahasa Inggris Pertengahan. Meskipun bahasa Inggris modern kurang dari 26% kosakatanya berasal dari bahasa Inggris Kuno, kosakata tersebutlah yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.[3]

Halaman dengan monogram Chi Rho dari Injil Matius dalam Injil-Injil Lindisfarne ca 700, kemungkinan diciptakan oleh Eadfrith dari Lindisfarne untuk mengenang Kutbertus

Pranala luar

sunting
  1. ^ Higham et al. 2013.
  2. ^ Higham & Ryan 2013, hlm. 7–19.
  3. ^ Williams, Joseph M. (1986). Origins of the English Language: A Social and Linguistic History . Simon and Schuster. ISBN 978-0-02-934470-5.