Angngaru (bersumpah) merupakan ikrar yang diucapkan orang-orang Gowa dulu. Sebuah ungkapan kata yang puitis dan mengandung nilai sastra yang diucapkan dalam bahasa Makassar. Angngaru dianggap mempunyai nasihat sehingga tidak boleh dianggap hanya sebagai ungkapan manis tanpa makna belaka. Melalui seorang tubarani (Pemberani) atau wakil salah seorang gallarang di hadapan raja kalimat sumpah setia penuh keberanian diucapkan dengan lantang diikuti dengan wajah yang seram dan berani menentang wajah sang raja.

Aru atau Angngaru dipercayai mengandung nilai magis dan religius. Oleh karena itu Aru harus diungkapkan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Pada zaman dahulu Angngaru dilakukan sebelum prajurit berangkat ke medan perang di mana para prajurit terlebih dahulu mengucapkan sumpah aru (sumpah setia) didepan raja. Prajurit bersumpah mempertahankan wilayah serta membela kebenaran dan tidak akan mundur dalam perang sebelum mengalahkan musuh.

Akan tetapi seiring perkembangan zaman yang begitu cepat tradisi Angngaru yang dulunya dilakukan sebelum melakukan peperangan kini mengalami pergeseran dimana tradisi ini dilaksanakan tidak lagi dalam konteks perang akan tetapi Angngaru sering digunakan dalam berbagai kegiatan seperti upacara adat, perkawinan, pertunjukan seni maupun penyambutan tamu kehormatan dan berbagai kegiatan lainnya.[1]

Teks Angngaru

sunting

Biimillahi Rahmani Rahim Atta…karaeng

Tabe’ kipammoporang mama’

Referensi

sunting
  1. ^ Syamhari (2019). Ragam Budaya Lokal (PDF). Makassar: repositori uin alauddin.