Astaman

Aktor Indonesia (1910-1970)

Astaman (juga dikenal dengan nama Tirtosari; lahir c. Sidoarjo, Hindia Belanda, 1903– wafat 1980-an) adalah seorang aktor Indonesia yang aktif sejak 1910-an sampai pertengahan 1970-an. Ia adalah aktor ternama di grup sandiwara Dardanella dan memiliki karier akting di 43 film. Karier aktingnya diawali di film Kartinah pada tahun 1940.

Astaman, dalam foto promosi Dardanella
Astaman tahun 1930-an
Astaman tahun 1964

Biography sunting

Astaman lahir sekitar tahun 1903[1] di Sidoarjo, Jawa Timur, Hindia Belanda, sebagai putra dari seorang aktor bernama Wagimin dan istrinya yang juga aktris. Ia bersekolah dasar di sana, namun keluar pada tahun ketiga.[2] Pada usia 10 tahun, Astaman bergabung dengan grup sandiwara ayahnya Wagimin & Keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua sepupunya. Astaman pertama menjual tiket, kemudian berakting dan tur di pedesaan Jawa Timur bersama mereka.[1] Ia keluar sekitar tahun 1915, kemudian bergabung dengan Theater se Souvenir, lalu Constantinople Opera.[2]

Tahun berikutnya, Astaman keluar dari Constantinople dan bergabung dengan Dardanella,[2] yang dijalankan oleh aktor kelahiran Penang keturunan Rusia, Willy A. Piedro, dan istri pribuminya, Dewi Dja'.[3] Grup yang sangat sukses dan sudah keliling Asia Tenggara ini mendongkrak ketenaran Astaman. Ia memainkan beberapa tokoh bersama mereka dan membintangi beberapa pementasan mereka, termasuk Dr Samsi karya Andjar Asmara dan adaptasi panggung Boenga Roos dari Tjikembang karya Kwee Tek Hoay. Dalam wawancara tahun 1964 bersama majalah Varia, ia mengatakan bahwa setiap kali ia memerankan raja, penonton Eropa akan tertawa terbahak-bahak. Astaman kemudian mengetahui kostumnya menyerupai matador.[4]

Astaman dikaruniai seorang putra, Lilik Sudjio, pada tahun 1930. Lilik kelak menjadi sutradara.[5] Pada tahun 1936, Astaman bergabung dengan tur Dardanella di India dengan harapan bisa membuat film Dr Samsi. Rencana ini gagal dan Dardanella bubar:[3] Piedro dan Dja' pindah ke Amerika Serikat, sedangkan Andjar dan Ali Yugo membentuk grup sandiwaranya sendiri dan pulang ke Hindia Belanda. Astaman pulang secara terpisah, tepatnya ke Kediri. Setelah menolak bergabung di grup Njoo Cheong Seng, Fifi Young's Pagoda, Astaman bergabung dengan Tuan Mannuk.[4]

Pasca kesuksesan Terang Boelan karya Albert Balink tahun 1937, banyak aktor teater yang pindah ke perfilman – termasuk Astaman.[6] Ia tampil perdana pada tahun 1940.[7] Ia dan mantan aktris Dardanella, Ratna Asmara, membintangi Kartinah besutan Andjar. Di sana ia berperan sebagai dokter yang jatuh cinta dengan perawatnya meski sudah menikah.[8] Tahun berikutnya, Astaman bermain di tiga film buatan Java Industrial Film milik The Teng Chun. Setelah studio ini ditutup akibat pendudukan Jepang di Hindia Belanda tahun 1942,[9] Astaman kembali ke dunia teater.[2] Selama masa pendudukan, ia berperan di satu film saja, film propaganda Djatoeh Berkait.[7]

Tahun 1949, menjelang akhir Revolusi Nasional Indonesia, Astaman masuk studio Bintang Surabaya milik Fred Young dan berakting di film-filmnya.[2] Penampilan perdananya ada di film Saputangan tahun 1949.[7] Ia dikontrak Persari milik Djamaluddin Malik pada tahun 1951 sampai 1958. Setelah itu, ia berfokus di dunia teater, tetapi tetap berakting di beberapa rumah produksi sampai akhir 1970-an.[2][7] Menjelang akhir hayatnya, ia ambil bagian di beberapa film televisi.[2]

Filmografi sunting

Astaman bermain di 43 film selama 34 tahun. Pada masa itu, ia juga menulis skenario untuk dua film.[7]

Aktor sunting

Kru sunting

  • Hidup Baru (1951)
  • Tarmina (1954)

Referensi sunting

Daftar pustaka sunting

  • "Astaman | Filmografi". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-26. Diakses tanggal 26 January 2013. 
  • "Astaman (Tirtosari)" (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: National Library of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-26. Diakses tanggal 26 January 2013. 
  • Biran, Misbach Yusa (2009). Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council. ISBN 978-979-3731-58-2. 
  • "Dardanella". Encyclopedia of Jakarta. Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-04. Diakses tanggal 4 September 2012. 
  • "Kartinah". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-25. Diakses tanggal 25 July 2012. 
  • "Riwajat Astaman". Varia (dalam bahasa Indonesia) (305): 15, 29, 30. 19 February 1964. 
  • "Tarmina". Filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-18. Diakses tanggal 18 April 2013.