Az-Zajjaji
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Artikel ini sebagian besar atau seluruhnya berasal dari satu sumber. |
Az-Zajjaji/Az-Zajjājiy bernama Abu Al-Qasim Abdurrahman bin Ishaq Az-Zajjaji (Arabic: أبو القاسم عبد الرحمن بن إسحاق الزجاجي), dikenal dengan sebutan Az-Zajjaji dinisbatkan kepada gurunya Abu Ishaq, Ibrahim bin As-Sirri Az-Zajjaj (Arabic: أبو إسحاق إبراهيم بن السري الزجاج) karena dia melekat kepada gurunya.
Az-Zajjaji dilahirkan di Ash-Shaimarah (Yeast, kota di Albania), dan tidak ada yang tau tahun kelahirannya. Beliau tumbuh dan besar di Nahavand, selatan Kota Hamadan, dan pindah ke Baghdad agar dapat belajar dari halaqoh-halaqoh di sana, dan ternyata beliau menjadi pusatnya ilmu dan ulama pada saat itu.
Di Baghdad, dia mempelajari satu buku dari gurunya Az-Zajjaj, dan melekat kepadanya sampai dinisbatkan kepadanya, dan beliau berguru dengan beberapa guru yang lainnya.
Kemudian dia pindah dari Baghdad dan pergi ke Aleppo, utara Suriah dan tingga disana selama beberapa saat, kemudian dia pergi lagi ke Damaskus. Dia tinggal di Damaskus, dan mengajar di Masjid Bani Umayyah, mendiktekan ilmunya kepada murid-muridnya, dan menulis buku-bukunya. Lalu dia pindah ke Tiberias di Palestina, bahkan ada yang mengatakan bahwa dia pernah singgah di Mekkah selama beberapa hari.
Beberapa ahli sejarah berbeda pendapat tentang waktu dan tempat beliau meninggal, dikatakan bahwa beliau meninggal di Tiberias pada Bulan Rajab tahun 339 H, dan dikatakan mungkin beliau meninggal pada Bulan Dzulhijjah tahun 339 H, bahkan ada yang mengatakan beliau meninggal di Damaskus pada tahu 337 H atau 339 H, sebagaimana dikatakan bahwa beliau meninggal di Bulan Ramadhan tahun 340 H.[1]
Guru-Guru
suntingAz-Zajjaji berguru dari ulama-ulama yang terkenal pada zamannya tatkala beliau belajar di Baghdad, dari guru-guru beliau adalah:
- Az-Zajjaj: Abu Ishaq Ibrahim bin As-Sirri bin Sahl Az-Zajjaj. Murid Tsa'lab dan Al-Mubarrad, meninggal tahun 311 H.
- Ibnu As-Sarraj: Abu Bakr Muhammad bin As-Sirri bin As-Sarraj. Salah satu ulama bahasa arab dan nahwu yang terkenal, salah satu gurunya adalah Al-Mubarrad. Beliau meninggal pada tahun 316 H.
- Al-Akhfash Ash-Shaghir: Abu Al-Hasan Ali bin Sulaiman Al-Akhfasy. Beliau juga berguru dari Al-Mubarrad, tetapi tidak begitu mendalami Ilmu Nahwu. Berpindah tempat tinggal antara Mesir, Aleppo, dan Baghdad. Beliau meninggal pada tahun 315 H.
- Abu Bakr Al-Anbari: Abu Bakr Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari. Lahir pada tahun 271 H, menimba ilmu dari ayahnya dan dari Tsa'lab diatas Mazhab Kufah dalam Ilmu Nahwu. Beliau meninggal pada tahun 328 H.
- Al-Hamidh: Abu Musa Sulaiman bin Muhammad bin Ahamd Al-Hamidh. Dikenal sebagai Al-Hamidh karena akhlaknya yang mulia. Beliau berguru dan melekat kepada Tsa'lab selama 40 tahun. Beliau meninggal pada tahun 305 H.
- Ibnu Kisan: Abu Al-Hasan bin Ahmad bin Kisan. Beliau salas satu ahli bahasa yang menggabungkan antara dua mazhab nahwu Basra dan Kufah sehingga menjadi satu mazhab yaitu Mazhab Baghdad. Beliau meninggal pada tahun 299 H.
- Ibnu Duraid: Abu Bakr Muhammad bin Al-Hasan bin Duraid Al-Azdi. Lahir di Oman pada tahun 223 H. Beliau salah satu ahli bahasa arab yang sangat ahli dalam Ilmu Nahwu. Beliau meninggal pada tahun 323 H.
Termasuk dari guru-guru Az-Zajjaji adalah: Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad bin Rustum Ath-Thabari, Ibnu Syaqir, Ibnu Al-Khayyath, Abu Al-Fadhl, Abu Muhammad Abdul Malik bin Malik Adh-Dharir, Muhammad bin Al-Abbas Al-Yazidi, Nafthawaih Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad bin Arafah, Abu Ubaidillah Al-Husain bin Muhammad Ar-Razi, Abu Ali Al-Hasan bin Ali Al-Unazi.
Demikianlah Az-Zajjaji berguru dari banyak guru yang ahli pada masanya. Hampir tidak ada guru yang dia temui kecuali ia berguru darinya, ini adalah bukti semangat beliau dalam menuntut ilmu.[1]
Keilmuan
suntingSetelah Az-Zajjaji sudah matang dalam menuntut ilmu, beliau duduk sebagai guru di Masjid Bani Umayyah di Damaskus. Beliau mengajar murid-muridnya dan orang umum, mendiktekan ilmunya kepada mereka, dan menulis karyanya. Beliau hidup dengan ahli nahwu yang besar disana. Namun, beliau tetap tegar dan istiqomah dalam mengajar. Pada saat mengajar pun beliau menulis beberapa buku yang terdapat ilmu yang besar.
Pada suatu saat beliau mendapatkan kesenjangan terhadap Abu Ali Al-Farisi (Ahli Nahwu besar di zamannya). Secara tidak sengaja ada seseorang yang meneliti masing-masing karya dari kedua ahli nahwu tersebut dan mengetahui apa penyebab kesenjangan diantara keduanya. Sebabnya karena Az-Zajjaji menuliskan bukunya dengan cara pengajaran, cara yang mudah untuk dipelajari dan jauh dari ketidakjelasan, sedangkan buku Abu Ali Al-Farisi terlalu mendalami dan menggunakan cara berpikir yang sangat keras, jauh dari kata mudah.[1]
Sifat
suntingAz-Zajjai adalah orang yang sangat taat beragama. Beliau menulis bukunya Al-Jumal di Mekkah dan ketika selesai menulis satu bab dalam buku tersebut beliau thawaf di Ka'bah sebanyak 7 putaran, dan berdoa kepada Allah Ta'ala agar buku yang beliau tulis dapat memberikan manfaat kepada manusia. Beliau tidak menulis buku tersebut kecuali dalam keadaan telah bersuci. Bagaimanapun juga tidak akan ada tuduhan mengenai agama dan akhlak beliau.[1]
Karya-Karya
suntingAz-Zajjaji telah meninggalkan karya yang sangat banyak dari beberapa ilmu, bahkan terhitung tidak kurang dari 20 karya. Sebagian buku telah dicetak dan didistribusikan di perpustakaan internasional di dunia dan sebagian lainnya masih berbentuk naskah dan dijaga di berbagai perpustakaan di dunia. Salah satu karyanya yang paling menonjol adalah buku Al-Jumal dalam Ilmu Nahwu.[1]