Azhari Aiyub
Azhari Aiyub (lahir di Banda Aceh tahun 1981) adalah sastrawan Indonesia ikut memberi pencerahan dan kebaruan dalam dunia sastra kontemporer kita melalui cerita-cerita pendeknya. Selain menulis prosa, dia juga menulis esai dan puisi.[1]
Azhari Aiyub | |
---|---|
Lahir | 1981 Banda Aceh |
Pekerjaan | Sastrawan |
Bahasa | Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Pendidikan | Fakultas Bahasa dan Literatur |
Almamater | Universitas Syiah Kuala |
Periode | Angkatan Reformasi |
Genre | |
Karya terkenal | Kura-Kura Berjanggut |
Penghargaan | Kusala Sastra Khatulistiwa (2018) |
Sebelum terjadinya Tsunami pada 26 Desember 2004, dia menempuh pendidikan di Fakultas Bahasa dan Literatur di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Dia merupakan salah satu pendiri Sekolah Menulis Dokarim, sebuah sekolah menulis kreatif. Bukunya yang berjudul Perempuan Pala (terbit 2004), berhasil masuk dalam nominasi Khatulistiwa Literary Award. Dia menerima Free Word Award dari Poets of All Nations di Belanda pada tahun 2005. Pada tahun 2018, dia menjadi pemengang Kusala Sastra Khatulistiwa atas karya prosa Kura-Kura Berjanggut. Setelah vakum menulis selama 2 tahun, Azhari kembali menulis tentang Aceh, dan beberapa cerita pendek diterbitkan oleh Koran Tempo.[2]
Kumpulan cerpennya berjudul Perempuan Pala telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diberi pengantar oleh antropolog James T. Siegel. Feminis Prancis terkemuka, Helene Cixous, menyatakan bahwa dia belum pernah membaca cerita yang ditulis dengan cara dan perspektif Azhari.[1]
Azhari juga salah satu penggagas sekaligus pengelola Museum Hak Asasi Manusia pertama di Indonesia dan juga Asia Tenggara, yang berdiri pada 23 Maret 2011 di Banda Aceh.[1]
Rujukan
sunting- ^ a b c SkunkWorks. "Azhari Aiyub dan Bivitri Susanti, Dua Aktivis Kemanusiaan yang Perlu Anda Ketahui Kiprahnya". www.dewimagazine.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-06-05.
- ^ 1981-, Azhari,; Jutta,, Wurm,. The garden of delights & other tales. Jakarta. ISBN 9786029144826. OCLC 936358116.