Lokomotif B20

salah satu lokomotif uap di Indonesia
(Dialihkan dari B20)

Lokomotif B20 adalah lokomotif yang memiliki panjang 5790 mm dan berat 17,5 ton. Lokomotif B20 memiliki daya 200 hp dan dapat melaju hingga kecepatan 35 km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati. Lokomotif uap B20 memiliki susunan roda 0-4-0.

Lokomotif B20
Lokomotif B20 14
Jenis dan asal
Sumber tenagaUap
ProdusenBeyer Peacock (Inggris)
Nomor seriB20
ModelTrem
Tanggal produksi1900 - 1907
Jumlah diproduksi19 unit
Data teknis
Konfigurasi:
 • Whyte0-4-0
 • AARB
 • UICB
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda1106 mm
Panjang5.790 mm
Lebar3.000 mm
Tinggi3.200 mm
Jenis bahan bakarKayu / batubara
Jumlah silinder485 mm x 600 mm
Performansi
Daya mesin200 hp

Transportasi kereta api pernah menjadi sarana angkutan perkotaan di kota Semarang. Rute yang dilalui diantaranya adalah Jurnatan-Pendrikan. Stasiun Jurnatan dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) pada tahun 1882 dan stasiun Pendrikan dibangun oleh perusahaan kereta api perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) pada tahun 1897. Jalur ini melalui Jalan Pemuda, Bulu dan Indraprasta. Pada tahun 1900 - 1907, SCS mendatangkan 19 unit lokomotif uap B20 dari pabrik Beyer Peacock (Inggris) dan Werkspoor (Belanda). Trem dengan lokomotif uap ini memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Trem ini digunakan untuk angkutan penumpang jarak dekat. SCS kemudian memperluas jalur kereta api dari Semarang ke Cirebon. Jalur kereta api rute Semarang-Cirebon disebut juga 'jalur gula' (Suikerlijn) karena jalur ini dibangun untuk melayani tidak kurang dari 27 pabrik gula yang berada di pantai utara Jawa Tengah bagian barat. Jalur ini semula hanya jalan rel tipe ringan yang dibangun di samping jalan raya. Karena konstruksi yang ringan kecepatan maksimum kereta api terbatas hanya 35 kilometer per jam. Pada tahun 1912 - 1921, SCS meningkatkan kualitas jalan rel pada rute Semarang-Cirebon sepanjang 226 km pada tahun 1912-1921. Tujuan peningkatan kualitas jalan rel ini adalah untuk meningkatkan batas kecepatan kereta api menjadi 75 km/jam.[1]

Dari 19 unit lokomotif B20, saat ini hanya tersisa 1 unit lokomotif B20, yaitu B20 14. B20 14 (buatan pabrik Beyer Peacock, mulai operasional tahun 1905) dipajang di Museum KA Ambarawa (Jawa Tengah).

Lihat pula

sunting

Daftar Pustaka

sunting
  1. ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 40. ISBN 978-602-0818-55-9.