Babatha
Babatha merupakan seorang wanita Yahudi yang tinggal di kota pelabuhan Maoza yang sekarang Yordania pada awal abad ke-2 Masehi. Pada tahun 1960, arkeologi Yigael Yadin menemukan sebuah kantong kulit yang berisi dokumen-dokumen pribadinya yang berasal dari tempat yang dikenal sebagai Gua Surat, di dekat Laut Mati. Dokumen-dokumen itu termasuk kontrak-kontrak sah pernikahan, perpindahan properti, perwalian. Dokumen-dokumen tersebut berasal dari sekitar tahun 96 Masehi sampai 134, menggambarkan kehidupan nyata kelas menengah atas wanita Yahudi pada masa tersebut. Mereka juga memberikan sebuah contoh Hukum Romawi dan sistem yang sah di mana ia tinggal.
Kehidupan
suntingBabatha dilahirkan pada sekitar tahun 104 Masehi di Maoza. Sepertinya ia adalah putri tunggal atau putri sulung, ia mewarisi kebun pohon kurma ayahnya setelah orangtuanya meninggal. Pada tahun 124 Masehi, ia menikah dan menjanda dengan seorang anak kecil, Yesua. Ia menikah kembali pada tahun 125 Masehi dengan Yehuda, pemilik tiga kebun pohon kurma Ein Gedi, yang memiliki istri lainnya dan seorang putri remaja.[1] Tidak jelas diketahui apabila Babatha tinggal di rumah yang sama dengan istri pertamanya atau Yehuda melakukan perjalanan antara dua rumah tangga yang berbeda, karena poligami pada saat itu masih diijinkan di dalam komunitas Yahudi.[2]
Analisis
suntingDokumen-dokumen yang mengandung pernikahan ini menawarkan status di dalam hubungan tersebut. Di dalam kontrak pernikahan, hutang-hutang Yehuda menjadi bagian dari pertanggung jawabannya, menunjukkan kesetaraan keuangan. Pada tahun 128 Masehi, suatu dokumen yang sah menunjukkan bahwa Yehuda mengambil pinjaman tanpa bunga dari Babatha, menunjukkan bahwa ia memiliki kendali atas uangnya sendiri meskipun mereka menikah. Setelah kematian Yehuda pada tahun 130 Masehi, ia menyita perkebunannya di Ein Gedi sebagai jaminan atas pinjamannya yang telah ia cakupi seperti yang tercantum di dalam kontrak pernikahan.[3]
Dokumen lain yang penting mengandung hak perwalian putra Babatha. Pada tahun 125 Masehi, Babatha menggugat ke pengadilan melawan wali-wali yang ditunjuk untuk anaknya yang yatim, menyatakan bahwa pencairan dana mereka tidak memadai. Dokumen tersebut berisi permohonan perwalian Babatha untuk bertanggung jawab penuh atas putranya dan propertinya dipindahkan atas namanya.[4]
Kematian
suntingDokumen-dokumen terakhir yang ditemukan di dalam kantong mengenai sebuah panggilan untuk hadir di pengadilan Ein Gedi karena istri pertama Yehuda, Miriam, telah menggugat Babatha mengenai properti mendiang suami mereka. Oleh karena itu, diduga bahwa Babatha berada di dekat Ein Gedi pada tahun 132 Masehi, menempatkannya di tengah-tengah Perang Bar Kokhba. Sepertinya Babatha melarikan diri dengan Miriam dan keluarganya dari kekejaman perang itu. Karena dokumen-dokume itu tidak pernah diambil dan karena penemuan 20 kerangka di daerah sekitarnya, para sejarawan memperkirakan bahwa Babatha tewas ketika ia mengungsi di dalam gua.[5]
Catatan
suntingBibliografi
sunting- Chiusi, Tiziana J. (2005). "Babatha vs. The Guardians of Her Son: A Struggle for Guardianship – Legal and Practical Aspects of P. Yadin 12-15, 27". Dalam Ranon Katzoff and David Schaps. Law in the Documents of the Judean Desert. Leiden: Brill Academic.
- Goodman, Martin David (1996). "Babatha". Dalam Simon Hornblower and Antony Spawforth. The Oxford Classical Dictionary (edisi ke-Third Edition).
- Freund, Richard A. (2004). "A Tale of Two Caves: Babatha and Her-story". Secrets of the Cave of Letters: Rediscovering a Dead Sea Mystery. Humanity Books. ISBN 978-1591022053. book cite
Pranala luar
sunting- Babatha's Life and Times
- Bibliography on Babatha
- Transcriptions of some of Babatha's papyri Duke Databank of Documentary Papyri