Tampui atau tampoi (Baccaurea macrocarpa) adalah sejenis buah dan pohonnya, anggota suku Phyllanthaceae (dulu: Euphorbiaceae). Buah ini masih sekerabat dengan menteng dan rambai, tetapi berukuran lebih besar dan berkulit lebih tebal. Juga dikenal dengan nama-nama lain seperti di Malaysia: merkeh (Kelantan); ngeke, lara, rambai, tampoi batang, tampoi, tampui. Di Sumatra: tampui daun, tampui bulan, tampui benar, tampoi saya; Bangka: medang, tampui. Di Kalimantan: Pasin; pegak (Dayak Tunjung); puak, tampoi (Iban); setai (Kenyah); jentikan (Kutai); tampoi (Kedayan); buah setei, empak kapur, kapul, terai. Dalam bahasa Inggris: Greater tampoi.[1]

Tampui
Baccaurea macrocarpa Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophytes
OrdoMalpighiales
FamiliPhyllanthaceae
TribusAntidesmeae
GenusBaccaurea
SpesiesBaccaurea macrocarpa Edit nilai pada Wikidata
Müll.Arg., 1866
Tampui, Baccaurea macrocarpa
dari Muara Lawa, Kutai Barat

Pemerian

sunting
 
Tajuk pohon
 
Sebagai buah meja

Pohon kecil berumah dua (dioesis); tinggi hingga 27 m dan gemang hingga 64 cm, batang tampui kerap beralur-alur dalam hingga setinggi 5 m. Kadang-kadang berbanir kecil dan rendah.[1]

Daun-daun tersebar, daun penumpu panjang hingga 9 mm. Helaian daun jorong hingga bundar telur atau bundar telur sungsang, (7,2–)9–37 × 3,1–17,5 cm, bertangkai panjang hingga 14,5 cm. Perbungaan kebanyakan muncul pada cabang (ramiflory) atau pada batang (cauliflory), tandan bunga jantan panjang hingga 13 cm, yang betina hingga 18 cm, bercabang-cabang. Bunga-bunga berukuran kecil, yang jantan dengan diameter hingga 2 mm, hijau, kuning, atau putih; yang betina sedikit lebih besar hingga 4,5 mm.[1]

Buah-buah terangkai dalam tandan panjang hingga 15 cm, dengan tangkai setebal 4-6 mm. Berbentuk bulat atau hampir bulat, buah tampui merupakan buah kotak berdinding tebal mengayu, cokelat hingga kelabu di bagian luar, berukuran 30–65 × 34–75 × 34–75 mm. Berbiji (2–) 3–6 butir, yang tertutup oleh salut biji berwarna putih hingga kuning, kadang-kadang jingga.[1]

Kegunaan

sunting
 
Buah, dijual di pasar Muara Lawa

Buahnya yang manis digemari orang dan dijual di pasar-pasar lokal. Kayunya kuat dan awet, sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.[2]

Penyebaran dan ekologi

sunting

Tampui menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan.[2] Ditemukan tumbuh hingga ketinggian 1.600 m dpl., tumbuhan ini hidup liar di hutan-hutan dataran rendah, hutan riparian, hutan rawa, dan juga hutan sekunder, di atas tanah-tanah liat merah atau liat berpasir.[1] Tampui juga banyak ditanam di wanatani, bercampur dengan aneka tanaman buah dan kayu lainnya.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c d e Haegens, R.M.A.P. 2000. Taxonomy, Phylogeny, and Biogeography of Baccaurea, Distichirhops, and Nothobaccaurea (Euphorbiaceae). Blumea Suppl. 12: 1—216. (Petikan).
  2. ^ a b Jansen, P.C.M., J. Jukema, L.P.A. Oyen & T.G. van Lingen. 1991. Baccaurea macrocarpa Muell. Arg.[pranala nonaktif permanen] [Internet] Record from Proseabase. Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E. (Editors). PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation, Bogor, Indonesia. Diakses pada: 06-Feb-2010 (arsip internet)

Bacaan lanjut

sunting
  • Akhmadi, N.R. & Sumarmiyati. (2015). "Eksplorasi dan karakterisasi buah kapul (Baccaurea macrocarpa) di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur". Pros. Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indon. Vol. I(4): 923-929. Diakses 08/02/2022

Pranala luar

sunting